I…
Who do not know much about everything,
Too naive been said that know about the heart
Only a little bit desire that comes up through the mind
It is not the whole sense,
Just of what it calls precipitate
Or a bit of flash from the reaction of the sense itself
Being interactive with the feeling around it
And unstated heart which there is no trust to be gained
I…
Do not know where I am standing now
Just too pleasure to be sad
And afraid the things going to be better
Just do not know how to deal with it
Too much pain that surrounding
Put it in the place just to get used to it
And how devastated rebound chop it was


There is a color, there is an air
There are some voices in the far away place
In the forgotten homeland
In the crowded places, in the silence faces
In the searching heart
There is a hope, there is a clue
And there is a face
Arise the amusing, reveals the doubtness
Emerge the wondering thoughts
No sense that comes up, no feeling that captured
Empty air comes down, freezing wind run through
No signs fall down, no clues come up
Just a face, because of the face
Not me, not them, not anyone here
Just a face... of the past


Datanglah di bilik ini, sebelum langkah tak bisa ku penggak

Datanglah, bawalah hatimu serta
Sebelum hari bermentari lagi
dan ufuk memanggilku pergi

Karena mungkin esok hari, kutak bisa lagi menjelma jadi pelangimu

Maka senja ini mungkin jadi penali....

Aku masih mencintaimu, dengan rasa yg menurutmu terkoyak
Aku masih bisa menambalnya....
Jika kau datang

Di satu senja, kunanti pelangimu


Seseorang harus datang malam ini....
Tak perlu dia memiliki tungku perapian....
Tak perlu korek juga.........
Cukup dia bawa satu saja batu....tapi dia mau menggesekkannya dengan bebatuanku..

Seseorang harus datang malam ini.......
dan MEMBAKARKU lagi

Aku telah lama beku,
dalam hati tak berantah, dan jiwa tak berselimut
bukannya ku tak bisa hidup sendiri
tapi aku butuh berbagi....dalam....dasar........palung hidupku

Dan telah kupertahankan rasa ini sebisaku
telah kukawinkan hatiku dengan hidupmu
sudah kusudahi tanda tanya akan sakitku.........
tapi kau tetap tak pernah menjengukku...........

Seseorang harus datang malam ini
dan MEMBAKARKU lagi
sama seperti kau mengalihkan rasaku pada sosok sebelummu

Toh ini semua masalah waktu
seperti kau menginginkan waktumu tak lagi kutunggu


Takkan kuhadirkan kakiku ke sana,
tak kan pula kuhadapkan mataku untuk melihatnya.

Aku akan dirasuki jutaan imaji mengenai dirimu dengannya.

Bagaimana kalian makan bersama, atau bercinta di atas meja.

Dan betapa seharusnya engkau tidak di sana,

maaf saya sedang tidak berselera untuk disiksa


I heard raindrop knocking on the roof of my terrace
I just sit on the couch inside my house
Silence caught me without alert
Drown me away to the deep loneliness

I try to awake from this wave of emptiness
And walking to the park
With drizzle and silver umbrella accompany me
The steps that I take so heavy, taking the past never gone away

I just look up to the sky, see the silver raindrop falling from above…
Just like a thousand thin n slice bullet running down to my skin
Emerge the past memory in every drop that touch my skin
I try to open my eyes wide, ignore the drops
Want to see beyond the rain, to clear my conscience
Wish that I find something out there
Wake me up from this wandering mind


Like a damp wood that poured by water in the rainy season
Bit by bit, your shadow try to posses my consciousness
Everything so bright, as bright as my heart that calling your name
In every breath that I take, so tender and fresh

Give me another time to see your face
That roaming in my mind and ruin every vessel of my sanity
The light of your eyes is shining in every time I open my eyes
Soaked the sun beneath the shore of my heart

I’m calling for the lord that tight up all the strings in my body
Laughing for the joke that only the tears are running down to my grey face
Coz’ I’m longing for you as my sun that glowing in my heart
In every consciousness I’m praying in my days
But only your shadow that appears in the twilight,
When I start to open my eyes, lit my ray by the time the night is come


MENGUCAPKAN SELAMAT IEDUL FITRI 1430 H

Mohon Maaf Lahir & Batin


Tak terasa sudah sejauh ini aku berjalan……
Di jalan yang gelap, licin dan berbatu
Adanya teman memudahkanku melaluinya…
Kami bergandengan tangan melewatinya…..
Terasa aman nyaman dan tenteram….

Di seberang jalan sana….
Jalan yang terang benderang….
Kami lihat banyak orang yang berjalan….
Tapi mereka takkan pernah bisa melihat kami,

Aku bertanya pada temanku
“teman, apakah kita salah jalan?”
“ya, kita memang salah jalan”
aku tersenyum menerima pernyataannya….

Lalu aku protes pada Tuhan.

“Tuhan, kenapa Engkau menakdirkanku tuk berjalan di jalan ini?”
“Aku memang menyediakan jalan ini, tapi bukan untuk dibuat jalan,
seperti halnya, aku menciptakan usus buntu, tapi fungsinya bukan untuk percernaan”
“Tapi apa guna Engkau menciptakan sesuatu yang tak seharusnya digunakan?”
“usus buntu takkan pernah mengganggumu jikalau makanan tidak salah masuk kedalamnya, aku menciptakannya agar engkau berhati – hati dalam hidup ini. Aku menciptakan berbagai hal yang salah, tapi jangan lupa Aku juga telah menciptakanmu lengkap dengan otak dan pikiranmu. Sebelum kamu melangkah ke jalan itu, sebenarnya kamu sudah menggunakan otakmu. Otakmu bekerja untuk menimbang sesuatu dan kemudian memutuskan. Rangkaian kerja menimbang dan memutuskan adalah sebuah perencanaan. Perencanaan yang dibuat secara sadar. Segala sesuatu yang dilakukan secara sadar telah menuntut adanya tanggung jawab. Tanggung jawab menghasilkan nilai pahala dan dosa”

Setelah perenunganku berbicara dengan Tuhan aku telah sadar……..
Ya, aku telah sadar jauh sebelum aku melangkah di jalan ini

aku sadar tapi tak mau menyadarinya
aku tahu tapi aku tak mau tahu….
aku salah tapi tak mau mengakui kesalahanku
entah sampai kapan hal ini akan berakhir…………..


Cintaku padamu bagaikan air yang mengalir dari pegunungan….
Begitu jernih, murni dan segar…..
Cintaku akan selalu mengalir pada tempatnya…
Dia tak akan pernah berpindah ke lain tempat…..

Cintaku akan menuruti segala kemauanmu….
Letakkan cintaku ke dalam wadahmu,
Dia akan berubah seperti wadah yang kau inginkan…..

Pergilah kau kemanapun kau inginkan….
Cintaku akan tetap berada di sini….
Dia tidak akan pernah berubah….

Hanya saja, jangan kau koyak-koyak cintaku….
Karena dia akan berubah jadi keruh….
Butuh beberapa saat untuk membuatnya jernih lagi….

Jangan kau beri dia noda….
Karena dia tidak akan pernah menjadi jernih lagi….
Dia akan selamanya menjadi pudar……



Gimana, pren, kalo logonya kayak gini? Sip/nggak? Komennya ditunggu, ya...


Rainbow, pelangi......pada waktu kecil aku pernah menyaksikannya. Indah di mataku, serasa dekat, tapi pada saat ingin kusentuh justru sang pendar warna itu malah terbang mengikuti awan hujan yang berganti terang. Pada saat dia menghilang di ujung langit, aku hanya bisa tersenyum dan berharap kapan Rainbow akan datang lagi.

Beberapa kali hujan yang singgah di bumiku, Rainbow itu tak jua datang. Ah, lama nian kutunggu keindahannya, Rainbow terlalu sulit mengunjungiku. Bisikku dalam hati, "Tuhan ijinkan aku merasakan Rainbow sebenarnya dalam hidupku."

Dan sampai 15 tahun setelah aku melihat Rainbow pertama dalam hidupku, aku tak pernah lagi menyaksikan Rainbow. Dalam khayalku, Rainbow itu sangat indah, meski sekejap, dan keindahan adalah cinta, dan cinta memang tak bisa diukur dari lama tidaknya waktu. Karena cinta kecocokan jiwa, karena itulah bayangan tentang Rainbow cukup lekat di jiwaku. Andai aku bisa menemuimu, meski sekejap, kuingin ukir keindahan di sana!

Dan sampai 15 tahun kuberkhayal tentang Rainbow, sosok itu hadir. Ada tabir, ada suka, ada rasa, ada damai. Ada saja tembok teralis antara aku dan dia, namun aku tetap bisa menyaksikan sinarnya, sinar yang menempa kosong hatiku. Rainbow, betapa lama aku menunggu untuk menyaksikanmu lagi, dan kini kau telah menghampiri................dan seperti namamu: menghampiri untuk pergi lagi!

Jika aku bisa, sesegera mungkin 'kan kulukis segala warna, kupanjatkan di dinding langit hati kita, 'tuk merasakan hadirmu tak hanya sekejap saja. Rainbow, aku masih merindukanmu. Kapankah kau menjelma jadi lukisan jiwaku yang tak lagi menghilang???


Handphone-ku bergetar.

Dengan enggan kubaca nama penelponnya. Private number. Setelah beberapa saat aku menimang-nimang, akhirnya kuputuskan untuk mengangkat telpon itu.

"Hallo," sapaku.
"Hallo, Ca. Ini Rosa."
"Rosa?" ucapku agak terkejut.
"Sudah terima undangannya?" tanya Rosa agak terburu-buru. Suasana hiruk pikuk di sekitarnya terdengar samar-samar.
"Undangan?" Buru-buru aku berjalan ke arah meja ruang tamu, menahan rasa pusing yang langsung muncul ketika aku bangun dari tempat tidur. Langsung kucari undangan yang disebut oleh Rosa. Ternyata housemate-ku menaruhnya di bawah tumpukan koran.

"Iya, aku post beberapa hari yang lalu. Harusnya sudah sampai tadi pagi."
"Oh, iya.. ada nih.. Undangan siapa, sih, ini?" kubuka undangan itu dan terkesiap melihat nama pengantin perempuannya. "Rosa! Kamu mau married? Kenapa nggak pernah cerita di email? Ngagetin
banget." aku masih belum pulih dari keterkejutanku. Kulihat nama pengantin prianya, memang pria yang Rosa pacari dua tahun terakhir ini.

Rosa tertawa senang mendengar keterkejutanku. "Ca, itu undangan belum disebar loh. Aku kasih kamu duluan sekalian bikin kejutan supaya kamu orang luar pertama yang tahu," ucapnya senang.
"Ya ampun Sa.. Kamu hampir bikin aku jantungan, tau nggak?" ucapku tanpa bisa menyembunyikan kesenangan yang juga aku rasakan saat itu.
"Ca, aku lagi buru-buru nih. Nanti aku kirim e-mail lagi ya," Lalu Rosa mengakhiri percakapan singkat kami.

Aku merebahkan diriku di atas sofa. Kupandangi lagi undangan yang masih kupegang. Rosa.. berapa umurnya sekarang? 23? Waktu memang cepat sekali berlalu. Aku sendiri sudah 27 tahun. Sudah bisa kutebak reaksi mama kalau tahu tentang hal ini nanti. Pernikahan Rosa memang alasan yang tepat untuk menyuruhku cepat-cepat cari pacar dan menikah. Aku tahu maksud baik mama. Tapi entah mengapa hati ini masih tidak bisa untuk menerima cinta yang lain. Hati ini seolah-olah masih diikat olehnya, oleh pria yang selalu ada di setiap sudut benakku, yang berada nun jauh di sana..
Umurku kira-kira sama dengan Rosa waktu papa mama mengenalkanku dengannya. Aku sedang kuliah tahun terakhir saat itu. Ia sedang liburan di Jakarta, dan orang tuanya yang merupakan teman baik orang tuaku membawanya ke rumah kami. Aku masih ingat kesan pertama yang kudapat sewaktu melihatnya. Tampan namun angkuh.

Bianca, kenalan sini sama Jason." Aku baru saja pulang dari kampus waktu mama memanggilku. Aku duduk di sebelah mama dan mengulurkan tanganku kepada laki-laki yang dimaksud mama itu.

"Bianca" ucapku singkat. "Jason" ia membalas uluran tanganku singkat lalu melepaskannya lagi. "Bianca, Jason ini lagi liburan dari Sydney. Kuliah kamu 'kan juga sebentar lagi libur, bisa kan kamu temenin Jason kalau dia mau jalan-jalan?" Aku menatap mama heran karena permintaan mama terdengar janggal sekali.

