Tiga jam setelah tangis kesalku pecah.
Terdampar tidak tahu di kota mana
Membuktikan dan menyadari ternyata kamu yang kuinginkan
....

Mungkin terlalu dini aku mengucapkan suka padamu. Perempuan yang kukenal samar lewat sinyal HP. Yang tersamar dari dinding mimpiku tentang "esok dan kita", yang terkhayal dari serpihan sarkofagus dan artefak masa lalu dan keinginan sesat dari permata milik sahabat jiwaku.
Aku dan keinginanku, aku dan mimpiku dan kamu di ujungnya.
Terlalu dangkal.
Terlalu bodoh.
Terlalu terburu-buru.
Aku hanya tak mau dikejar waktu (sayang)
Barangkali aku terlalu sibuk ingin mencintai seseorang agar tidak hampa.
Barangkali aku terlalu menginginkan hatiku menjadi pelangi dalam cerita hidupku, aku semakin egois lupa bahwa kamu mempunyai hak memilih. Hak untuk menolak.
Dan aku menjadi barbar yang tidak sudi ditolak. Siapa aku buatmu? Bukan siapa-siapa,
bahkan aku orang yang membuatmu pusing bila berbicara. Yang merecoki hidupmu yang semula tenang-tenang saja.
Dan aku akan sabar menanti hatimu berubah. Aku tak peduli engkau mempunyai jin dalam botol yang besar dan memenuhi rongga hatimu meski kadang itu membuatmu menjadi landak, kura-kura. Aku tak punya waktu dan hati untuk tertarik dengan lainnya, karena hatiku tidak bisa dibujuk.
Sebenarnya aku ingin menyerah, tapi hatiku terlalu mengharapmu dan berdoa agar waktu berpihak.
Aku tidak punya kehidupan yang akan datang atau bisa memutar kembali masa lalu, tapi aku punya esok hari dengan mimpi yang harus kuraih. Aku ingin kau ingin, aku ada kau ada, semoga waktu dan hatimu berpihak padaku.


0 comments to "Yang Ada Tak Ingin, Yang Ingin Tak Ada"

Posting Komentar

just say what you wanna say