SING TEKO
Labels
- 2014 (26)
- 2015 (13)
- Agustus (3)
- April (4)
- Arthafreya (1)
- Bahasa (1)
- Bakti Sosial (2)
- Bullying (1)
- Cerita Pendek (2)
- Cinta (4)
- Cook (3)
- DE-NL-ERS (30)
- Desember (1)
- Dream (5)
- Efi (2)
- Erna (15)
- Februari (6)
- heningswara (20)
- Ibu (6)
- Januari (7)
- Juli (1)
- Juni (2)
- Kepada Rangga (1)
- Kontemplasi (26)
- Laki-Laki Terindah (3)
- LDC (24)
- Lesbrary (4)
- Liburan (1)
- Logo (1)
- MadRann (83)
- Maret (4)
- Maybe Yes Maybe No (3)
- Megha (7)
- Meghi (1)
- Mei (3)
- Mengeksekusi Hubungan yang Melelahkan (1)
- Merdeka (3)
- Meta (1)
- Mimpi (3)
- Missing Her (3)
- Move On (5)
- n1nna (1)
- Nadia (1)
- Neni (5)
- Niken (49)
- November (1)
- Oktober (2)
- Opini (1)
- Pahlawan (4)
- Puisi (94)
- Pusing (6)
- Rara (2)
- Resensi (7)
- Safe Sex (2)
- Sahabat (24)
- Self Awareness (3)
- September (2)
- Special Case (15)
- Tips (10)
- Vany (2)
Entri Populer
-
Judul buku: Flambe Penulis: Club Camilan Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Kota dan tahun terbit: Jakarta, 2014 Genre: Novel Dewasa ...
-
Apa yang membuat orang jatuh cinta? Apakah itu dari p anda ngan? Mungkin kamu pernah jatuh cinta pada seseorang karena kecantikannya, raut...
-
Sejujurnya saya bukan orang yang dekat dengan orang tua, terutama ibu. Sempat saya sangat membenci ibu. Waktu itu (mungkin tidak sengaja...
Kontributor
1
biar diam pecah di bismilah batu-batu
takkan patah alif-alif tiang perahu
tempat berkibar biru senja gugusan cintaku
mengarungi namamu di keluasan tubuhku
2
dari tubuhku berlahiran kunang-kunang bianglala
di lengkung bianglala matahari pun terbakar
di gemercik sungaiku batu-batu memadatkan suara
di lengkung suara diammu pun pasti kudengar
3
kudengar juga puisimu di derit-derit pintu
ketika angin memainkan sunyi rumahmu
kucari-cari engkau di linang airmataku
ketika angin mengabarkan isak rindumu
4
yang berlinang di airmatamu adalah rinduku
di airmataku rindumu berlinangan juga
yang berenang di air tubuhmu adalah cintaku
di air tubuhku cintamu mengekalkan bianglala
5
berapa lama aku harus memeras sunyi
seribu bulan ataukah sepanjang diam atas debu
di balik malamkah wajahmu sembunyi
ataukah di kedalaman cintaku
6
ah, di kedalaman cintaku wajahmu sembunyi
membakar gelisah di tungku matahari
di geriap darahku nafasmu begitu sunyi
memutihkan rangka tulang-tulangku lagi
7
engkau geriap darah di kemarau tubuhku
gugur angin kering dan basah kulitku kembali
daunan pun tumbuh dari ajal-ajal kuku
sebab tanganmu hijau pupus bergaris januari
8
sebab tanganmu hijau pupus bergaris januari
di jemariku takkan tumbuh kuku yang lain
sebab tanganku garis putih berembun februari
lekuk jemarimu takkan bisa di buku yang lain
9
di buku-buku tubuhku ilalang mengering
pecah kemarau dan tanah tinggal ruas sepi
hanya tanganmu, hanya tanganmu tak pernah kering
menyalami ilalang sebelum mengabu di sepi api
10
karena cemas dicabik-cabik layar waktu
kujahit cintaku di angin semilir
lalu aku pun kembali pada batu
menikmati diammu di ricik-ricik air.
Kita tak boleh lupa seterusnya ada Zawawi Imron, Caknun, Gus Mus dan nama yang berkibar di panggung lokal. Ada Mashuri, Tengsoe Tjahyono, Surabaya, Dimas Arika Jambi.