"Ok." jawabku singkat, malas memperpanjang percakapan di depan orang yang tidak kukenal.
"Jason, kamu catet donk nomor telponnya Bianca," mama Jason tiba-tiba angkat bicara. Aku baru ingat bahwa aku belum berkenalan dengan dua orang lagi yang duduk di sebelah Jason. Buru-buru aku berdiri dan menyalami mereka.
"Kayaknya kita yang tua-tua ngobrol di belakang aja, yuk," papa lalu membawa orang tua Jason ke taman belakang, meninggalkanku dan Jason berduaan. Sejujurnya aku merasa canggung sekali karena aku memang bukan orang yang mudah bergaul.
"Bianca," panggilannya membuatku sedikit terkejut.
"Ya?" Ia lalu melambai-lambaikan handphone-nya. Nomormu?" tanyanya singkat seraya memberikan benda itu kepadaku.
"Oh.." jawabku gugup. Kusimpan nomor handphone-ku di memori buku telponnya.
"Kamu miss call ke handphone kamu aja supaya kamu juga punya nomorku," ucapnya sewaktu aku hendak mengembalikan handphone-nya.
"Oh.." ucapku lagi. Aku benar-benar merasa bodoh sekali. Malu mungkin lebih tepat. Lalu kudengar tawanya meledak. Aku menatapnya heran.
"Untung mama kamu 'dah bilang kalau kamu anaknya pendiam dan pemalu," ucapnya sambil mengacak-acak rambutnya sendiri yang kecoklatan.
Aku dapat merasakan pipiku memerah saat itu. Anaknya ternyata cukup menyenangkan, tidak angkuh
seperti yang aku bayangkan. Kami ngobrol cukup lama. Walaupun aku agak kaku pada awalnya, ia
berhasil membuat suasana lebih santai dengan cerita-cerita konyol.

Jason Tjiputra. Ia besar di Sydney dan jarang pulang ke Jakarta. Ia sudah menyelesaikan kuliahnya dan sedang mencoba mencari pekerjaan. Papanya sebenarnya menginginkan ia membantu usaha keluarga
mereka namun ia bersikeras ingin mencari pengalaman dulu di sana. Sementara ia menunggu lamarannya diterima, ia pulang kembali ke tanah air.

Dimulai dengan telpon-telponan tiap malam dan sesekali pergi bersama keluarganya, kami mulai jadi dekat. Sekali waktu, ia bahkan nekat menjemputku di kampus. Sesuatu yang membuat geger
anak-anak di kampusku. Kejadian itu masih segar dalam ingatanku, karena pada hari yang sama itulah,
sesuatu merubah hidupku. Ia bersandar ke mobil mewahnya dengan gayanya yang angkuh. Tangannya dimasukkan ke saku celananya dan dari balik kacamata hitamnya, matanya seperti sibuk mencari-cari sesuatu. Aku hampir tidak percaya ketika melihatnya di lapangan parkir kampus sore itu. Buru-buru aku menghampirinya.

"Jason? Ngapain di sini?" sapaku sambil tertawa kecil, menyembunyikan rasa grogiku.
"Ca, aku mau ajak kamu jalan," ucapnya dengan senyum lebar tersungging di bibir merahnya. Aku terkesiap mendengarnya. Ini pertama kalinya dia mengajakku pergi berdua saja. Aku melirik
ke mobilnya, mencari-cari sopirnya.
"Sopirnya mana?" tanyaku polos.

"Aku yang nyetir donk!" ucapnya bangga.
"Hah? Nggak mau ah.. Kamu kan nggak bisa nyetir di sini," sahutku pura-pura panik.
"Jangan takut, aku dah latihan dari kemarin," ia lalu berjalan melewatiku dan membukakan pintu mobil
untukku. "Silahkan masuk, tuan puteri."
Aku bisa merasakan tatapan-tatapan yang tertuju padaku saat itu.

Bagaimana tidak, sore itu lapangan parkir sedang ramai-ramainya dan tiba-tiba saja ia datang dengan semua keglamourannya. Ditambah lagi statusku yang memang kurang mengenakkan di kampus ini. Merasa tidak enak, aku memilih untuk buru-buru masuk ke mobil sebelum mereka menganggap aku sedang pamer cowok.

"Kok diem aja Ca?" tanya Jason sedikit tidak enak.
"Lain kali nggak usah jemput aku," jawabku pelan.
"Kenapa sih memangnya? Nggak enak ama anak-anak di kampus? Biarin aja ah..." sahut Jason cuek. Ia sibuk mencari-cari lagu yang bagus dari CD changer-nya.
"Nanti aku diomongin yang macem-macem.."
"Diomongin apa sih?" tanyanya, kali ini agak lebih serius.
"Yah.. apa kek gitu.. Kamu tahu bagaimana sikap mereka sama aku? Mereka tuh nggak suka
sama aku," jawabku sedikit sedih mengingat celaan apa saja yang pernah ditujukan kepadaku.

"Mereka cuma sirik sama kamu.. Udah pinter, kaya, cakep lagi. Plus dijemput ama cowok keren begini.. Kayaknya emang mereka bakalan makin sebel sama kamu sih."
Tanpa kusadari, aku tersenyum sendiri mendengar ucapannya. Entah kenapa, Jason bisa membuatku merasa dihargai dan berarti meskipun ia tidak pernah mengatakannya secara langsung.

Jason adalah orang pertama yang bisa membuatku merasa bahagia seperti ini. Sejak kecil, sikapku yang tertutup dan pemalu membuat orang-orang berpikir bahwa aku ini sombong. Bahkan sebelum mengenalku pun, mereka sudah memasang tatapan tidak suka ketika melihatku. Penampilanku juga
sebenarnya biasa saja tapi selalu ada yang dikritik oleh mereka. Sok pamer lah, sok cakep lah, atau sok sopan. Seraya bertambah dewasa, orang-orang mulai selalu menguhubungkanku dengan orang tuaku yang terkenal. Nilai-nilaiku yang bagus karena hasil kepintaranku sendiri juga selalu diragukan. Sikap dosen yang menghormatiku dikatakan semata-mata hanya karena ingin menjilat.
Aku tidak pernah benar-benar punya teman. Yang selalu menemaiku hanyalah gunjingan dari mereka yang tidak menyukaiku. Aku tidak pernah mengerti alasannya..

Sore itu Jason mengajakku ke mall. Ia memintaku menemaninya berbelanja.
"Ca, sini sebentar," Jason masuk ke salah satu butik pakaian perempuan.
"Ngapain, sih? Kamu mau beli baju buat mama kamu juga?" aku hanya mengikutinya dari
belakang.
Ia lalu mengambil sebuah gaun malam, menyodorkannya kepadaku. "Cobain yang ini."Aku menatapnya heran. "Udahh.. ayo cepetan.." ia mendorongku ke kamar ganti.
"Jason, ini nggak cocok buat aku.."aku mengamati gaun biru muda dengan sulaman bunga bertebaran di bagian bawahnya. Memang manis sekali. Jason hanya memberiku isyarat untuk diam dan segera mencoba gaun itu. Setengah hati, aku menurutinya.
"Pas sekali.." ia berdecak kagum ketika melihatku mengenakan gaun itu. "Saya ambil yang itu ya," ia lalu berkata kepada pramuniaga yang berdiri di sampingnya. Jason memaksa membelikanku gaun itu.
Sebagai tanda terima kasihnya karena aku telah menemainya berbelanja sore itu. Alasan yang aneh
menurutku.

Kami lalu makan malam di salah satu restoran dan berbincang-bincang sambil menunggu pesanan kami
datang. Percapakan yang tidak pernah aku lupakan.
"Kapan kamu balik ke Sydney?" tanyaku membuka percakapan kami.
"Kenapa? Udah bosen nemenin aku, ya?"
"Eh.. bukan begitu lah.. Cuma mau tau aja.."
Jason menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menghela napasnya.
"Sekitar satu atau dua minggu lagi."
"Oh.." hanya itu yang keluar dari mulutku.
Ia lalu memajukan tubuhnya, mendekatkan dirinya. "Kalau aku pergi, kamu kesepian?" ia tersenyum nakal.
Aku sungguh tidak bisa menjawab apa-apa. Bibirku seperti terkunci dan aku hanya bisa menunduk. Aku juga tidak mengerti mengapa aku jadi seperti itu. Sungguh memalukan.
"Ca, kamu suka cowok kayak apa, sih?" tanyanya mengalihkan topik, namun pertanyaannya masih membuat jantungku berdetak kencang.
"Aku? Uhmm.. Aku suka.." aku berpikir sebentar. "Aku suka cowok yang mau menantiku selama seribu tahun lamanya," jawabku akhirnya dengan mantap.
Ia menatapku heran. "Aku tidak pernah dengar jawaban seperti itu sebelumnya."
"Memangnya sudah berapa orang yang kamu tanya seperti itu?" tanyaku memberanikan diri. Ia tertawa ringan. Ia tidak menjawab apa-apa.
"Kalau kamu? Kamu suka yang seperti apa?" tanyaku balik.
"Aku?" ia diam sebentar. "Aku suka cewek yang bisa membuatku jatuh cinta padanya," sambungnya.
"Jawabanmu lebih aneh lagi," aku tertawa kecil, merasa agak sedikit lepas dari kegugupanku.
Jason mengangkat bahunya cuek. "Ca, kamu lebih cantik kalau kamu panjangin rambutmu," ucapnya tiba-tiba.
Kini aku yang terdiam.
"Kenapa kamu belum punya pacar?" tanyanya kemudian. "Aku yakin banyak cowok ngantri untuk jadi pacarmu."
"Aku belum menemukan yang pas," jawabku diplomatis.
"Pernah jatuh cinta?" tanyanya lagi, menyudutkanku.
"Rahasia.." jawabku malu-malu, mengaduk-aduk minuman yang baru diantar. Walaupun kepalaku tertunduk, aku tahu ia sedang menatapku. Sejujurnya, saat itu aku sadar bahwa aku sudah mulai jatuh cinta kepadanya. Jatuh cinta untuk pertama kalinya.

Sesampainya di depan rumahku, aku sudah hendak membuka pintu mobil sewaktu ia menarik tanganku, mencegahku untuk keluar.
"Ada apa?" tanyaku antara bingung dan juga malu karena aku juga menikmati sentuhan tangannya.
Ia menatapku sesaat, beberapa detik yang terasa begitu lama untukku.
"Nggak pa-pa. Maaf," ia melepaskan tanganku pelan. "Good night, sweet dream," senyumnya.

Aneh, aku agak sedikit kecewa saat itu. Aku hanya bisa membalas senyumannya dan beranjak keluar. Lalu aku melihat mobil ayah Jason diparkir di dalam garasi rumahku.
"Jas, itu bukannya mobil papamu?" tanyaku agak sedikit terkejut. Jason menatap ke arah yang kutunjuk dan ternyata ia juga sama herannya dengan aku.
"Kamu turun aja dulu,"akhirnya kuberanikan diriku.
Jason hanya mengangguk-angguk dan mematikan mesin mobilnya.

Waktu kami masuk, ternyata orang tua Jason memang sedang bertamu ke rumahku. Aku langsung duduk di sebelah papa sementara Jason duduk sendiri terpisah.
"Abis ke mana aja kalian?" tanya mama lembut.
"Tadi Bianca nemenin Jason belanja doank kok ma," jawabku sambil mencuri pandang
ke arah Jason. Ternyata ia sedang menatapku juga. Buru-buru aku mengalihkan pandanganku.

"Papa mama kok bisa kebetulan di sini juga?" kudengar Jason angkat bicara.

"Kami memang mau ngomong sama kalian berdua.." jawab ayahnya dengan suara agak berat. Jarang sekali aku mendengarnya berbicara. Kulihat ia melirik ke arah istrinya, seolah meminta istri melanjutkan kata-katanya.
"Begini Jason.. kami lihat kalian berdua sangat cocok sekali." Jantungku berdegup menunggu kata-katanya selanjutnya. Lagi-lagi aku tundukkan wajahku.
"Jadi kami berpikir mungkin akan sangat baik kalau kalian dijodohkan. Setidaknya bertunangan dulu sebelum kamu kembali ke Sydney. Mama dan papa sudah kenal dekat dengan orang tua Bianca. Kamu juga sudah cukup umur untuk memulai hubungan yang serius."

Aku merasa ini seperti mimpi, atau seperti kisah dalam novel. Aku baru saja jatuh cinta, untuk yang pertama kalinya dan langsung dijodohkan dengannya Segalanya yang kudengar seperti tidak nyata. Sekuat tenaga kutahan diriku untuk tidak bersorak kegirangan. Lalu aku memberanikan diri menatap ke arah Jason.

Tidak seperti yang kuduga, kulihat raut wajahnya berubah. Tidak ada tanda-tanda kebahagiaan di sana. Wajah itu menjadi keras dan angkuh, tepat seperti waktu aku pertama kali melihatnya. Hatiku seperti ditusuk melihat reaksinya.

Jason lalu berdiri dari duduknya. "Aku minta waktu untuk berpikir." Ia pun beranjak pergi begitu saja. Menoleh ke arahku pun tidak. Duniaku serasa gelap saat itu. Aku tidak mau tahu apa yang terjadi. Yang kuingat, aku berlari ke kemarku dan mengunci diriku di sana. Semalaman itu aku menangis sendiri. Ternyata Jason sama dengan yang lainnya.


....
Pokoke, Ay, apapun pilihan hidupmu.....TERSERAH.... Pokoke jangan bikin orang lain susah. Met ulang tahun, Ya....


Puas. Gembira. Mungkin dendam mungkin luka membuatku menjadi lebih dingin, kelam, kejam pada sosok yang dulu sangat kukenali anatomi tubuhnya. Apa setiap kita luka kita juga ingin orang lain luka?
I don't care.
Siang yang panas atau hati yang panas membuatnya penuh amarah menatapku, hanya karena seorang sahabat menjemputku. Sahabat yang dia pikir my someone special. Tapi aku memang sengaja. Huhhh. Orang sombong memang sedekahnya disombongin. Sabtu lagi ya Ay...


