Perasaan itu ada mulai aku bayi. Tahu apa rasanya cinta oleh anak berusia tiga atau empat tahun? Tapi pada masa itu aku nyata! Hidup di dunia penyutradaraan "film"-ku sendiri, dengan aku sebagai tokoh utamanya, memerankan percintaan! Parahnya, saat itu aku selalu merasa otomatis memilih peran mencintai perempuan (meski aku sendiri di sana menjadi perempuan!).

Apakah aku anak indigo? (Weleh, terpengaruh berita di TIPI-TIPI nih, kqkkqkqkkq)....Atau aku anak berlebihan? Atau justru berbakat?? (Berbakat straightless sejak kecil? Huh...cita-cita siapa ya???)

Lain cerita, lain peran. Tapi yang otomatis terpertahankan dalam "film"-ku itu selalu saja aku mencintai perempuan. TITIK!
Tapi memang aku sangat bahagia dalam peranku, sampai tidak sempat berpikir otomatisasi peranku itu siapa, sih, yang mengatur?

Aku juga sama, pernah mengalami masa pertanyaan, "apakah aku straightless?" "Mengapa bisa?" "Awalnya gimana, sih?".......bla bla bla......! Tapi kehidupanku tetap berjalan. Bahkan masa SD yang kulalui dengan amat cemerlang, yang membuat orang tuaku bangga ditanyai TIPS gmn sich bisa punya anak kayak aku? Baik, Pinter, gak nakal, gak suka jajan, dan selalu dapat biaya gratis, ideal banget, deh...... huah hoek hoek...............aku sendiri mual mendengar pertanyaan-pertanyaan itu! Karena diam-diam, aku adalah ketua kelas yang naksir sekretarisnya sendiri, yang manis, ramah, cerdas, berbibir sensual, dadanya mulai tumbuh membusung dan di tengah pelajaranpun aku pernah meremas-remas dadanya dan dia menyerahkannya!

Tentunya aku tak paham saat itu aku marasakan apa, aku cuma suka menyentuh dadanya, dia menginjinkan pula. Mungkin aku belum kenal nafsu, tapi aku menemukan kesenangan! Hebatnya, meski menjadi perempuan aku selalu bisa tebar pesona pada orang yang aku taksir dan selalu berhasil menjadi orang spesial di hari-hari mereka, meski masih hari-hari anak SD kala itu yang paling-paling tahunya hanya belajar, menyanyi, bercanda, dan beli baksonya Lek Pen! Aku tak kalah dengan lelaki dalam tebar kasih, buktinya tak sedikit yang cemburu tidak dapat perhatianku yang sebesar aku berikan pada I (sekretaris kelasku), bahkan ada juga yang GR akan sikapku.........dan terang-terangan bilang suka sama aku, CEWEK LHO! Dorongan apa untuk anak SD?

Entah gila atau tidak, tapi itu nyata! Dan aku, seperti kupu2, dalam tiga bulan pasti berganti idola atau incaran, kelas 6 SD saja kuhitung aku sudah suka pada 42 perempuan (dengan I tentu menjadi urutan pertamaku, dan aku hanya melakukan "grepe-grepe" itu ya cuma dengan yang aku nge-fans berat, yaitu I).

Tuhan baik, meski membiarkan aku terjerembab lebih lama (itukah istilahnya?). Kelas 1 SMP aku dipertemukan dengan LR, wanita berkulit kuning dari Palembang, teman sekelasku. Ketua OSIS yang cerdas, berwibawa, bijaksana dan entah saat itu aku sudah bisa mengerti dan menilai bahwa dia lelaki yang bisa menjaga harga diri! Bagiku dia perfect, dia bisa menyadarkan aku tanpa dia berbicara, seluruh bahasa tubuhnya sangat aku pahami. Dan aku belum pernah merasakan keindahan perasaan itu sebelumnya.

Segalanya keindahan itu terpenggal dengan kepindahan dia ke Palembang, saat kami pertengahan kelas 2. Untuk pertama kalinya aku menangis sejadi-jadinya, sakittttt sekali, melebihi sakitnya kepalaku yang dihantam pompa angin teman nakalku waktu berusia 2 tahun. Aku bergelanyut dalam rindu yang amat dalam pada LR-ku, membuat aku sering menelepon ke Palembang tanpa nama hanya demi mendengar suaranya. Aku tak sempat memikirkan perempuan lain.