(Zawawi Imrom)
di atasmu, bongkahan batu yang bisu
tidur merangkum nyala dan tumbuh berbunga doa
biar berguling di atas duri hati tak kan luka
meski mengeram di dalam nyeri cinta tak kan layu
dari aku
anak sulung yang sekaligus anak bungsumu
kini kembali ke dalam rahimmu, dan tahulah
bahwa aku sapi karapan
yang lahir dari senyum dan airmatamu
seusap debu hinggaplah, setetes embun hinggaplah,
sebasah madu hinggaplah
menanggung biru langit moyangku, menanggung karat
emas semesta, menanggung parau sekarat tujuh benua
di sini
perkenankan aku berseru:
-madura, engkaulah tangisku
bila musim labuh hujan tak turun
kubasahi kau dengan denyutku
bila dadamu kerontang
kubajak kau dengan tanduk logamku
di atas bukit garam
kunyalakan otakku
lantaran aku adalah sapi karapan
yang menetas dari senyum dan airmatamu
aku lari mengejar ombak aku terbang memeluk bulan
dan memetik bintang-gemintang
di ranting-ranting roh nenekmoyangku
di ubun langit kuucapkan sumpah
-madura, akulah darahmu.
Mungkin seperti inilah penampakan puisi gelap :
Chanel OO
Permisi,
saya sedang bunuh diri sebentar,
Bunga dan bensin di halaman
Teruslah mengaji,
dalam televisi berwarna itu,
dada.
1983 (Karya Sapardi Djoko Damono)
Tuan
Tuan Tuhan, bukan? Tunggu sebentar,
saya sedang keluar.
(karya Afrizal Malna)
Sangat berbeda dengan puisi pamflet Wiji Thukul:
P E N Y A I R
jika tak ada mesin ketik
aku akan menulis dengan tangan
jika tak ada tinta hitam
aku akan menulis dengan arang
jika tak ada kertas
aku akan menulis pada dinding
jika aku menulis dilarang
aku akan menulis dengan
tetes darah!
sarang jagat teater
19 januari 1988
Kemudian era gegap gempita media facebook dan mikrobloging yang memunculkan “penyair” baru. Saya menominasikan tokoh KRS- Alek Subairi, Dodi Kristianto, parikesit n1nna dan Irwan Bajang. Semoga mereka konsisten menulis puisi, mari merayakan puisi. Ingin tahu puisi mereka? Coba cari di buku atau di media maya.
Setelah kumpul-kumpul yang dimulai sejak tahun 2006 yang dimotori oleh Meg, L, Heningswara dan n1nna mempunyai nama yaitu deNL, sejak itu pula timbul keinginan untuk tidak sekedar kumpul-kumpul. Lalu salah satu menyarankan untuk mengadakan arisan, dan sejak 2008 arisan pertama dilakukan.
Tahun itu, arisan para deNL mempunyai anggota belasan lesbian tanpa label yang sebagian besar berusia awal 20an. Terdorong jiwa muda dan semangat untuk mengumpulkan lesbian yang punya energi positif, arisan melebarkan sayap dengan melakukan pengumpulan dana pada tiap arisan dan bakti sosial pertama diadakan di tahun berikutnya.
Bakti sosial pertama diadakan di saat puasa Ramadhan, dibagikan ta'jil berupa kurma dan air putih di beberapa titik perempatan yang ramai di Surabaya.
Tahun 2010, memakai konsep yang sama seperti tahun sebelumnya dan dengan latar belakang Ramadhan, ta'jil kembali dibagikan di perempatan-perempatan Surabaya.
Tahun 2011, dengan donasi yang bertambah, fokus yang lebih baik dan setelah bongkar-pasang anggota dan motor inti, bakti sosial diadakan tidak hanya membagikan ta'jil di perempatan. Pembagian parcel untuk hari raya dilakukan di Kampung Seng Medokan di daerah Keputih Surabaya.
Tahun 2012, selain memberi nama Iwak Peyek pada arisan deNL yang rutin dilakukan tiap bulan pada wiken kedua, dilakukan pembagian ta'jil di perempatan dan buka bersama disertai pembagian parcel hari raya di Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih Surabaya.