Selamat Ulang Tahun, Rin...

Hapeku menyalakan alarm buatmu tadi malam, sebenarnya namamu hampir terkubur bersama daftar-daftar impossible yang kubuat beberapa bulan lalu. Tapi toh aku manusia yang selalu berusaha berharap. Memunculkan sedikit keberanian lewat jampi-jampi rai gedhek kuucap buatmu "Selamat Ulang Tahun" entah yang keberapa tahun.

Saat ini, hari ini semoga kamu selalu bahagia.


Girl, I'll never find someone like you
You take my breath away and
When I'm with someone new
I rather be here with you, forever

Girl, I think about you all the time
I know in my love is true
I never found the words to say
You're the one I think about each day
and I know no matter where life takes me to
My heart belongs to you...

You'll always be the dream that fills my head
All I have is just my heart
and my feelings I give to you
That's all that I can do
Cause it's not just sexual things
Your smile and tenderness those're all I need


Hari ini seorang sobat mengabarkan kedatangannya padaku. Ada rasa senang atas kedatangan si gigi kuda (begitulah Cece-ku menyebut julukan untuk dia...hehhehe). Ada percik rasa rindu bercengkerama dengan waktu dan debu, seperti dulu. Ada rasa hanyut mengingat bintang malam yang acap kami saksikan dari genteng rumahku, sambil berbagi apa saja. Kegilaan dia, topeng diriku, ataupun cinta rahasia antara HAN333 (gitu, yah, tulisannya??? Kurang lebih buat yang merasa, hehehhe).

Ada senyum mengingat fase-fase hubungan kami masing-masing......

~sejak dia sendiri sampai bertemu seseorang yang NO COMMENT LAH!
~sejak n1nna dan Aya sendiri sampai tersatukan
~sejak aku yang long distance relationship (LDR) dan menikmati masa akan LIVING TOGETHER

dan sekarang........
~sampai dia telah mengambil langkah pisah dari kekasihnya
~sampai Aya dan n1nna meski rela mengalah dengan jarak
~dan aku sendiri yang dengannya, THE GIRL IN MY LIFE, yang sampai sekarang tetap bertahan meski kembali dirintangi badai (The Storm called "DISTANCE", "MOTHER" oh My Lord, give us strength)

Berbagai kisah mengurai hidup kami masing-masing. Kami berempat, meski sulit sekali bertemu, tapi kami masih bertautan, bahkan sampai kini dia kembali lagi.

Rasanya sulit menerka, apa yang akan kita lakukan? Akankah kita kembali menghabiskan masa bersama kata-kata, menuliskannya di dinding malam tempatnya berdiam lagi, dan berpamit untuk berjanji esok bertemu lagi.......seperti dulu........karena kisah dan rasa yang sudah dan akan kita bagi tidak pernah dan belum habis (satu hal yang pasti, karena n1nna keplas, aku 'n Aya kena PR jadi joki pencari kos-nya dia lagi kayak dulu......tobat deh, jangan ke Bendul Merisi lagi....kqkqkqkqkq).

Kawan,
Meski kau dan dia sudah tak bersama, dan kembali hadir di antara kami yang masih bersatu (meski terhalang jarak), jangan mengiri lagi, kawan. Iri hati yang tak dibarengi kesiapan menata hati lagi, bisa menyebabkanmu kembali memilih orang yang kurang tepat membahagiakanmu (lagi...lagi...dan lagi).

Aku sedikit teringat kalimat n1nna waktu pertama dia membuka diri mengenal aku..."aku temani prosesmu, sebisaku."

Itu juga yg bisa aku lakukan, tak usah muluk. Kamu kembali ke sini, pasti ada alasan apakah kami cukup menjadi FRIENDS INDEED...

Tetap di sini, berbagi lagi bersama kami, meski tak benar-benar sama seperti dulu. Dan kami juga tak harus berpisah dengan pasangan kami hanya karena solidaritas denganmu.......tapi kami ada, di sini dalam sikon IN NEED kamu kami ada.

Semoga kamu bertemu seseorang lain, membuatmu baru (dan cukup sopan tidak mendorongmu menjadi anak burung durhaka yang meninggalkan sarang begitu saja, hahahhahaha... KIDDING 'N DON'T BE ANGRY!)

WHAT EVER....

Glitter Text @ Glitterfy.com


Malam sunyi, aku berkutat hanya dengan keyboard...dan layar penuh script. Ada suara lagu, selain denyit kipas angin dan sedikit bunyi roda motor pengendara lewat di depan rumah.

Aku terhenti sejenak oleh simfoni Mandy Moore dalam Only Hope-nya. Perlahan dawai hatiku bergetar...terkadang merinding, terkadang menderu. Aku ingat betul lagu itu, di masa itu. Ada aku....di sampingnya. Menunggu jam ekstrakurikuler (ekskul) tiba atau pulang saja. Cuaca sedang tak bersahabat, mendung menyeringai.

"Tinggal saja, ikut ekskul," ajaknya.
"Ok," cuma itu jawabanku, sambil mengamati dia memutar salah satu channel radio dari tape yang akan digunakan team-nya berlatih ekskul.
"Relaks dulu, yuk," senyumnya menjawab pertanyaan yang tak sempat aku ucap. "Mau ngapain?"

Dan diantara semua gelombang, dia berhenti pada satu yang memutarkan lagu........"ONLY HOPE"

"Duduk sini,"pintanya membimbing tanganku, inginkan aku duduk di sampingnya. Aku dan dia sama-sama duduk dengan janggut bertumpu pada dengkul memandang radio yang tak bergambar, seperti bocah kecil yang sedang terkesima memandang mainan baru. Bedanya, dia takjub pada lagunya, sedangkan aku takjub karena tak tahu apa yang dia takjubkan.

"Duh lagunya romantis, ya, mendung-mendung gini lagi. Sayangnya belum resmi punya pacar, " liriknya padaku.
"Makanya cari," jawabku singkat
"Sudah"
"Siapa dia?"
"Jadi kamu pikir kita bukan siapa-siapa?"

DHEGH!
Deretan kata itu tepat di hadapku, tepat tertuju! Tak ada kata-kata lagi setelahnya, tak ada pandang. Aku menganggap tahu maksud ucapnya, meski mengerti pun aku tak berani memperjelas. Meski aku sangat paham, tatapannya saat itu bukan sedang bercanda, atau mempermainkan."I WAS ACTING TO BE FINE!"

Meski dalam hati aku merasakan celah, merasakan hembusan rasa yang terbangkan aku, tapi aku kembali terjatuh. Lagi-lagi pada ketakutanku sendiri.

Aku kembali ke bumi! Tidak untuk memeluk dia memperjelas segala frase, tidak juga untuk berlari mengendap bersama atom-atom semen tembok AULA tempat dimana masa itu terjadi.

Aku tak maju, tak jua mundur. Sedangkan dia...apa yang dia rasakan saat itu???

"SO I LAY MY HEAD BACK DOWN.... 'N I LIFT MY HAND AND PRAY.... TO BE ONLY YOURS....I PRAY TO BE ONLY YOURS.... I KNOW NOW YOU'RE MY ONLY HOPE"

Masih sampai sekarang aku ingin menanyakan padanya... "AKU-KAH ONLY-HOPE saat itu?"
Dan mungkin sampai saat ini dia masih membenciku sejak saat aku tak memahami SIAPA ONLY HOPE itu.

Dan setelahnya, ada jarak.........dia dan aku. Dia menunggu? Aku takut maju!
Kenapa tidak dia yang memperjelas? -ucap egoku!
"Kenapa tidak aku yang mendului!" sangkalnya tak mau kalah.
Tali yang tak jelas, membuat layang layang terhempas, seperti hubungan kita saat itu!

Tiba-tiba kuraih handphone, ku gunakan nomor yang baru dua hari aku aktifkan.....ku kirim message padanya
"Trims, kamu dan salah satu script masa lalu kita sekejap membuatku tersenyum..............Script yang tak pernah habis, karena memang tak pernah dilanjuti meski hati kita berdua pernah mengawali."

Tak ada balas, dan aku juga tak mengharapnya, dari orang yang mungkin sedang striptease mereguk kenikmatan malam ini bersama pasangan resminya.


kuingin selalu denganmu
kemana saja kita berdua
seakan tiada terpisahkan
tapi tak mungkin saat ini, saat ini

sekarang masih banyak mimpi
dan keinginan yang belum tercapai
biarlah rasa rindu ini
tertunda ’tuk sementara

reff:
tak pernah kuragu padamu
atau curiga kau khianati aku
‘ku sangat percaya padamu
seperti juga kau percaya aku

pulanglah dulu ke rumahmu
bagi waktumu untuk yang lain
kuingin kau hanya untukku
tapi tak mungkin saat ini

sampai nanti
sampai bertemu lagi
sampai nanti
sampai bertemu lagi

-----------000--------------------------------------------
Ini lagu jadul,yang dulu aku hanya menyukai maknanya,tapi ak pernah sampai mencari downloadnya. Tapi sekarang, full strength aku cari file downloadnya kesana-sini, beberapa link blank alias unavailable untuk didownload!

Yup, lagu ini asyik banget, apa lagi sekarang aku mengalami long distance relationship (LDR) (dan mungkin siapapun yang juga sedang LDR), lagu ini TOP bgt. Aku merasakan ke-syahdu-an mendalam saat mendengarnya, dan entah mengapa kadang-kadang sikon sulit di antara kami yang membuat kami mudah marahan langsung mencair begitu aku mengingat lagu ini. Tuntutan-tuntutan dan egoisme rubah menjadi maaf dan penyesalan. Benar-benar pelipur lara. Dan gak cuma itu, lagu ini benar-benar spesial MEMUGAR HUBUNGAN kami.

Ada yang penasaran sama nada lagunya? Sippp.....akhirnya aku berhasil juga menemukan file MP3-nya! Ada yang mau???


....Tanggal 7 April...Jam 05.30...

... Teleponku berdering.
..."Hai.." sapa seseorang dengan nada yang tidak bisa ditirukan siapapun. IDnya menunjuk label 'Kamu'.
..."Happy b'day ya...semoga semua bahagia dan sedih menjadi berkah yang menjadikan hidupmu penuh arti.."
"Wow ini..."
"Eh ini kata-katanya Nabi lo, bukan kata-kataku sendiri..." Katanya cepat sambil tertawa. Aku ikut tertawa. Diam menjeda sejenak.
"Aku selalu sayang sampeyan..." katanya penuh tekanan. Hening.
"Makasih Az.." Kataku lemah.

Duh kepingan sarkofagus yang satu ini. No comment-lah.




glitter-graphics.com


Glitter Text @ Glitterfy.com



(Sorry Telat,.....................ehehehe)


Tiga jam setelah tangis kesalku pecah.
Terdampar tidak tahu di kota mana
Membuktikan dan menyadari ternyata kamu yang kuinginkan
....

Mungkin terlalu dini aku mengucapkan suka padamu. Perempuan yang kukenal samar lewat sinyal HP. Yang tersamar dari dinding mimpiku tentang "esok dan kita", yang terkhayal dari serpihan sarkofagus dan artefak masa lalu dan keinginan sesat dari permata milik sahabat jiwaku.
Aku dan keinginanku, aku dan mimpiku dan kamu di ujungnya.
Terlalu dangkal.
Terlalu bodoh.
Terlalu terburu-buru.
Aku hanya tak mau dikejar waktu (sayang)
Barangkali aku terlalu sibuk ingin mencintai seseorang agar tidak hampa.
Barangkali aku terlalu menginginkan hatiku menjadi pelangi dalam cerita hidupku, aku semakin egois lupa bahwa kamu mempunyai hak memilih. Hak untuk menolak.
Dan aku menjadi barbar yang tidak sudi ditolak. Siapa aku buatmu? Bukan siapa-siapa,
bahkan aku orang yang membuatmu pusing bila berbicara. Yang merecoki hidupmu yang semula tenang-tenang saja.
Dan aku akan sabar menanti hatimu berubah. Aku tak peduli engkau mempunyai jin dalam botol yang besar dan memenuhi rongga hatimu meski kadang itu membuatmu menjadi landak, kura-kura. Aku tak punya waktu dan hati untuk tertarik dengan lainnya, karena hatiku tidak bisa dibujuk.
Sebenarnya aku ingin menyerah, tapi hatiku terlalu mengharapmu dan berdoa agar waktu berpihak.
Aku tidak punya kehidupan yang akan datang atau bisa memutar kembali masa lalu, tapi aku punya esok hari dengan mimpi yang harus kuraih. Aku ingin kau ingin, aku ada kau ada, semoga waktu dan hatimu berpihak padaku.