Sudah sembuh dr Straightless?? Tidak, karena aku terkunci oleh LR! Perempuanku hanya 43 dan itu terhenti sangattt lama. LR yang istimewa tak bisa digantikan oleh J (yang kata teman-teman wajahnya manis kayak Cleopatra) yang suka sekali melihatku melintasi kelasnya, atau oleh R yg bilang "kalau kamu cowok, pasti 'dah aku cium bibirmu" atau oleh A yang sering berkata "kamu kok cewek, sih, jadi cowok donk 'n pacaran sama aku" atau oleh N yang tiba-tiba menggeser-geserkan buah dada besarnya ke punggungku dan aku hindari mentah-mentah, atau bahkan oleh D yang terang-terangan bilang "kamu mematahkan hatiku demi LR" sampai dia curhat perasaannya ke stasiun radio segala (aku tahunya juga dari sahabat D sendiri tentang kekonyolan ini) dan diakhiri dengan D nembak aku. Gak ngefek blas! Dalam pikiranku cuma LR!

Tuhan membuat aku terhenti, Tuhan membuat aku memilih tak sembarangan perempuan. 4 tahun aku menangis dalam rindu untuk LR (wherever you're, miss you). Sampai aku mengenal rasa berbunga-bunga itu lagi dari A, wanita pindahan Jakarta sekaligus sekretaris OSIS SMU-ku, dengan kisah hidup dan sifat hampir sama seperti LR. Tambahannya, dia lebih lembut dan keibuan (meski LR tetap yang paling spesial). A yang memberikan signal hijau bahkan dah nembak aku (tapi aku takut mengakui dan memilih membiarkan semuanya berlalu). Tapi A adalah pelangi bagiku, kedeketan kami yang hanya 3 bulan (lagi-lagi karena pindah ke luar kota) tetap bermakna sebuah keindahan untukku. Meski perasaanku padanya belum terlalu dalam, tapi dia berhasil mengunci hatiku selama 1,5 tahun, sebelum aku dekat dengan I di akhir kelas 3.

Jujur saja, LR,A, dan I (SMU-ku) adalah yang aku akui teristimewa bagi hatiku. LR karena pertama-nya. A karena "pelangi" kami. dan I karena ketegasan pendiriannya (yang tetap tak berani memulai hubungan kami meski dalam hatinya ingin). Pun begitu, di SMU ada saja perempuan-perempuan yang ngefans berat sama aku, sampai telepon ke rumahku tiap hari dan marah kalau aku hindari, ada yang selalu berteriak histeris melihat aku meski di kejauhan, ada yang terang-terangan menawarkan diri mengajari aku cupang di leher, ada yg terang-terangan memberi kado mawar dan coklat valentine yg berhiaskan bibirnya, dan D sendiri (teman SMP-ku) yang masih sering mengungkit penolakanku waktu itu (THAT'S ALL TRUE, GAK GR YOOOO!:)).

Apa aku salah bercanda dan membuat banyak orang GR? Padahal hanya orang yang sangat aku sayangi saja yang aku istimewakan. Guru BP-ku saja paham itu, sampai aku sempat dipanggil dan dikorek perasaanku ke I, yang tentunya aku jawab berbeda dengan sesungguhnya demi menyelamatkan kami berdua. Padahal...."I've tried to put her out of my mind, but the light in her eyes still shine".....itulah kenyataannya, bu.

Pada ketiga wanita istimewa itu (LR, A, I) aku layak berterimakasih karena mengajarkan banyak hal yang membuat aku paham rasanya menyayangi, berkorban, ketulusan, dan kegigihan dlm hidup. Mereka bertiga berlatar belakang sama, dan merekalah yang menjadikan aku punya spirit survive menghadapi sikon seburuk apapun. Sepahit apapun pengalamanku selanjutnya, tapi berbekal mengenal mereka bertiga, aku bisa melewati semuanya dengan baik, sehingga predikatku sebagai "BOCAH PERFECT" di dalam keluargaku tetap terjaga (meski aku juga tetap manusia biasa yang punya belang juga, termasuk straightless).

Tuhan mungkin menghadirkan keindahan yang menyakitkan, atau bahkan sakit yang indah, tapi yang aku pahami dan syukuri SEMUANYA TERJADI TEPAT WAKTU, itulah yg membuat aku "berdamai" dengan Tuhan atas ketidakterimaan masa mudaku yang dijadikan straightless sekaligus ditentang kehadiranku melalui kitab-Nya.