Berasal dari rakyat jelata yang sehari-hari makan tempe goreng, tahu atau kadang makan dengan iwak (=lauk) peyek (rempeyek, makanan renyah yang berasal dari tepung yang digoreng tipis dengan tambahan kacang atau teri atau kedelai), nama Iwak Peyek akhirnya dipilih karena memang mewakili kesederhanaan yang menjadi awal mula deNL. Saat ini deNL mempunyai anggota dengan berbagai macam latar belakang yang semuanya punya kesamaan tujuan: menciptakan lingkungan pertemanan lesbian yang positif.
Di tahun 2013 selain pembagian ta'jil yang dilakukan di Rumah Sakit Umum dr. Soetomo, dilakukan juga buka bersama ibu dan anak dengan HIV positif serta pembagian parcel hari raya kepada mereka.
Tahun ini, 2014, deNL ingin mendirikan suatu yayasan yang dapat menyalurkan energi positif yang dimiliki oleh para anggotanya. Empat motor deNL saat ini, Niken, Erna, Heningswara dan n1nna sedang merintis dan berusaha mewujudkannya dalam lima tahun ke depan.
Sementara pengisian kegiatan yang ada masih arisan dan bakti sosial.
Semoga apa yang diwiwidi dengan niat baik, dapat tercapai dengan baik dan berlangsung baik.
*tulisan ini dibuat untuk merayakan tujuan baru deNL sekaligus ulang tahun lima orang motor deNLworld di bulan Maret-April: L, Erna, Meg, n1nna dan Niken.
Aku suka banget memasak, apa lagi memasak untuk partner, tapi partner sepertinya kurang cocok dengan masakanku. Walaupun begitu, setiap kali aku memasak untuknya selalu dia makan.
Partner suka sekali dengan Kari Jepang.
Jadi kali ini aku akan berbagi resep masakan Kari Jepang, dengan bumbu jadi dari super market, sih, hihihi...
Bahan-bahan:
- Daging sapi
- Sosis sapi
- Wortel
- Kentang
- Bawang bombai dirajang halus
- Bawang putih dirajang halus
- Susu cair non gula
- Bumbu Kari Jepang siap saji
Cara memasak:
- Masukkan daging dan sosis ke dalam wajan yang sudah diberi margarin, tumis hingga warna berubah
- Masukkan bawang putih ke dalam wajan, kemudian bawang bombai tumis terus hingga bau wangi dan berubah warna, hati-hati jangan sampai gosong
- Kemudian masukkan susu ke wajan tadi, aduk-aduk hingga rata
- Masukkan wortel, kentang, daging dan sosis, tutup hingga mendidih atau hingga wortel dan kentang empuk
- Kemudian api dimatikan. Setelah itu masukkan bumbu kari siap saji
- Taraaaaa... jadilah makanan Kari Jepang. Jangan lupa dicicipi, bila kurang sedap dapat ditambah penyedap rasa atau kecap asin.
Selamat mencoba.
Tips:
- Sebelum daging ditumis, lebih baik di rebus terlebih dulu biar empuk
- Cara mengiris daging usahakan searah dengan seratnya, biar makannya enak
- Untuk bumbu kari cukup gunakan 3 blok saja, itu bisa untuk 10 orang lebih. Kalau mau dimasukkan semua biar lebih kental juga boleh.
Seperti menggenggam takdir di tanganmu.
Seperti apa rasanya?
Mungkin, aku akan takut memejamkan mata, takut genggamanku terbuka, dan tiba-tiba saja kau tak lagi di sana.
Aku akan membacanya hingga habis usia, dan memastikan semua baik-baik saja.
Dan, mungkin aku akan terkapar kelelahan membelokkannya ke arah yang tak ada sela.
Seperti menggenggam takdir di tanganmu, seperti apa rasanya?
Mungkin, semua tak harus baik-baik saja—meski kau ingin semua baik-baik saja.
Seperti menggenggam takdir di tanganmu.
Itulah kita.
Bukan karena tak yakin genggaman tak akan erat.
Hanya saja, takdir.
Ah iya, aku pikir, aku tak kuasa menggenggamnya.