Sebuah malam.
Aku dan adik angkatku yang bongsor ngopi di sekitar RA (Rungkut Asri). Mata-mata kami berkeliaran kala ada kaki-kaki mulus terbungkus rok dengan wajah bening lewat. Aku menggeleng berdecak penuh kagum... "cantik, ya, mbak..." tawanya mengusik sekian kejap pikiran nakalku tentang kaki yang mulus itu.
"Iya lah..." Dia memang tahu oreintasi sesksualku dan kubiarkan dia berkomentar apa saja tentang habit-ku.
"Kamu, kok, bisa pede sih mbak flirting ma cewek-cewek..." usiknya lagi kali ini membuyarkan lamunanku tentang bibir yang seksi yang berapa tahun lalu sempat kukecup berkali-kali.
"Apa?"
Dengan gaya menghina dia bilang, "Padahal kamu gendut, bau, pendek..hehehehhe dan perempuan..."
"Gak punya mata kali!" selorohku agak panas. "Aku kan layak dicintai. Terutama tanganku yang selalu hangat menggenggam jari mereka kala membutuhkan seseorang..."
"Halah main jari kali...."tawanya menggelegar.
"Jancuk koen" misuhku spontan sambil meninju perutnya.
"Mbak tapi jangan marah ya....." katanya buru-buru.
"Kenapa ?"
"Mending kamu pacaran ma cowok lo...."
"Maksudnya...."
"Menurut Gus Yus guru ngajiku, kalo pacaran ma cowok maksudnya kalo ngeseks sebelum nikah alias zina siksa dosanya 40 tahun... Tapi kalo hubungan ML kalian tuh siksa dosanya 75 tahun..."
"Ha...?" Kali ini kopiku tumpah. Melihat tampangku yang menggelap dia buru-buru nyengir.
"Gini aja, deh, mbak. Mending kamu jatuh cinta boleh sama cewek tapi jangan sampai bercinta ma cewek. Gimana?"
"Ha... Jancuk.".....


Perasaan itu ada mulai aku bayi. Tahu apa rasanya cinta oleh anak berusia tiga atau empat tahun? Tapi pada masa itu aku nyata! Hidup di dunia penyutradaraan "film"-ku sendiri, dengan aku sebagai tokoh utamanya, memerankan percintaan! Parahnya, saat itu aku selalu merasa otomatis memilih peran mencintai perempuan (meski aku sendiri di sana menjadi perempuan!).

Apakah aku anak indigo? (Weleh, terpengaruh berita di TIPI-TIPI nih, kqkkqkqkkq)....Atau aku anak berlebihan? Atau justru berbakat?? (Berbakat straightless sejak kecil? Huh...cita-cita siapa ya???)

Lain cerita, lain peran. Tapi yang otomatis terpertahankan dalam "film"-ku itu selalu saja aku mencintai perempuan. TITIK!
Tapi memang aku sangat bahagia dalam peranku, sampai tidak sempat berpikir otomatisasi peranku itu siapa, sih, yang mengatur?

Aku juga sama, pernah mengalami masa pertanyaan, "apakah aku straightless?" "Mengapa bisa?" "Awalnya gimana, sih?".......bla bla bla......! Tapi kehidupanku tetap berjalan. Bahkan masa SD yang kulalui dengan amat cemerlang, yang membuat orang tuaku bangga ditanyai TIPS gmn sich bisa punya anak kayak aku? Baik, Pinter, gak nakal, gak suka jajan, dan selalu dapat biaya gratis, ideal banget, deh...... huah hoek hoek...............aku sendiri mual mendengar pertanyaan-pertanyaan itu! Karena diam-diam, aku adalah ketua kelas yang naksir sekretarisnya sendiri, yang manis, ramah, cerdas, berbibir sensual, dadanya mulai tumbuh membusung dan di tengah pelajaranpun aku pernah meremas-remas dadanya dan dia menyerahkannya!

Tentunya aku tak paham saat itu aku marasakan apa, aku cuma suka menyentuh dadanya, dia menginjinkan pula. Mungkin aku belum kenal nafsu, tapi aku menemukan kesenangan! Hebatnya, meski menjadi perempuan aku selalu bisa tebar pesona pada orang yang aku taksir dan selalu berhasil menjadi orang spesial di hari-hari mereka, meski masih hari-hari anak SD kala itu yang paling-paling tahunya hanya belajar, menyanyi, bercanda, dan beli baksonya Lek Pen! Aku tak kalah dengan lelaki dalam tebar kasih, buktinya tak sedikit yang cemburu tidak dapat perhatianku yang sebesar aku berikan pada I (sekretaris kelasku), bahkan ada juga yang GR akan sikapku.........dan terang-terangan bilang suka sama aku, CEWEK LHO! Dorongan apa untuk anak SD?

Entah gila atau tidak, tapi itu nyata! Dan aku, seperti kupu2, dalam tiga bulan pasti berganti idola atau incaran, kelas 6 SD saja kuhitung aku sudah suka pada 42 perempuan (dengan I tentu menjadi urutan pertamaku, dan aku hanya melakukan "grepe-grepe" itu ya cuma dengan yang aku nge-fans berat, yaitu I).

Tuhan baik, meski membiarkan aku terjerembab lebih lama (itukah istilahnya?). Kelas 1 SMP aku dipertemukan dengan LR, wanita berkulit kuning dari Palembang, teman sekelasku. Ketua OSIS yang cerdas, berwibawa, bijaksana dan entah saat itu aku sudah bisa mengerti dan menilai bahwa dia lelaki yang bisa menjaga harga diri! Bagiku dia perfect, dia bisa menyadarkan aku tanpa dia berbicara, seluruh bahasa tubuhnya sangat aku pahami. Dan aku belum pernah merasakan keindahan perasaan itu sebelumnya.

Segalanya keindahan itu terpenggal dengan kepindahan dia ke Palembang, saat kami pertengahan kelas 2. Untuk pertama kalinya aku menangis sejadi-jadinya, sakittttt sekali, melebihi sakitnya kepalaku yang dihantam pompa angin teman nakalku waktu berusia 2 tahun. Aku bergelanyut dalam rindu yang amat dalam pada LR-ku, membuat aku sering menelepon ke Palembang tanpa nama hanya demi mendengar suaranya. Aku tak sempat memikirkan perempuan lain.

Sudah sembuh dr Straightless?? Tidak, karena aku terkunci oleh LR! Perempuanku hanya 43 dan itu terhenti sangattt lama. LR yang istimewa tak bisa digantikan oleh J (yang kata teman-teman wajahnya manis kayak Cleopatra) yang suka sekali melihatku melintasi kelasnya, atau oleh R yg bilang "kalau kamu cowok, pasti 'dah aku cium bibirmu" atau oleh A yang sering berkata "kamu kok cewek, sih, jadi cowok donk 'n pacaran sama aku" atau oleh N yang tiba-tiba menggeser-geserkan buah dada besarnya ke punggungku dan aku hindari mentah-mentah, atau bahkan oleh D yang terang-terangan bilang "kamu mematahkan hatiku demi LR" sampai dia curhat perasaannya ke stasiun radio segala (aku tahunya juga dari sahabat D sendiri tentang kekonyolan ini) dan diakhiri dengan D nembak aku. Gak ngefek blas! Dalam pikiranku cuma LR!

Tuhan membuat aku terhenti, Tuhan membuat aku memilih tak sembarangan perempuan. 4 tahun aku menangis dalam rindu untuk LR (wherever you're, miss you). Sampai aku mengenal rasa berbunga-bunga itu lagi dari A, wanita pindahan Jakarta sekaligus sekretaris OSIS SMU-ku, dengan kisah hidup dan sifat hampir sama seperti LR. Tambahannya, dia lebih lembut dan keibuan (meski LR tetap yang paling spesial). A yang memberikan signal hijau bahkan dah nembak aku (tapi aku takut mengakui dan memilih membiarkan semuanya berlalu). Tapi A adalah pelangi bagiku, kedeketan kami yang hanya 3 bulan (lagi-lagi karena pindah ke luar kota) tetap bermakna sebuah keindahan untukku. Meski perasaanku padanya belum terlalu dalam, tapi dia berhasil mengunci hatiku selama 1,5 tahun, sebelum aku dekat dengan I di akhir kelas 3.

Jujur saja, LR,A, dan I (SMU-ku) adalah yang aku akui teristimewa bagi hatiku. LR karena pertama-nya. A karena "pelangi" kami. dan I karena ketegasan pendiriannya (yang tetap tak berani memulai hubungan kami meski dalam hatinya ingin). Pun begitu, di SMU ada saja perempuan-perempuan yang ngefans berat sama aku, sampai telepon ke rumahku tiap hari dan marah kalau aku hindari, ada yang selalu berteriak histeris melihat aku meski di kejauhan, ada yang terang-terangan menawarkan diri mengajari aku cupang di leher, ada yg terang-terangan memberi kado mawar dan coklat valentine yg berhiaskan bibirnya, dan D sendiri (teman SMP-ku) yang masih sering mengungkit penolakanku waktu itu (THAT'S ALL TRUE, GAK GR YOOOO!:)).

Apa aku salah bercanda dan membuat banyak orang GR? Padahal hanya orang yang sangat aku sayangi saja yang aku istimewakan. Guru BP-ku saja paham itu, sampai aku sempat dipanggil dan dikorek perasaanku ke I, yang tentunya aku jawab berbeda dengan sesungguhnya demi menyelamatkan kami berdua. Padahal...."I've tried to put her out of my mind, but the light in her eyes still shine".....itulah kenyataannya, bu.

Pada ketiga wanita istimewa itu (LR, A, I) aku layak berterimakasih karena mengajarkan banyak hal yang membuat aku paham rasanya menyayangi, berkorban, ketulusan, dan kegigihan dlm hidup. Mereka bertiga berlatar belakang sama, dan merekalah yang menjadikan aku punya spirit survive menghadapi sikon seburuk apapun. Sepahit apapun pengalamanku selanjutnya, tapi berbekal mengenal mereka bertiga, aku bisa melewati semuanya dengan baik, sehingga predikatku sebagai "BOCAH PERFECT" di dalam keluargaku tetap terjaga (meski aku juga tetap manusia biasa yang punya belang juga, termasuk straightless).

Tuhan mungkin menghadirkan keindahan yang menyakitkan, atau bahkan sakit yang indah, tapi yang aku pahami dan syukuri SEMUANYA TERJADI TEPAT WAKTU, itulah yg membuat aku "berdamai" dengan Tuhan atas ketidakterimaan masa mudaku yang dijadikan straightless sekaligus ditentang kehadiranku melalui kitab-Nya.

Tuhan mungkin tahu, dengan nafsu besarku (hhehehe, pengakuan???) jika tidak ada penghambat, maka nafsu itu sendiri yang akan menghambat aku mengejar nilai, cita-cita, mewujudkan harapan dan kewajiban. Makanya aku dijadikan seorang straightless yang pasti tidak akan pernah bebas menjalin kasih. Dengan kisah rumit menjadi straightless yang sering berujung kekalahanku/patah hati, aku selalu mengalihkan rasa sakitnya dengan membaca buku atau menyendiri sampai menemukan kesadaran baru.

Untungnya lagi, Tuhan memahat hatiku dengan harga diri dan kesetiaan setelah bertemu LR/A/I, dengan demikian aku menjadi straightless yang tidak free/HEDONIS. Dan rasa JAIM rupanya kehendak Tuhan juga, karena mungkin jika tanpa jaim, aku sudah jadian dengan salah satu di antara LR/A/I dengan pola hubungan tertutup, di mana aku mungkin tak mau mengenal kawan-kawan straightless lainnya dan belajar banyak hal hitam putih dunia dari mereka.

Mungkin tanpa sikap yang seolah hitam itu aku tidak bisa menjadi putih (perfect di mata keluarga), dan tanpa putih itupun aku mungkin tak termotivasi mengalihkan hitamku. Aku jadi belajar 1 hal lagi, hidup tetap perlu perimbangan, jika tak bisa menjadi benar-benar putih (perfect) setidaknya jangan tambah hitammu. Straightless ya straightless, tapi yang berguna bagi orang lain, jadi biar yang diingat orang dari kita tidak hanya keburukan straightless saja, tapi mereka juga masih ingat kita sebagai orang yang cukup menyenangkan. Dan kita berhak serta wajib membuat orang tahu, bahwa kita juga punya sisi baik selain sisi buruk kita.

Aku sangat percaya, semuanya indah pada waktunya, dan Tuhan selalu memberikan semuanya tepat waktu. Termasuk dihadirkan seseorang kini (Cece) yang menggenapi seluruh pelajaran hidup yang Tuhan ingin sampaikan padaku. Aku merasa KAU Cintai, TUHAN, dengan rasa yang amat besar. Terima kasih telah menitipkan kasihMu pada kehangatan mereka. (Cece-PLEASE STILL BE MINE)


Mencintaimu dalam hati...
Memilikiku dalam jiwa...
Hanya itu yang bisa kujaga..
Tanpa bisa berkata..
Tanpa bisa menunjukkan semua..
Semua tersimpan rapi dalam dada..
Ada cinta abadi disana
Ada sayang yang suci adanya
Walau hanya aku, kamu yang tau..
Walau semua kelihatan semu...
Namun jiwaku, hatiku, hanya untukmu..
Kasih.. dalam gelapku aku mencintaimu..
Dalam terangku aku tetap mencintaimu..
Hanya kamu...
Kurengkuh kamu dalam sayang yang tak terbatas
Dalam rindu yang begitu luas..
Semua begitu indah..
Semua begitu sempurna..
Semua membuat aku bahagia..
Biar dunia gak peduli..
Biar semua gak mengerti..
Akan cinta kita..akan sayang kita..
Tapi kasih.. kamu adalah duniaku..kamu hidupku sejati..
Tanpa batas.. Aku mencintaimu.
Sayang...genggamlah tanganku...eratkan..jalani semua dengan senyuman
walau semua begitu menyiksa, walau semua begitu membelenggu jiwa..
Aku tahu kita bisa..
Aku tahu kita mampu lalui semua..
Tunggu saat kita bisa mengenggam dunia..
Saat kita bisa berkata.. Ini cintaku
Saat semua mimpi dan asa kita jadi nyata..
Semua akan jadi begitu indah...
Tunggulah, kasih..
Aku akan jemput kamu...
Dalam senyuman kita akan berjalan bersama..
Tunggulah aku...
Kasihku...