Tuhan mungkin tahu, dengan nafsu besarku (hhehehe, pengakuan???) jika tidak ada penghambat, maka nafsu itu sendiri yang akan menghambat aku mengejar nilai, cita-cita, mewujudkan harapan dan kewajiban. Makanya aku dijadikan seorang straightless yang pasti tidak akan pernah bebas menjalin kasih. Dengan kisah rumit menjadi straightless yang sering berujung kekalahanku/patah hati, aku selalu mengalihkan rasa sakitnya dengan membaca buku atau menyendiri sampai menemukan kesadaran baru.

Untungnya lagi, Tuhan memahat hatiku dengan harga diri dan kesetiaan setelah bertemu LR/A/I, dengan demikian aku menjadi straightless yang tidak free/HEDONIS. Dan rasa JAIM rupanya kehendak Tuhan juga, karena mungkin jika tanpa jaim, aku sudah jadian dengan salah satu di antara LR/A/I dengan pola hubungan tertutup, di mana aku mungkin tak mau mengenal kawan-kawan straightless lainnya dan belajar banyak hal hitam putih dunia dari mereka.

Mungkin tanpa sikap yang seolah hitam itu aku tidak bisa menjadi putih (perfect di mata keluarga), dan tanpa putih itupun aku mungkin tak termotivasi mengalihkan hitamku. Aku jadi belajar 1 hal lagi, hidup tetap perlu perimbangan, jika tak bisa menjadi benar-benar putih (perfect) setidaknya jangan tambah hitammu. Straightless ya straightless, tapi yang berguna bagi orang lain, jadi biar yang diingat orang dari kita tidak hanya keburukan straightless saja, tapi mereka juga masih ingat kita sebagai orang yang cukup menyenangkan. Dan kita berhak serta wajib membuat orang tahu, bahwa kita juga punya sisi baik selain sisi buruk kita.

Aku sangat percaya, semuanya indah pada waktunya, dan Tuhan selalu memberikan semuanya tepat waktu. Termasuk dihadirkan seseorang kini (Cece) yang menggenapi seluruh pelajaran hidup yang Tuhan ingin sampaikan padaku. Aku merasa KAU Cintai, TUHAN, dengan rasa yang amat besar. Terima kasih telah menitipkan kasihMu pada kehangatan mereka. (Cece-PLEASE STILL BE MINE)


Mencintaimu dalam hati...
Memilikiku dalam jiwa...
Hanya itu yang bisa kujaga..
Tanpa bisa berkata..
Tanpa bisa menunjukkan semua..
Semua tersimpan rapi dalam dada..
Ada cinta abadi disana
Ada sayang yang suci adanya
Walau hanya aku, kamu yang tau..
Walau semua kelihatan semu...
Namun jiwaku, hatiku, hanya untukmu..
Kasih.. dalam gelapku aku mencintaimu..
Dalam terangku aku tetap mencintaimu..
Hanya kamu...
Kurengkuh kamu dalam sayang yang tak terbatas
Dalam rindu yang begitu luas..
Semua begitu indah..
Semua begitu sempurna..
Semua membuat aku bahagia..
Biar dunia gak peduli..
Biar semua gak mengerti..
Akan cinta kita..akan sayang kita..
Tapi kasih.. kamu adalah duniaku..kamu hidupku sejati..
Tanpa batas.. Aku mencintaimu.
Sayang...genggamlah tanganku...eratkan..jalani semua dengan senyuman
walau semua begitu menyiksa, walau semua begitu membelenggu jiwa..
Aku tahu kita bisa..
Aku tahu kita mampu lalui semua..
Tunggu saat kita bisa mengenggam dunia..
Saat kita bisa berkata.. Ini cintaku
Saat semua mimpi dan asa kita jadi nyata..
Semua akan jadi begitu indah...
Tunggulah, kasih..
Aku akan jemput kamu...
Dalam senyuman kita akan berjalan bersama..
Tunggulah aku...
Kasihku...


Tiada ada kata penyesalan yang paling menyakitkan selain kata kita tak bisa terus bersama, ya. Semua terpisah jarak dan waktu, ya. Kita tak bisa selalu bersama, jalan-jalan ke mall, makan siang dan kumpul-kumpul sama sohib-sohib. Semua sangat menyakitkan...

Apalagi jika kita tahu dia kadang menangis karena rasa rindu, kadang dia telepon dengan suara tangis tertahan. Semua membuat aku semakin merasa bersalah. Aku tahu aku terlalu lemah untuk memutuskan pergi dan tinggal bersama dia. Aku tahu aku begitu pengecut untuk bisa membuat dia bahagia dengan terus menemaninya.