Awalnya hanya dari basa basi busuk di Twitter. Chit-chat berbalas yang bermula dari keisengan seorang teman lama di waktu kuliah untuk mengenalkanku dengan orang yang menurutnya sendiri menarik. Dan memang, dia menarik. Bercandaannya lucu, dan bahasaku yang terkesan sangat formal menurutnya juga menjadi sangat lucu (bagaimana ceritanya coba, bahasa formal dianggap lucu?). Dan di sanalah kemudian semua menjadi cerita bak fairy tale. Berlanjut dengan telpon-telpon sampai larut malam, kami menjadi akrab. Mengabaikan teman lamaku yang ternyata jatuh cinta juga dengannya. Sampai kemudian kami mencoba bertemu face to face, membuat janji meluangkan waktu bersama dengan nongkrong di KFC A. Yani. Dia bilang sengaja pulang lebih awal untuk melarikan diri dari rutinitas kerja di luar kota perbatasan Surabaya untuk ketemu. Aku yang waktu itu sedang ada rutinitas meeting koordinasi gelagapan mencari cara melarikan diri.
Aku tiba lebih dulu dan memesan makanan, menunggu dia yang tidak berapa lama kemudian muncul. Oya, aku suka sekali perempuan yang berkacamata. Kejutan menariknya yang lain sampai membuat aku malu-malu dengan muka yang pasti saat itu langsung berekspresi liur menetes. Dia perempuan yang saat itu memakai setelan formal dan BERKACAMATA. Awalnya saya berpikir mungkin saja aku sedang dikerjain remaja-remaja alay seperti kebanyakan yang diperkenalkan lewat dunia maya, tapi dia berbeda. To the point, tegas, berprinsip dan serius. Ini awal yang luar biasa untuk jatuh cinta bukan?
Di mulai dari jam 15 lebih sekian menit, dari awalnya makan di ruangan ber-AC, sampai berpindah keluar dan berakhir hampir tengah malam, kami berbagi banyak cerita. Saling bertanya dan menjawab banyak hal, dan berakhir di depan rumah di mana saya tinggal. Sempurna.
Hari berikut ketika teman dekatku mengajak untuk kopi darat dengan si dia, aku yang hilang kendali. Takut pendekatan diam-diam kami terungkap. Memang sesuatu yang salah akan selalu membuat kita tidak pernah bisa tenang.
Begitulah, di pertemuan itu kami bertiga nongkrong di Coffee Corner, ngobrol seru dan kemudian main truth or dare. Saat bermain itulah sebuah pertanyaan membuatnya harus bersikap jujur, tentang orang yang saat ini dia sukai. Jawabannya membuatku terdiam, bingung, tapi tidak bisa menyembunyikanku dari rasa yang lebih dominan, senang. Dia bilang sedang menyukai seseorang yang dia temui untuk yang kedua kalinya, dan orang itu (sangat yakin) adalah aku.
Begitulah semua bermula, hampir selalu ada kesempatan di mana kami bisa lebih dekat dan menumbuhkan apa yang sudah kami mulai. Hingga kami bersama. Meskipun tidak lama, segala yang tidak terbendung itu hingga saat ini masih juga berkembang, meskipun kami tak lagi memiliki ikatan ataupun intensitas yang sama.
Satu moment yang tidak terlupakan adalah ketika saya mengingatkannya untuk makan, atau perhatian-perhatian lain yang menurutnya itu berlebihan. Dia orang yang tidak mudah untuk menuruti kehendak orang lain. Dan itulah menariknya. Di saat jengah karena keras kepalanya untuk punya pola hidup (makan) yang teratur, sering saya frustasi untuk membuatkan dia sesuatu yang bisa selalu dia makan di tengah aktivitas ataupun di saat leasure time-nya. Terbawa dari kebiasaan yang ku alami di rumah, Ibu saya orang yang selalu berusaha memasakkan apa saja yang diinginkan anak dan suaminya, karena Bapak saya tidak pernah mengijinkan kami membeli makanan dari luar (ini juga yang mungkin membuat saya saat ini –seperti kesetanan- menikmati makanan selain masakanku sendiri atau masakan rumahan lainnya).
Aku sangat suka memasak, tapi aku juga tidak membiarkan diri terbelenggu dengan tidak menikmati kebebasan merasakan masakan dari luar. Dia dan banyak teman-temanku bilang bahwa aku orang yang suka membuang uang untuk membeli makanan yang akhirnya tidak ku habiskan (kebiasaan buruk yang sampai sekarang tidak bisa ku kendalikan) karena keinginan lebih besar dari pada kemampuan perut menerima makanan (mungkin). Lidahku lebih pemilih karena mencari yang terbaik untuk memanjakan diri, di saat masih punya kesempatan.