Tiada ada kata penyesalan yang paling menyakitkan selain kata kita tak bisa terus bersama, ya. Semua terpisah jarak dan waktu, ya. Kita tak bisa selalu bersama, jalan-jalan ke mall, makan siang dan kumpul-kumpul sama sohib-sohib. Semua sangat menyakitkan...

Apalagi jika kita tahu dia kadang menangis karena rasa rindu, kadang dia telepon dengan suara tangis tertahan. Semua membuat aku semakin merasa bersalah. Aku tahu aku terlalu lemah untuk memutuskan pergi dan tinggal bersama dia. Aku tahu aku begitu pengecut untuk bisa membuat dia bahagia dengan terus menemaninya.

Malah aku memutuskan untuk menjalani sebuah pernikahan yang aku sendiri gak bisa membayangkan akan jadi apa aku nanti, akan bagaimana aku menjalani semua. Tapi ini sudah jalan terbaik, aku gak ingin memberi kehidupan sementara, dan kemudian akan berpisah.... Aku ingin mempersiapkan semua, sampai aku bisa bersama dia.

Maafkan aku, sayang... Aku hanya bisa menemani kamu dari jauh, hanya bisa menjagamu dari jauh, tapi aku tetap sayang kamu. Aku tetap ingin selalu bersama kamu.

Kamu punya teman-teman yang baik, bahkan sangat baik. Aku tahu mereka akan menjaga kamu, dan menemani hari-hari kamu. Jangan sedih, sayang... jangan menangis.. Tegar dan kuat buat aku, ya... Karena kasih sayang kita ada di hati dan selamanya di hati... Tersenyumlah, karena aku di samping kamu, menemani kamu dalam setiap langkah kamu. Aku ada di dalam jiwa kamu, kamu tidak akan pernah tergantikan.

Karena kamu segalanya bagiku... Selamanya.. I love you


Ketika cinta telah berkata...
Maka yang ada hanya gejolak yang membara.
Mengobati semua luka lara,
Dan mengubah kelabu menjadi lebih berwarna.
Ketika waktu bergulir dan berjalan begitu cepat...
Langkah ini semakin merapat.
Hatipun berangsur mantap,
Dan pilihanku tetap!!!
Ketika hati telah satu...
Ternyata air mata membasahi wajahku.
Aku yang terlanjur menyayangimu,
Dengan segenap ketulusan hatiku,
Tak bisa memilikimu...
Tapi,
Aku masih bisa bertahan untukmu.
Bertahan dengan seluruh siksa batinku.
Karena aku begitu menyayangimu,
Dan hatiku luas tak berbatas untukmu...


Secercah sinar darimu membuatku merasa sempurna.
Sepatah kata darimu membuatku begitu bangga.
Sungguh indah cinta yang sempurna.
Cinta yang selalu didamba.
Seperti dirimu yang kupuja.
Penuh tawa manja.
Rindu aku akan raga yang nyata.
Rindu aku aksn kelembutan belai kata.
Rinduku, tuk dirimu tercinta...
--------------------------------------------
Gak kerasa hampir 2 bulan gak ketemu ma dia. Sumpah kangen banget rasanya.
Sebenarnya ada keinginan 'tuk selalu bersama.
Ah, tapi itu gak mungkin...
Butuh mikir ribuan kali untuk bisa stay.
Aku pingin banget ada yang dijadikan sandaran ketika aku nangis, capek, gelisah, suntuk, bete, banyak-lah. Dan yang pasti pingin banget bisa jalan-jalan bareng ma dia.
Tapi sayangnya jarak menjadi suatu jawaban.
2-3 bln menunggu datangnya dia, seminggu kemudian aku harus sendiri lagi.
Tapi justru itu yang membuat aku semakin kangen dan semakin gak mau kehilangan dia.
Sumpah aku kangen banget ma kamu...
Cepet datang donk...


Timing...

Pranoto Mongso orang Jawa bilang sangat diperlukan untuk melaksanakan hal-hal penting. Dan orang yang cerdas adalah orang yang tahu bagaimana mengatur timing. Tapi aku tidak mau menjadi miss planner. Hueuhehehe...

Bagiku timing kadang-kadang diperlukan, kadang-kadang memuakkan. Aku tidak mau diatur waktu, tapi aku selalu dikalahkan waktu. Usia yang tak lagi menipu, dan kebodohan-kebodohan kecil membuatku selalu dikalahkan waktu. Kuliah yang belum kelar-kelar, usia 29 tahun tetapi masih tertatih-tatih mempercayai Allah, usia 29 tahun belum menerbitkan buku (rencanaku umur 25 menerbitkan buku), kerja 3 tahun yang menabungnya baru terkumpul berapa juta, am I wasting my time?

Waktu tak mau menunggu, begitu Rendra bersyair...

Berapa lama lagi kamu mau belajar mengenal Dia sementara kamu tidak tahu di ujung umurmu (thanx gek)...?

Aku hanya mengejar timing tapi tak pernah benar-benar mengenal diriku dan Tuhanku.
Dan bila tentang seseorang, sekarangkah timing yang pas untuk fokus pada seseorang? Untuk apakah? Siapkah aku mencintai? Dicintai? Apa hanya karena umurku yang semakin menua maka aku takut sendirian?

Atau aku terlalu buru-buru menentukan seseorang yang kuinginkan? (Aya mempertanyakan ini). Tapi dalam hal ini di saat aku menghadapkan cermin pada hatiku sendiri aku bisa menjawabnya tegas: cinta ya cinta aja, Aya.

Aku tidak mau menunggu lagi. Menunggu dia agak santai, tidak direcoki pekerjaannya, menunggu dia mengerti cintaku lewat tindakanku. Karena aku tidak tahu di mana ujung umurku, dan tentu saja aku berharap mendapatkan kesempatan. Maka maafkan aku bila kembali menjadi egois impulsif lagi. Sekali lagi maaf.


Judul di atas kayaknya bukan asli gayaku, karena biasanya aku tidak bertanya. I Love you, that's it. Cinta ya cinta aja bagiku, aku orang sederhana. Sesederhana itu.

Aku memang tidak berpikir panjang saat itu. Karena ternyata cinta yang sederhana di dunia L, tidak pernah sederhana. Banyak kekhawatiran, banyak kesedihan, banyak yang harus dipersiapkan terutama mental.

Mental saat berpisah, ditinggalkan dan meninggalkan.

Aku yang biasa ditinggalkan, menganggap sosok martir bagi diriku sendiri, menangisi yang pergi dari hidupku, membanggakan diri bahwa aku rela ditinggalkan. Tapi toh ternyata tak pernah bisa mudah kehidupan orang yang meninggalkanku.

Aku tak pernah berpikir mereka dianggap apa oleh keluarganya, suaminya, calon suaminya saat tahu tentangku. Aku ngeri membayangkan how about your first night with your husband? Aku tak pernah berpikir mereka akan selalu berjalan di tempat ramai namun sepi, mereka tidak pernah lagi "bertelanjang" di depan sahabat dan orang terdekatnya, dan kesulitan menyiapkan mental atau memadamkan bara saat bertemu aku lagi.

Mungkin aku telah dijadikan sarkofagus sedemikian pula aku ke mereka, tapi akan selalu ada ruang yang pekat mengingat hari kemarin. Mereka yang memilih kembali ke jalan yang lurus, atau membakar jembatan ke arahku (dan tak mungkin kembali, begitu kau bilang, Gek) tetap saja memgakui ada sesuatu yang tak hilang meski aku telah pergi.

Aku tak pernah takut untuk jatuh cinta lagi, namun ketakutan ditinggalkan semakin besar membuatku kehilangan semangat berburu. Tapi kehidupan terus berjalan. Sarkofagus di hati menjadi empat, yang kukubur dengan senyum, tangis dan dendam. Aku tak berniat menambah sarkofagus lagi. Namun tidak cukup hanya cinta untuk membangun komitmen bersama orang yang kita inginkan. Walau cintaku sangat sederhana. I Love You, and i want to you love me too.


Alkisah, di suatu perkampungan hiduplah seorang pemburu. Suatu hari dia naik ke bukit yang penuh batu cadas untuk menangkap rajawali. Sesampai di sarang rajawali, dia hanya menemukan sebutir telur. Daripada pulang sia-sia, telur tersebut dibawanya pulang dan diletakkannya di induk ayam yang sedang mengeram. Singkat cerita, semua telur yang dieramkan menetas, anak ayam muncul satu-satu, begitu juga dengan anak rajawali. Hari demi hari dilalui sang rajawali dengan perilaku ayam, karena dia mengira dirinya ayam. Ia mengais-ngais tanah, memakan cacing, bermain di selokan, dan segala perilaku layaknya seekor ayam. Suatu hari, rajawali dan anak-anak ayam itu dikejar-kejar musang, mereka lari terbirit-birit, dan bersembunyi. Di tengah-tengah kepanikan dan ketakutan luar biasa itu, sang anak rajawali menengadah ke langit, dan terlihat olehnya seekor burung rajawali dewasa terbang gagah membelah awan. Terlintas dalam benaknya, ia ingin terbang seperti rajawali itu, begitu gagah dan perkasa tampaknya, dan ia mulai mencoba mengepak-ngepakkan sayapnya katika tiba-tiba anak ayam lain berceloteh: "hey, sedang apa kau?? Kita ini ayam, bukan rajawali, dan ayam itu tidak bisa terbang, selamanya ayam tidak akan pernah bisa terbang "semangat anak rajawali pun surut dan cita-citanya mundur teratur, dan dia ikut bersembunyi bersama anak ayam lainnya.

Karena "ketidaktahuan", banyak orang melewati hidupnya dengan sia-sia. Sadari kemampuan diri sendiri, hati-hati terhadap 'nasehat' yang menghambat, kembangkan potensi 'Rajawali' yang ada dalam diri kita.

------------------------------0000------------------------------------------
Nah, terinspirasi hal tsb, aku pgn bikin blog kita gak cuma buat nulis (yang mungkin lama-lama jadi males dikunjungi karena merasa "yg lain mana lho...kok itu-itu thok? heheheh).
Jadi jadikan blog kita sebagai ajang unjuk bakat dana lahan cari duit.

Yang pinter desain, ya buka aja design-sevice online......yang suka nulis, kan bisa jadi jembatan kali aja ada produser mampir........yang suka lain lain....ayo...temukan cara kita (teman-teman yang kongkow di delta mungkin juga tahu). Konsep lebih lanjut? Yo ayo dibahas bareng.

NL JUGA MANUSIA, YG PUNYA BAKAT POSITIF.....AYO, TUNJUKIN GAYA MU ....HEUEHEHHEHEH

MASALAH AWALNYA....SETUJU GA?? KASIH COMMENT DUNKZ


Suatu sore, Zahra sedang duduk bersama ayahnya di ruang keluarga. Keduanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Zahra, gadis kecil berumur 5 tahun itu sedang bermain dengan buku gambarnya. Sedang sang ayah, tampak tekun membaca majalah.

Sesaat kemudian, Zahra mendekati ayahnya. Ia lalu bertanya, “Ayah, ini gambar apa? Belum selesai ayahnya menjawab, Zahra kembali bertanya, “Kok, hewan ini ada buntutnya? Sang Ayah, dengan sabar menjelaskan semuanya. Disisihkannya majalah di tangannya dan dipeluknya Zahra.

Beberapa lama berselang, Ayah lalu berkata, “Baik, kalau sudah selesai, ayo teruskan saja sendiri ya, sayang. Ayah sibuk. Zahra pun kembali ke tempatnya semula.

Namun, belum lima menit usai, Zahra kembali datang dan bertanya banyak hal. Dia mengoceh tentang hewan, hingga hal-hal yang diluar khayalan. Ayah pun mulai tampak segan dengan semua pertanyaan itu. Sebab, ia ingin sekali menyelesaikan bacaannya. “Ah, kalau saja aku bisa menyibukkan anak ini dengan pekerjaan lain, ” gumam Ayah,” tentu, ia tak akan membuatku repot. Begitu pikirnya dalam hati.

Aha, Ayah pun menemukan ide. Diambilnya gambar rumah dari sebuah majalah lama. Dan diguntingnya gambar itu menjadi beberapa bagian. Ia ingin membuat puzzle!. Tentu, anak umur 5 tahun, akan sulit sekali menyusun puzzle yang bergambar rumah. Ia lalu berkata pada Zahra yang sejak tadi memperhatikannya.

