Timing...

Pranoto Mongso orang Jawa bilang sangat diperlukan untuk melaksanakan hal-hal penting. Dan orang yang cerdas adalah orang yang tahu bagaimana mengatur timing. Tapi aku tidak mau menjadi miss planner. Hueuhehehe...

Bagiku timing kadang-kadang diperlukan, kadang-kadang memuakkan. Aku tidak mau diatur waktu, tapi aku selalu dikalahkan waktu. Usia yang tak lagi menipu, dan kebodohan-kebodohan kecil membuatku selalu dikalahkan waktu. Kuliah yang belum kelar-kelar, usia 29 tahun tetapi masih tertatih-tatih mempercayai Allah, usia 29 tahun belum menerbitkan buku (rencanaku umur 25 menerbitkan buku), kerja 3 tahun yang menabungnya baru terkumpul berapa juta, am I wasting my time?

Waktu tak mau menunggu, begitu Rendra bersyair...

Berapa lama lagi kamu mau belajar mengenal Dia sementara kamu tidak tahu di ujung umurmu (thanx gek)...?

Aku hanya mengejar timing tapi tak pernah benar-benar mengenal diriku dan Tuhanku.
Dan bila tentang seseorang, sekarangkah timing yang pas untuk fokus pada seseorang? Untuk apakah? Siapkah aku mencintai? Dicintai? Apa hanya karena umurku yang semakin menua maka aku takut sendirian?

Atau aku terlalu buru-buru menentukan seseorang yang kuinginkan? (Aya mempertanyakan ini). Tapi dalam hal ini di saat aku menghadapkan cermin pada hatiku sendiri aku bisa menjawabnya tegas: cinta ya cinta aja, Aya.

Aku tidak mau menunggu lagi. Menunggu dia agak santai, tidak direcoki pekerjaannya, menunggu dia mengerti cintaku lewat tindakanku. Karena aku tidak tahu di mana ujung umurku, dan tentu saja aku berharap mendapatkan kesempatan. Maka maafkan aku bila kembali menjadi egois impulsif lagi. Sekali lagi maaf.


0 comments to "Timing"

Posting Komentar

just say what you wanna say