Ketikapun bersamanya, keinginan terbesarku adalah sekali waktu kami mempunyai kesempatan bersama. Aku akan memanjakannya dengan memasakkan makanan yang tidak akan terlupakan, membuat moment dinner romantis di rumah, membangunkannya dengan hot chocolate kegemarannya, menyiapkan camilan yang akan membuatnya tidak rela meninggalkan kebersamaan kami.
Kesempatan itu pernah ada, bersamanya di dapur. Sebenarnya bukan memasak, hanya menghangatkan kare rajungan yang ku bawa dari langganan kami di luar kota. Saat aku menghangatkan kare, dia tiba-tiba memeluk dari belakang, dan menciumku kemudian bilang, "Makasih sayang."
Memasak itu hal yang sangat indah dan banyak sekali pembelajaran yang bisa kita ambil dari memasak. Selalu ada filosofi dari semua hal yang kita lakukan ketika memasak.
Jangan masukkan irisan bawang atau bumbu yang sudah diulek ke dalam minyak yang terlalu panas, karena selain meletus-letus, juga bumbu bisa langsung gosong. Ini bisa diartikan dengan: Jangan biarkan persoalan terlalu memanas, sehingga apapun solusi yang ditawarkan tidak akan mempan, malah berbalik ke diri kita sendiri. Sebaiknya tangani konflik sebelum mencapai klimaks, atau tunggu hingga panasnya reda, baru memberikan saran.
Dengan takaran yang tepat, penanganan yang sesuai resep, serta suhu oven yang akurat, maka sebuah cake akan mengembang sempurna yang berarti: sebuah hubungan, baik percintaan maupun bisnis, harus ditata dengan hati-hati, langkah demi langkah, dan sesuai takarannya agar bisa berkembang menjadi hubungan yang memuaskan bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Taburan garam dan gula pada sebuah masakan dapat menggantikan vetsin yang berbahaya bagi kesehatan. Artinya: setiap kenikmatan hidup yang merusak tubuh dan jiwa sebenarnya memiliki bahan penggantinya yang lebih aman dan sehat. Kita hanya harus disiplin mengalihkan diri dari yang merusak ke yang tidak merusak.
Masuk ke dalam inti tulisan ini, sebenarnya aku hanya ingin berbagi tentang sedikit memaknai filosofi (kalau boleh dikatakan seperti itu) di dalam memasak itu sendiri. Buatku memasak hampir sama prosesnya ketika kita menjalani kehidupan kita sendiri, di sana ada proses yang berjalan, ada kesabaran, ada persiapan, ada proses mematangkan dan juga menghidangkan atau menyajikan.
Sama seperti hidup kita sekarang yang ku pikir hampir mirip dengan proses memasak itu sendiri, saat pertama kali kita dilahirkan hampir sama ketika kita sedang mempersiapkan bahan-bahan dalam memasak, kita sebagai “bahannya”, kehidupan adalah bumbu-bumbunya lalu ketika kita mulai beranjak dewasa kita mulai sekolah, dari SD sampai perguruan tinggi, itu semua menurutku adalah sebuah “bumbu-bumbu” yang ditaburkan kepada kita sebagai” bahan dasar” dari sebuah “masakan” kehidupan hingga suatu saat kita akan “disajikan atau dihidangkan” ke dalam sebuah “perjamuan” kehidupan yang sesungguhnya.
Didalam memasak kita diajarkan oleh yang namanya proses, mulai dari menyiapkan bahan, memanaskan minyak, mencuci sayuran, memotong bumbu-bumbu hingga yang lainnya dan itu sama dengan hidup kita sendiri yang mana hidup adalah berproses sedikit demi sedikit, bertahap dan tidak serta merta langsung sebuah menjadi “makanan” jadi. Ada sebuah proses di dalam hidup kita.
Sebuah proses yang harus benar-benar kita lakukan untuk mendapatkan “cita rasa” yang pas dalam hidup kita, kita harus benar-benar menjalani hidup kita sebagai bagian dari proses hidup kita sendiri agar kelak nanti ketika dewasa kita menjadi seorang manusia yang berguna, bermanfaat, dapat “dinikmati” dan dapat membuat orang di sekeliling kita nyaman dengan diri kita. Dalam memasak juga kita diajarkan untuk menggunakan kesabaran kita, masakan yang akan kita masak tidak akan menjadi baik dan enak ketika kita terburu-buru dalam memasaknya, dan dalam hidup pun seperti itu dalam proses tadi kita diajarkan bahwa sebuah kesabaran adalah kesediaan untuk menjalani prosesnya satu demi satu.