” Zahra, sekarang Ayah punya permainan. Ayo, coba susun kembali kertas ini jadi gambar rumah. Nanti, kalau sudah selesai, baru kamu boleh kembali ke sini. (–Hmm..tenanglah aku sekarang. Aku akan bisa menyelesaikan bacaanku, dan ia pasti akan sibuk sekali dengan pekerjaan ini, begitu gumam ayah.–)

Tiba-tiba. “Aku sudah selesai!” Belum 5 menit berlalu, kini, Zahra sudah kembali dengan susunan gambar rumah itu. Ayah pun bingung, bagaimana bisa ia menyelesaikan tugas yang sulit itu? Ayah lalu bertanya, “Bagaimana caranya kamu menyusun gambar rumah ini? Pasti kamu minta tolong Bunda deh.”

Mata bulat gadis itu berbinar, “Nggak kok. Aku membuatnya sendiri. Sebab, dibalik gambar ini, ada gambar boneka kesukaanku. Jadi, aku menyusun gambar itu saja. Ini, gambar bonekaku, aku senang sekali dengannya.

Sang Ayah pun terdiam. Ia kalah, dan harus siap kembali menerima semua ocehan gadis kecilnya ini.
***
seringkali, kita menganggap anak-anak dengan naif. Kita kerap meremehkan pola pikir yang mereka miliki. Kita, yang sok dewasa, sering berpendapat, anak kecil, bukanlah guru yang terbaik buat kehidupan. Mereka semua hanyalah penganggu, dan sesuatu yang selalu mengusik setiap ketenangan.

Namun sayang, kita kerap salah. Dan Zahra, bisa jadi membuktikannya. Kita, seringkali menganggap dunia ini sebagai sesuatu yang sulit. Dunia, dalam pikiran kita, adalah potongan gambar-gambar yang tak runut. Potongan-potongan itu pulalah yang kita susun dengan perasaan takut. Dunia, bagi kita, adalah tempat segala masalah bersatu. Dan kita merangkainya dengan hati penuh pilu.

Dengan kata lain, dunia, bagi kita, adalah layaknya benang kusut, yang penuh dengan keruwetan, ketakteraturan, dan kesumpekan. Dunia, bagi kita yang mengaku dewasa, adalah amarah, angkara, dengki, dan dendam, iri dan maki serta tangis dan nestapa.

Padahal, kalau kita mau menjenguk sisi lain dunia, ada banyak keindahan yang hadir disana. Ada banyak kenyamanan dan kesenangan yang mampu diwujudkannya. Ya, asalkan kita mau menjenguknya, melihat dengan lebih tekun dan jeli. Mencermati setiap bagian dari dunia yang kita sukai.

Jalin-jemalin kenyamanan yang dapat dirangkai dalam dunia, adalah sesuatu yang indah. Disana akan kita temukan kesejukan, ketenangan, kesunyian, keteraturan, keterpaduan dan segalanya, asalkan kita mau menjenguknya.

Jadi, mana potongan gambar dunia mana yang akan Anda susun? Dunia yang penuh angkara, atau dunia yang penuh cinta? Dunia yang penuh duri, atau dunia yang penuh peduli? Anda sendirilah yang akan menyusun potongan-potongan gambar itu. Susunan yang Anda pilih, akan membentuk kehidupan Anda.

Selamat menyusun potongan hidup anda !!!
cuplikkan dari : http://www.resensi.net/susunan-kehidupan/2009/03/17/


Semalam secara tidak sengaja aku memikirkan, apakah nanti ketika maut menjemput. aku masih dalam keadaan dyke? Terus terang walaupun aku selalu melakukan perintah Tuhan dengan tanpa terlewat (sekali-kali kadang terlewat, sih, heheheh) tapi aku takut juga kalo mati dalam keadaan murtad atau dalam keadaan yang di benci oleh Tuhan. Jadi bingung, deh.

Ah, yang pasti apa pun dan dalam keadaan apa pun aku mati, itu pasti surat dan jalan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Semoga kelak ketika aku dipanggil, aku ingin mati dalam keadaah khusnul khotimah. Amin


Ah, sudah lama gak nulis something di sini.

Kemarin aku baru liat DEBS. Film yang gak pernah bosan aku tonton. Film yang membuat aku jadi fall in love lagi ama pasanganku. Terus terang, pengen banget mempunyai happy ending seperti di film itu, di mana mereka berdua akhirnya bersatu membangun hidup mereka bersama.

Terkadang aku terlalu munafik untuk menyadari dan mengakui kalau hal tersebut sangat sulit dicapai jika kita bersikap frontal dan tidak memikirkan keluarga kita (aku rasa teman2 di deNL ini rata-rata juga sayang sama keluarga mereka). Aku pengan baget memikirkan cara bagaimana kita bisa hidup dengan pasangan kita dan tidak mengecewakan keluarga. Dengan cara yang halus sehingga tidak menyakiti siapa pun.

Apa lagi untuk di dunia kerja yang akan aku jalani di mana dalam menapaki karir harus ada status, status MENIKAH. Kadang pasanganku secara sepontan mengatakan sepenting itu kah status MENIKAH? (Entah lah han kamu rasakan saja sendiri ketika dunia kerja sudah mulai kamu rasakan)

Pingin banget ngebahas semua ini dengan pasangan tapi selalu tidak ada timing yang tepat.


Ada yang bilang kesempatan itu datang sendiri, pakar ekonomi bilang kesempatan itu diciptakan. Dan berbagai macam orang menanggapi bila kesempatan itu datang. Bahkan sebagian orang tidak berani memimpikan kesempatan akan datang, atau tidak memikirkanya.

Orang-orang terakhir ini bisa disebut orang bodoh (Igek Az menghaluskannya dengan orang tidak cerdas). Mungkin orang tidak cerdas ini begitu buta atau secara sadar tidak mau tahu ada kesempatan di matanya karena trauma, tidak percaya diri. Atau terkena sindrom yang ada tak ingin, yang ingin tak ada. Atau memang benar-benar ada sesuatu hal yang primer tidak bisa dilakukan. Ketidaksanggupan membunuh masa lalu, pertimbangan memikirkan orang yang sangat penting pada kita.

Seharusnya kesempatan itu dijadikan recto-verso (meminjam/plagiat istilah n1nna), dibedah dari sisi yang sangat berbeda. Berandai-andai atau paling tidak berempati. Bagaimana kalau aku di posisi ini, posisi itu dengan adanya kesempatan yang ada. Yakin adanya kesempatan kamu lebih bisa mengenal dirimu sendiri, yang seharusnya kamu lebih nyaman dengan dirimu. Because for all of "you" there is an opportunity.

Apalagi tentang kesempatan mencintai dan dicintai yang tidak datang tiap hari (bagi jomblo-ers dan yang patah hati), mungkin cinta butuh chemistry. Mungkin cinta butuh uang. Mungkin cinta butuh ruang dan waktu. Dan cinta butuh memilih. Memilih yang lebih seksi, lebih cantik, lebih smart, lebih a/b/f/nl. Halah.

Intinya kalo lagi jomblo, patah hati, buka mata dan hati kamu lebar-lebar, karena kadang-kadang orang yang tidak kamu anggap ternyata lebih bisa mencintai kamu bila kamu memberinya kesempatan. Hehehehee. Tulisan paling nglantur.


Kupikir aku bukan termasuk orang berani. Aku hanya sekedar berani berpikir, berani bermimpi, dan selalu ketakutan memulai segala sesuatu. Butuh "tamparan dan tendangan" mendorongku maju.

Aku hidup, berarti aku harus berani hidup dan mati (aku pendukung eutanasia dan menolak hukuman mati yang dipaksakan).

Aku L tapi hanya dalam hati, dan pada kawan sehati saja mau mengakuinya. Aku L tapi aku ingin dianggap lurus-lurus saja.
Aku tak pernah berani melangkah ke depan orangtuaku dan bilang "mam, I love you 'n I'm L"(Saving Face).

Aku tak pernah berani tiba-tiba pergi dari rumah hanya karena aku ingin bebas dan menunjukkan ini aku L, bisa survive (meski aku ingin sekali).

Aku tak pernah berani menunjukkan siapa-siapa yang menjadi kekasihku meski aku sering membawa ke rumah.

Aku tak pernah berani dengan tegas mengatakan. Jancuk kamu, bajingan kamu di depan orang yang nyata-nyata menyakitiku. Aku hanya jadi psikopat di tulisan saja.

Aku ingin berani sekali saja, pada saatnya aku ditanya kenapa kamu tidak menikah?
Aku ingin menjawab dengan tenang dan mantap, karena aku hanya bisa hidup bersama dengan yang menyerupai diriku sendiri tanpa menimbulkan sakit jantung seseorang, keributan keluarga besar...

Hehehehe. Mimpi kali ye...


Aku termasuk orang yang impulsiv. Begitu hati (hasrat kali ya) ingin, maka mulut akan berbicara. Tidak pernah untuk berpikir panjang bahwa mulutmu adalah harimaumu. Mungkin sedikit kegilaan sesaat. Tapi saat aku berpikir jernih aku lebih berpikir bahwa itu tindakanku sebagai orang yang egois dan stupid. Aku tidak berpikir panjang bagaimana efek perkataanku pada orang lain, bahkan aku tidak berpikir aku nantinya bagaimana. Yang ada di benakku mungkin saat ini, well inilah aku orang jujur. Dunia berhak tahu that's my feel. Sebenarnya ujung-ujungnya aku tak mau menanggung kesakitan menyimpan perasaan, aku juga ingin lihat reaksi orang bagaimana dicintai, dibenci seorang aku. Aku tidak pernah berpikir orang lain itu ewuh-pakewuh, gak enak hati ujung-ujungnya tambah muak.
Jadilah di masa unej itu aku nembak begitu saja kekasih sahabatku. Lalu 5 tahun kemudian tiba-tiba di sekretariat yang sepi ngomong suka ma adik kelas senyumnya indah.
Setelah masa kuliah itu masih saja aku mengulang kebodohan, kali ini aku tiba-tiba mencium sayang rekan sekerjaku sekaligus satu kosku.
Bodoh...Bodoh.... Dan dengan 3 orang di atas (anak benar2 Lurus) yang akhirnya kubelokkan walau akhirnya tersesat di jalan yang benar, lebih memilih lurus kembali.
Pada akhirnya aku belajar untuk tidak impulsiv (agar dianggap dewasa), kali ini pada poisson ivy/kadal yogya. Aku belajar untuk tidak terlalu impulsiv. Berkenalan, flirt dan ketika chemistryku ke dia lumayan maka kutembaklah ia. Hasilnya? So bad, tidak ada greget, tidak ada adrenalin dan tertipu. Mungkin kehati-hatian menyebabkan kehilangan impulsiv dan aku kehilangan gaya kali (walau pada dasarnya di jadi-jadian L). Yang jelas aku tetap merasa impulsiv adalah hal bodoh. Dan masih saja kulakukan pada sahabat dan kekasih sahabatku. Kali ini lebih heboh, ngomong suka pada seseorang didepan pasangannya (yang sahabatku). Bodoh kan? Aku jadi bingung sendiri, takut sendiri kalau berinteraksi dengan mereka. Namun untunglah di tengah kekikukanku mereka biasa-biasa saja. Aku terselamatkan kali ini.
Yang jelas aku masih mengangankan bertindak impulsiv untuk "menampar" seseorang, hei it's me. I'm exist.


Apakah kebetulan itu ada? Atau memang semua rencana itu sudah tersusun, tapi ditampilkan pada waktu yang tepat spesial sehingga yang mengalaminya merasa terlalu indah sehingga menyebut sebagai "KEBETULAN"?

Aku percaya dua-duanya, entah mana yang paling benar. Terlalu banyak kebetulan indah yang aku nikmati dalam hidupku. Salah satunya adalah KEBETULAN pada mantan pertama-ku.

Siapa sangka bahwa persahabatanku dengan RIRIN (teman sekelas 1 SMU-ku) mengawali kebetulan indah itu. Sudah sekitar 15 tahun aku menyembunyikan diri sebagai straightless. Betapa sulit membuat aku sama seperti kawan-kawanku lainnya tanpa rasa kaku. Aku pernah memacari 4 lelaki, bahkan dua di antaranya sangat nge-fans sama aku sampai tergopoh-gopoh mengejar ke rumah (aku saja kalau jadi lelaki, eneg duluan lihat tingkah perempuan seperti aku, hehehehhe). Hal yang sementara menyembunyikan tabirku sangat rapi, bahwa SEOLAH aku play girl......dengan beberapa lelaki tentunya. Tapi aku sesak juga terus dituntut berakting ikut menggoda lelaki sedikit keren yang melintas diantara Gank SMU-ku saat itu. Asing, sepi, dan sepo!

Aku tidak merasa benci lelaki, tapi kenapa aku juga tidak merasa suka pada mereka??? Konslet di mana? Itulah, dah bertahun-tahun aku berkutat tanpa jawaban, dan sampai pada titik aku lelah menyalahkan Tuhan. Terima saja semua ini, nikmati, dan jangan dibiarkan memburuk. Tapi, aku butuh seorang kawan, satu saja, di mana aku bisa bercerita padanya tanpa interupsi dan kernyit dahi, tentang duniaku yang berbeda dengan dia, tentang romantisme ku yang mungkin cuma bisa dia temui di novel atau surat kabar tentang straightless, tentang stabilitas pandangan bahwa aku ya aku bagaimanapun bentuk dan ke-abnormal-anku, dan meski begitu kami tetap bersahabat dekat. Dan Tuhan menjawab semuanya pada Ramadhan tahun itu.

Pagi tanpa kegiatan membuat Ririn bosan, dan satu-satunya hiburan dia adalah berkunjung ke rumahku (kami hampir tiap hari saling mengunjungi meski rumah tak dekat, lha wong ortunya sering "nanggap" aku sebagai hiburan). Ngowos, ngobrol sana-sini, sampai pada titik dia ingin menceritakan rahasia terbesarnya yang....bla bla bla (offline or online, rahasiamu tetap aman kok, sobat, hehhehe). Dan aku....dorongan Tuhan atau memang sudah waktunya atau entah karena apa...aku berkisah tentang STRAIGHTLESS-ku. Ketakutanku melihat perubahan sikapnya, sinisnya, jijiknya, tak pernah terbukti, bahkan sampai saat ini. (Thanks, Pren...). Jadilah RIRIN sebagai orang pertama yang mendengar "Behind the Scene"-ku.

Kumpul-kumpul siang hari dengan teman-teman AWKA beberapa bulan setelah Ramadhan itu, menjadi tonggak keduaku. Di mana menyisakan aku dan AULIA (AU). Kami sekelas sejak SMP dan satu yayasan (thanks alm. Bpk sunarto, Allah memberkati amal-amal beliau), kami dekat, termasuk dengan keluarga masing-masing, terlebih Bapak-nya Au suka mbanyol juga kayak aku, dan kami sering "duet" setiap kali berkunjung ke rumahnya. Dia baik, (saat sebelum kecelakaan) dia sangat arif dan tegas (sori, Ndhul, kamu kualat sama pak polisi yang mbok tabrak, ya? Heheh, tapi aku tetap sayang kamu kok walau sekarang udelmu sering pencheng, kqkqkkqkq). Entah gimana awalnya, kedua kalinya tabir itu ku, AULIA TAHU AKU STRAIGHTLESS! Alhamdulillah, semua fine, lancar, dan sama seperti RIRIN, AULIA-ku itu juga bs menerima aku apa adanya.

Meski setelah itu ada beberapa orang lagi yang tahu siapa aku sebenarnya (paling sebel saat jujur sama AWKA, WIDY pingsan dan IKA dengan entengnya nyangka aku suka sama kakak iparku sendiri cuma gara-gara clue: "Aku gak bisa memiliki orang yang aku cintai". Halah, aku dan AU mlongo!....Beghhh. Bandit, IKA.....sama teman gak cuma pelit uang tapi juga pelit berpikir jernih, uffff). Tapi RIRIN dan AULIA adalah kunci-kunci tabirku yang sangat spesial. Karena siapa sangka, perempuan pertama yang menjadi kekasihku bernama RIRIN AULIDA. Seorang model kuning nan seksi dari Kalimantan yang ber-nick MEMEY itu ternyata memiliki REAL NAME ...........RIRIN AULIDA. Seolah singkatan, dari RIRIN (orang pertama kunci tabirku) dan AULIDA (AULIA, kunci tabir keduaku). Tak benar-benar mirip memang, selisih satu huruf......tapi siapa sangka, RIRIN DAN AULIA membawa RIRIN AULIDA ke dalam hatiku??? KEBETULAN? ATAU SUDAH DIRENCANAKAN?

RIRIN AULIDA-ku, pemahat hati pertamaku, saat kamu baca ini, ketahuilah kamu pernah punya ruang spesial bagi hatiku. Satu yang kamu tak pernah tahu, kamu benar-benar kekasih pertamaku, dan maaf atas segala keluguanku yang membuatmu tak betah pada cinta super idealisku. Aku bukan Kahlil Gibran, dan kau bukan Maria kekasih Kahlil, yang sanggup meyakini wujud cinta tanpa pernah bertemu, karenanya kita memang benar-benar tak pernah berjodoh. Tapi terimakasih, kau mengajarkan aku realita, membekaliku pada jalinan selanjutnya setelah denganmu.

Satu hal yang pasti, cerita tentang RIRIN DAN AULIA...........kisah tentang RIRIN AULIDA sebagai anugrah pertamaku, itu memang nyata. Itu juga salah satu kebetulan dalam hidupku, atau bahkan keajaiban, yang sampai kapanpun kita tak mampu menghitung rumusnya, tapi sekali lagi...........ITU NYATA!

Dan kebetulan ini membuatku selalu tersenyum mengenangnya :)


Hemmmhmmh
Aku selalu berusaha nyaman dengan persahabatan. Yang aku tidak tahu persahabatan kita mempunyai nama, aku yang telmi menikmati pertemuan-pertemuan kita di sudut mall atau di kafe kecil tempat kita mempertontonkan budaya makan yang "sangat beradab". Meski pertemuan kita kebanyakan sibuk bertanya "habis ini minggu depan mau kemana? Main yuk keluar kota..." Keinginan yang sangat jarang jadi kenyataan.

Atau Lili yang sibuk ber-window shoping membunuh rindu untuk Cecenya

Juga aku yang berusaha mendapatkan soulmate

n1nna dengan autisnya

Geg dengan dijadikan anak yang paling digodain

Nadia dan Andra (?) yang selalu sibuk dengan cerita berantem

Nada yang menggolkan istilah "Waktu terus berjalan.."

Mega yang lelet kalo janji ketemuan tapi ah.....

Terutama Aya dengan sosok motivator penggerak PKK, akhirnya arisan diantara kita terbentuk.

Aku bersyukur saja, karena aku sudah nggak bohong lagi kalo keluar karena "arisan". Aku nggak mau mikir persahabatan kita difaktakan dengan apa. Sampai kemana. Akan jadi apa. Dengan blog, jaket, arisan atau lainnya hanyalah sarana biar kita terikat tapi tidak mengikat. Aku hanya ingin berkumpul, menjadi teman yang bisa mendengar, berempati dengan hati dan seperti Lagunya Katon dan Ruth, "letakkanlah tanganmu dibahuku ini...biar terbagi beban itu...."

Karena aku manusia, butuh ada, mengada.
I'm exist 'n insist (Nina editor, benerin yo).
Karena aku manusia, butuh mengakui dan diakui.

"Persahabatan bukanlah hal-hal yang selalu manis, hal-hal yang membuat selalu kita aman". Benar kata Lili, "a friend in need, a friend indeed," halah embuh, yang jelas bagiku sahabat adalah orang yang di samping kita kala kita menangis dan kita tertawa bahagia. Our friendship is a garden in my heart.
Friendship is not born but it is made.
I love you all, sis.


Pagi ini badanku masih merasa remuk, letih dan "mbangkong" adalah salah satu kenikmatan hari Mingguku. Meski biasanya aku terbangun setiap ibuku menanggil, tapi kali ini aku justru terbangun oleh berita infotainment. Aku tidur, tapi sadar, Aku tak dengar, tapi mendengar. Ah...mbulet ae!

Layar televisiku diwarnai bunga dlm intro perkawinan SARAH AMALIA (mantan sstri Ariel Peter Pan). Sori, yo, aku bukan ibu-ibu PKK penggosip. Aku terbangun karena hal lain, bukan karena gosipnya. Seolah dalam setengah sadarku, aku melihat tanyangan itu. Istimewanya apa? SARAH AMALIA WAJAHNYA MIRIP I (Cinta terpendam ke-tiga-ku, kawan SMU). Itu thok.

Tiba-tiba aku teringat bahwa I dan pria-nya berencana menikah juga, tanggal 10 bulan 4 tahun 2009, tahun ini, kurang sebulan lagi? Ouw....! Wajah ayu Sarah sangat Mirip dengan I, lekuk hidungnya, senyumnya, putih mulusnya, dan jawaban-jawaban cerdasnya, mirip (aku memang menggilai perempuan tipikal cerdas dan mulus...wouw). Bedanya, Sarah tak istimewa, sedangkan I.....tahu sendiri lah.....! Dan hampir seharian berita itu muncul, seharian pula aku menghindari pertanyaan hatiku sendiri, ketika itu adalah 10 April 2009 nanti, siapkah aku???

Seorang kawan sangat yakin dia cuma menganggapku sahabat. Tapi mayoritas kawan lainnya meyakini perasaanku pada I berimbang juga, SHE LOVED ME, TOO. Bahkan foto kami berdua yg tak sengaja terambil oleh temanku yang belum tahu apa-apa tentang kami, cukup bisa membuat temanku tadi mencurigai ada benang intim antara kami, semesra itu, katanya! Satu persatu segala kenangan meluncur di mataku, ketika hujan, ketika aku sakit, ketika dia menungguku, ketika dia mengerjakan PR dan ujianku, ketika dia menemaniku lomba, ketika pertama kali dia menangis demi aku, ketika aku tidur seranjang dengannya dan hanya bisa berpelukan, dan ketika bibirnya hampir menyentuh bibirku dulu. Jaimku, ketakutanku, mungkin cukup bisa dijadikan biang kerok mengapa asmara itu tak pernah berlanjut. Meski bertahun-tahun aku masih saja menggodanya, tapi aku tak cukup berani menawarkan rasa itu, rasa anggur dalam hubungan, yang pahit dalam manis, dan manis dalam pahit.

Dan ketika masa itu tiba, bersama lelaki pilihannya, yang pasti jauh lebih berani daripada aku (terbukti berani melamar I), aku akan tampil atau bersembunyi? Mengapa masa itu cepat sekali datang? Mengapa kubertanya, toh inipun sudah kuduga. Apakah pria yang kau ajak datang ke acaranya Bapakku itu benarlah pilihan hatimu, bukan pilihan kebutuhanmu? Mungkin cintaku pada I tak kalah manis, tapi keberanian pria itu tak kalah tajam dan mungkin di sanalah kalahku. Kalah ya kalah....Aku pulang...

Toh menang juga untuk apa? Masa itu telah beda. Ribuan detik melukiskan kisah baru dan mungkin memang sebaiknya waktu tak pernah menunggu aku menyatakan semuanya padanya...yg sampai kapanpun tak akan terjadi. Aku mau yang pasti-pasti saja, dan itulah Cece-ku sekarang. Bersamanya, tak kurasakan kembang api yang menyala-nyala seperti aku bersamamu dulu, mungkin. Tapi bersama dia, aku menghaturkan kisah tentang masa depan, dengan nyala lilin yang terang berkesinambungan, tak benderang meloncat-loncat seperti kembang api kisah kita. Dan Cece sajalah yang bisa membangkitkan inisiatifku, menawarkan rasa dan masa depan, bukan kamu. Mungkin ketika kau mengenang euforia kisah kita, kau pasti setuju bahwa kita baik sebagai kenangan, tapi tak pernah cukup pada kenyataan. Masa muda kita kenangan dan masa depan kita adalah kenyataan, dan karenanya kita hanya bisa saling mengenang.

FLY AWAY MY ANGEL IN MY TEENAGE.....'N WELCOME MY ANGEL IN MY FUTURE.
Aku mantap menjadikanmu kenangan, tapi belum terputuskan akan datang atau tidak, pada masa itu nanti.


de NL World ultah ya? Yang ke sebulan (tersenyum sajalah, mana ada umumnya perayaan gitu, hehhhe). Wah mulai kapan?
Memangnya de NL World lahirnya kapan cih? Saat dibuat di CITO atau waktu mulai arisan?
Pentingkah sebuah tanggal? Mungkin iya (buktinya sampai ada yang menandai launchingnya dah sebulan, hehhhehhe), mungkin juga tidak.

Aku lebih suka menyebut kami sahabat NL atau de-NL-ers atau Founders. Bukannya tdk mau bersahabat dengan A/B/F, atau entah diadakan gender apa lagi. Tapi memang kebanyakan kami adalah orang-orang yang simpel, saking simpelnya sampai gak paham dan males memahami A/B/F. Aku welcome pada siapapun, apapun sebutannya itu. Toh sebutan itu cuma julukan, pada intinya aku, dia, mereka, dan mungkin kita semua sama, senasib dlm garis tipis!semua punya kisah,semua punya awal, dan semua mencintai obyek yang sama yaitu perempuan, meski kisah-kisahnya pasti berbeda. Tapi wajarlah, terpilihkan kawan-kawan yang hampir menyerupaiku, cocok, sharing dan berbagi layaknya saudara sendiri (I felt it, mostly when my pa 'n ma were in hospital... Amazing for having friends like them) dan jadilah ini "DE-NL-WORLD". Iseng sih....tapi kalau mau dilanjutkan bisa serius juga.

Tapi keseriusan itu dari mana dan akan bermuara ke mana?

Aku setuju blog ini diperbagus (kalau benar-benar punya waktu aku juga gatel utak atik), aku juga setuju sahabat-sahabat (founders) deNL juga pada urun rembug (rasa saling memiliki?), mungkin ..........aku juga setuju orang-orang lain apapun gendernya (masih dalam rangka GBLT atau LINES saja?) meramaikan blog ini. Tapi jujur aku tak pernah tahu ini akan sampai mana. Apakah blog ini benar-benar jadi rumah kedua kita? Atau blog, ya, hanya blog dan angin lalu.