Dunia ini diciptakan berproses. Kesabaran berarti menikmati proses tersebut. Kita tak bisa mendadak menjadi kaya, pandai, dan sukses dalam suatu hal tanpa proses. Kita harus mau bersabar menjalani prosesnya dari hari ke hari. Dalam hal ini berlaku hukum pertumbuhan dan sebab akibat, kita hanya menuai apa yang kita tanam. Atau ada yang bilang gini, "Kesabaran adalah saudara kembar dari keberanian bertindak. Kesabaran adalah denyut nadi yang menentukan seberapa lama keberanian untuk terus mencoba, tetap bertahan dalam diri seseorang. Kalau kita bersabar Anda akan benar-benar menikmati saat-saat terindah dalam hidup Anda."
Begitulah juga dengan hubunganku dengannya, semua proses yang tidak pernah kami lewati membuatku tidak pernah berhenti berharap. Seharusnya kami tidak semudah itu menyerah.
Bukan masalah takdir yang terjadi dan hanya apa adanya
ini asa kita meraih bahagia
Jangan takut memejamkan mata..
karena dalam gelap kita mampu membayangkan apa saja yang kita suka..
...jangan takut genggamanmu terbuka..
karena kita juga perlu memberinya ruang agar nafasnya lega..
mungkin kau tak akan selamanya di sana..
tapi kau selalu ada dalam hati dan kenangan yang kupunya..
mari kutemani membaca..
jalan kita masih sama..
meski arahnya mulai berbeda..
jika lorong kita tak ada sela..
maka mari luangkan jeda untuk mencipta sedikit celah rahasia..
*percayalah
ini bukan tentang takdir yang telah sedemikian rupa terukir..
ini masalah sekuat apa kita yakin dan sebesar apa upaya kita yang mengalir*
**sebagian tentang filosifi diambil dari blog orang lain
Bulan Februari identik dengan bulan cinta, iklan merayakan hari penuh kasih bertebaran di mana-mana, biasanya sih untuk sepasang kekasih. Tapi yang ingin saya tuliskan saat ini bukan tentang cinta sepasang kekasih, tapi cinta kepada orang tua. Sebesar apa sih cinta kita kepada orang tua kita?
Ada pepatah yang mengatakan kasih sayang orang tua sepanjang masa dan kasih sayang anak sepanjang jalan. Menurut saya pepatah itu bukan hanya sekedar pepatah tapi suatu kenyataan.
Coba sekarang kita renungkan ketika orang tua minta sedikit waktu dari kita pasti banyak alasan untuk menolaknya. Sedangkan saat kita kecil, 24 jam non stop orang tua memberikan waktunya untuk kita, sampai sekarang saya juga tidak mengerti kenapa bisa seperti itu.
Pernah ada teman saya yang bilang seperti ini, "Kamu enak masih punya orang tua, masih bisa berbakti dan masih diarahkan kepada hal-hal yang baik. Sedangkan aku sudah tidak mempunyai orang tua, tidak ada yang mengarahkan ke hal-hal yang baik," padahal semasa orangtuanya hidup dulu dia hanya sedikit memperhatikan dan membahagiakan orang tuanya.
Ada pepatah lain yang mengatakan bahwa kita tidak akan pernah merasa kehilangan jika kita tidak benar-benar kehilangan. Mungkin hal seperti inilah yang dirasakan teman saya tadi. Ketika orangtuanya sudah tidak ada, dia sangat menyesal mengapa tidak dari dulu dia membahagiakan mereka.
Jadi sebelum kita kehilangan orangtua, alangkah baiknya bila kita mulai memberikan segala hal yang bisa membuat orangtua kita tersenyum dan tertawa bahagia.
Begitulah, hari ini mari kita merenung sejenak. Tema bulan
ini adalah cinta, seperti kembali mengulas karya-karya Gibran dan mengelupas
luka-luka atau menelusuri harapan yang biasa kita sebut atas nama cinta.
Atau kita akan menginginkan mempunyai banyak cawan, hanya karena air yang terlalu melimpah atau kita merasa kurang dengan satu cawan?