Mungkin aku tipe orang yang tak siap atau orang yang menakuti perubahan (meski aku sangat menyukai perubahan yang positif). Termasuk perubahan akan blog ini. Positive thinking saja, blog ini berpotensi juga melesat seperti sang pendahulu SS (Swara Srikandi -saat itu yang sampai sekarang bahkan aku masih sangat mengingat lay out website-nya dan hampir semua larik puisi-puisi di dalamnya) dan sejenisnya. Kalau sudah melesat sih emang ada enaknya, sebuah kebanggaan juga, bahkan SS sampai bikin buletin (yang seorang sobat deNL minggu lalu sangat bangga memamerkan karyanya yang dimuat dalam buletin itu) yang itupun sempat terceletuk andai deNL juga punya buletin.(masalah klise, duite sopo, bulek...hehehhe) Tapi pada keadaan mencuat itu, sadar tidak sadar ada perimbangannya, sisi lain kita juga harus siap (kalau-kalau) someday kita tampil di koran atau majalah, radio, bahkan televisi (seperti Founder SS). Wah, enak dunk bisa ngeceng...hehhehe......tapi, siap terpublikasi gak???

Sadar-tidak sadar itu juga menjadi mata pisau bagi kita. Terutama dari sisi nama di keluarga dan tetangga, pekerjaan nomor dua mungkin. Siapkah?
Dan sudah sekompak itukah deNL beserta anggota-anggotanya? mengingat blog saja yang ngisi itu-itu saja, lainnya entah belum mengisi atau bahkan malah belum mengunjungi, weleh (saat ini sih). Dan apa benar de-NL-ers(huih....) punya pandangan masa depan dan cita-cita sama? Lebih tinggi pohon, anginnya lebih kencang, akarnya harus semakin kuat, bergitu juga Founders De NL jika "hal terbaik" itu terjadi pun harus musti kudu kompak. Betul? Tapi tunggu, untuk siapa? Demi apa?

Aku bukannya kehilangan solidaritas, tapi aku sudah lelah. Tak perlu diungkap satu persatu ceritanya, tapi intinya "idealisme terlalu sering menamparku"! dari situlah aku belajar sungguh perlunya perimbangan realistis. Tidak munafik, aku memang masih sama gilanya seperti dulu, mengejar peluang terkecilpun karena tetap ada rasio keberhasilan, tapi sekarang ini aku lebih suka maju pada peluang yang prospeknya diatas 70% dan pengalaman-pengalaman pahit hidupku membuatku peka melihat peluang dan menghitung sendiri rasionya. Dan bukannya aku tidak mau menjadikan blog ini booming, arisan kita menjadi arisan Straightless-ers, atau buletin kita melangit, tapi aku cuma tidak mau apa yg aku sudah perjuangkan sungguh untuk hidupku, pasanganku dan keluargaku berantakan.

Aku bisa merasakan sejak SD bagaimana susahnya mencari uang untuk sekolah dan sangu, aku mensyukuri tak suka jajan jadi sanguku itu bisa membuat bapakku pulang tanpa tanggungan membayar buku-buku ketika raport-an, menghabiskan waktu demi raport nomor satu dan biaya gratis. Masa mudaku terampas! Aku tak mau masa tuaku terampas juga kenikmatannya. Terlebih setelah seorang Cece mengajarkan aku lebih dekat dan mencintai keluargaku lebih dari sebelumnya, dan sekarang aku menikmati masa di mana banyak tanggungan atau kesusahan tapi tetap bahagia karena merasa mencintai keluargaku. Aku juga telah berjanji pada alm. Bapakku, aku akan melakukan apapun semaksimal yang dulu pernah bapak lakukan untuk membahagiakan ibu (aku masih ingat, setelah itu Bapak pergi dengan wajah teramat tenang dan damai...ALWAYZ LUV 'N PRAY FOR YOU, PA). Dan ketika semua usaha itu hampir berhasil, aku tak sanggup jika dibuyarkan hanya dengan pemberitaan "Suksesnya seorang LDC mengangkat deNL". Karena untuk tujuan utamaku, kebanggaan itu jelas tak sebanding. Aku sangat paham, hubunganku dengan Cece mungkin someday bisa jadi boomerang yang mengejutkan ibuku jika tahu, tapi rasanya masih lebih mungkin bagi aku untuk menghadirkan kenyataan tetap mencintai ibuku meski harus menolak pria pilihan beliau demi tetap mempertahankan Cece, daripada harus membuat beliau tahu apa itu deNL. Orientasiku telah berubah, aku capek memulai hal yang dulu sudah aku mulai, makanya lebih baik memperbaiki apa yang sudah ada. Toh keadaan keluargaku atau pasanganku, ya tetap keadaan manusiawi, yang tak akan perfect dan ada salah di sana-sini, tapi juga masih tergolong keadaan baik dan nyaman (setidaknya dalam koridor pemikiranku).

Aku pasti berusaha maksimal dalam semua hal, termasuk bersahabat. Aku berusaha maksimal untuk blog kita, arisan kita, curhat kita, may-song kita (Niken, bener ya tulisannya? hehehehe). Intinya aku berusaha maksimal jadi FRIEND IN NEED. Aku pasti senang menyaksikan keberhasilan sobat-sobat lain, yang mungkin bisa mengangkat deNL (kalau diinginkan terangkat). Tapi permisi, pada masa itu aku pasti mundur dan memilih menyimpankan senyum untuk deNL pada tatapan mata pribadi saja dan bukan publikasi, berdua atau beberapa orang saja bukan rame-rame, dan tetap bersahabat baik. Itulah mengapa aku memilih ketemuan tidak dengan sangat banyak orang. Aku memilih bangga jika lewat kesunyian bisa menginspirasi kawan-kawan menjadi lebih baik, daripada melecutkan deNL tapi jiwa-jiwa kita masih belepotan dan masih belum bisa lepas dari stigma HEDONIS (karena SATU BISA DIANGGAP MEWAKILI SEMUA). Ya itu tugas kita donk sebagai straightless untuk mengubah stigma tersebut. SETUJU! Tapi ketika tak semua orang bisa dan mau kita rangkul, apa tidak sebaiknya memaksimalkan orang yang ada?! Mungkin aku Gelap, tapi aku yakin bisa menerangkan Gelap jika memang Terang tetap dibutuhkan untuk menerangkan gelap lainnya.

Mungkin juga ketika deNL menjadi besar nanti juga ikut tergilas evolusi, yang baru menggantikan yang lama. Kesibukan, perasaan cukup sampai disini, kepindahan, menikahi lelaki, atau bahkan menikahi perempuannya sendiri dan living together abroad bisa menjadi alasan. SS saja yang lebih matang (dan dulu aku anggap leluhur kita, hehheheh) tak sanggup menahan evolusi itu. (Bravo kakak-kakak yang bisa living together dengan penuh cinta dan damai :))

Jadi mau kemana blog ini? Mau ke mana arisan kita? Mau ke mana kumpul-kumpul kita? Mungkin terlalu dini dibicarakan. Dijalani saja sambil menunggu perkembangan, dilakoni mawon.....jare wong Jowo. Tapi setidaknya aku sudah menentukan sikap untuk deNL atas kemungkinan "terbaik" yang bisa terjadi kapanpun. Dan kalau kemungkinan "terburuk" deNL begini-begini saja, akupun sudah memutuskan tetap bersahabat baik dengan founders deNL. YOU'VE GOT MY HEART, deNL. That's why I'll still be yours and our friendship I'll keep somehow.........although in other ways.


Pada suatu hari nanti
jasadku takkan ada lagi
tapi dalam bait-bait ini
kau takkan kurelakan sendiri

Pada suatu hari nanti
Suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati

Pada suatu hari nanti
Impianku tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf ini
kau tak akan letih-letihnya kucari


...
Aku selalu suka bau mereka, minyak telon, bedak baby dan liur keponakan-keponakan. Pipi tembem, tangan mungil, kaki mungil. Terutama mata mereka. Bening, polos. Atau pertanyaan-pertanyaan mereka bagai Ibrahim yang haus pengetahuan.
...
Budhe, ayo nonton Bakugan (nah, lo, ngerti nggak?)
Mas Afif mau susu...
Lengkingan tak jelas adiknya berusia 2 tahun tidak kalah seru...
Dhe, Nah mau susuk. Dek budhe... (budhe, adik Sakinah mau susu)
atau ... Mbak Abet mau kaos yang ungu budhe....

Mata mereka yang berbinar kala kita tersenyum
Mata mereka yang sangat percaya kita tidak akan mencelakai mereka
Hmmm, bau tubuh mereka benar-benar membuatku refreshing. melayani makhluk-makhluk mungil membuatku lupa dengan urusan kantor, urusan kadal, bahkan arisan dengan NL.

Yang tidak membuatku refreshing adalah komentar-komentar orang dewasa di sekitar mereka.

...Aduh ken kamu lo sudah pantes punya anak sendiri...
...makanya cepet nikah biar punya anak, wong kamu, lho, sudah suka sama anak kecil.
...
Halah. Gak jadi refreshing deh....


Sis... Ini blog sudah berusia satu bulan...! Dan kenapa yang nulis kok tetep itu-itu aja. Sang kreator juga males-malesan (Lili...........) ngurusin lay outnya, trus yang lain pada kabur. Anjrit....

Taukah kamu, aku sang robot kantor, selalu deg-degan, harap cemas saat membuka blog ini. Taukah kamu akau hanya membuka blog ini saat jam istirahat, atau lewat jam 7 malam saat aku mau menuntaskan waktuku di penjara ini. Harap-harap cemas, antusias menduga-duga tulisan yang masuk, cemas kalau ada yang liatin. Dan rela dianggap ...apa tuh NL? Nenek Lampir, ya...

Sis...! Ini blog jadikanlah oase dan rumah singgah, karena aku belum punya the real secret garden agar kita dapat arisan beneran di sana. Mungkin juga sekedar tempat sampah. Yang jelas komen kamu, tulisan kamu sama berharganya dengan waktu kita bertemu.

Dan invite deh teman sehati biar nulis.

Selamat ulang tahun deNL World Surabaya. Cugito ergo sum. Aku berpikir maka aku ada.


Aku percaya bahwa sebuah hubungan (as a partner sehati) harus berangkat dari niat baik dan KOMITMEN. Meski hubungan itu berangkat dari suatu kebodohan, kecelakaan, keinginan atau apalah namanya. Banyak orang tidak mau memusingkan kita bersama mulai kapan, ya? Tapi lebih banyak orang tidak mau membahas hubungan kita akan sampai di mana pada periode tertentu. Memang hubungan dengan partner bukan proposal atau PKWT (perjanjian kerja waktu tertentu) tetapi apakah hubungan itu akan tidak ada muaranya? Biarkan mengalir....

Mengalir.......

Air bermuara pada laut. Atau mungkin hubungan dengan partner akan mencapai kulminasi dengan tinggal bersamanya? Kita yang membuat parameter-parameter dan standarisasi hubungan kita sendiri. Dan hubungan yang sehat adalah bila kita semakin dewasa menyeimbangkan rasa dan rasio bagaimana menikmati, menghargai dan mempertahankan hubungan ini.

Pada air yang mengalir, akan dilalui menderas, membadai, bahkan bisa menguap. Bila aliran itu mandeg, dan ditimbun sampah lantas membusuk, menguap dan hilang? Yang kita pikirkan adalah panik, kesal, marah dan misuh-misuh mengapa sampai terjadi. Kemudian histeris atau depresi berkepanjangan menyesali. Halah.

Kita tidak pernah memikirkan bagaimana menjaga kualitas air kan? Kita tidak pernah mau belajar mengapa sampah itu ada bahkan mungkin sampah itu kita masukkan sendiri.

Sis, biarkan hubungan ini mengalir tapi tentukanlah muaranya ke mana.


...Rumah disewakan 2 tahun Hubung 081xxx....
...Dikontrakkan Rumah 3 Tahun Hubungi 031xxx....

Berpuluh-puluh tanda rumah dijual atau disewakan, kucari mulai berbulan-bulan lalu. Bahkan brosur mengenai rumah, apartemen dari developer manapun kucari-cari.

Tahukah kamu fungsi rumah kawan?

Ya tentu saja tempat kita bernaung. Aku membayangkan... Aku pulang, bergelung dengan nyaman di samping seseorang. Menikmati kotor-bersihnya halaman depan, membereskan kekacauan di dapur, bercinta dari ruang tamu, kamar tidur hingga balkon. Atau membaca di ruang persembunyian. Menikmati kopi dan membaca koran pagi di tingkah suara kekasih. Menjamu teman-teman sehati, berkebun...

Aku lelah melihat diriku dan teman-temanku yang sibuk bekerja, bertemu di sudut mall lalu berpindah ke mall lain agar sosialita arisan atau aktifitas ala geng Nero II (tidak, kami tidak membully orang, hanya meminjam nama biar terdengar keren -editor) tidak terendus, lalu pulang sekedar numpang tidur karena itu bukan rumah kita sendiri.

Rumah dengan 3 kamar, halaman depan yang luas, serta pohon buah-buahan yang berpagar kayu putih. Rumah dengan orang terkasih di dalamnya, dan ibu serta adikku yang menerima aku dan kekasihku (nantinya).

Rumah bagiku sekarang adalah tempat di mana hatiku berada.

Aku ingin yakin (lagi) bahwa aku bisa mendapatkan rumah semacam itu.