Malah aku memutuskan untuk menjalani sebuah pernikahan yang aku sendiri gak bisa membayangkan akan jadi apa aku nanti, akan bagaimana aku menjalani semua. Tapi ini sudah jalan terbaik, aku gak ingin memberi kehidupan sementara, dan kemudian akan berpisah.... Aku ingin mempersiapkan semua, sampai aku bisa bersama dia.

Maafkan aku, sayang... Aku hanya bisa menemani kamu dari jauh, hanya bisa menjagamu dari jauh, tapi aku tetap sayang kamu. Aku tetap ingin selalu bersama kamu.

Kamu punya teman-teman yang baik, bahkan sangat baik. Aku tahu mereka akan menjaga kamu, dan menemani hari-hari kamu. Jangan sedih, sayang... jangan menangis.. Tegar dan kuat buat aku, ya... Karena kasih sayang kita ada di hati dan selamanya di hati... Tersenyumlah, karena aku di samping kamu, menemani kamu dalam setiap langkah kamu. Aku ada di dalam jiwa kamu, kamu tidak akan pernah tergantikan.

Karena kamu segalanya bagiku... Selamanya.. I love you


Ketika cinta telah berkata...
Maka yang ada hanya gejolak yang membara.
Mengobati semua luka lara,
Dan mengubah kelabu menjadi lebih berwarna.
Ketika waktu bergulir dan berjalan begitu cepat...
Langkah ini semakin merapat.
Hatipun berangsur mantap,
Dan pilihanku tetap!!!
Ketika hati telah satu...
Ternyata air mata membasahi wajahku.
Aku yang terlanjur menyayangimu,
Dengan segenap ketulusan hatiku,
Tak bisa memilikimu...
Tapi,
Aku masih bisa bertahan untukmu.
Bertahan dengan seluruh siksa batinku.
Karena aku begitu menyayangimu,
Dan hatiku luas tak berbatas untukmu...


Secercah sinar darimu membuatku merasa sempurna.
Sepatah kata darimu membuatku begitu bangga.
Sungguh indah cinta yang sempurna.
Cinta yang selalu didamba.
Seperti dirimu yang kupuja.
Penuh tawa manja.
Rindu aku akan raga yang nyata.
Rindu aku aksn kelembutan belai kata.
Rinduku, tuk dirimu tercinta...
--------------------------------------------
Gak kerasa hampir 2 bulan gak ketemu ma dia. Sumpah kangen banget rasanya.
Sebenarnya ada keinginan 'tuk selalu bersama.
Ah, tapi itu gak mungkin...
Butuh mikir ribuan kali untuk bisa stay.
Aku pingin banget ada yang dijadikan sandaran ketika aku nangis, capek, gelisah, suntuk, bete, banyak-lah. Dan yang pasti pingin banget bisa jalan-jalan bareng ma dia.
Tapi sayangnya jarak menjadi suatu jawaban.
2-3 bln menunggu datangnya dia, seminggu kemudian aku harus sendiri lagi.
Tapi justru itu yang membuat aku semakin kangen dan semakin gak mau kehilangan dia.
Sumpah aku kangen banget ma kamu...
Cepet datang donk...


Timing...

Pranoto Mongso orang Jawa bilang sangat diperlukan untuk melaksanakan hal-hal penting. Dan orang yang cerdas adalah orang yang tahu bagaimana mengatur timing. Tapi aku tidak mau menjadi miss planner. Hueuhehehe...

Bagiku timing kadang-kadang diperlukan, kadang-kadang memuakkan. Aku tidak mau diatur waktu, tapi aku selalu dikalahkan waktu. Usia yang tak lagi menipu, dan kebodohan-kebodohan kecil membuatku selalu dikalahkan waktu. Kuliah yang belum kelar-kelar, usia 29 tahun tetapi masih tertatih-tatih mempercayai Allah, usia 29 tahun belum menerbitkan buku (rencanaku umur 25 menerbitkan buku), kerja 3 tahun yang menabungnya baru terkumpul berapa juta, am I wasting my time?

Waktu tak mau menunggu, begitu Rendra bersyair...

Berapa lama lagi kamu mau belajar mengenal Dia sementara kamu tidak tahu di ujung umurmu (thanx gek)...?

Aku hanya mengejar timing tapi tak pernah benar-benar mengenal diriku dan Tuhanku.
Dan bila tentang seseorang, sekarangkah timing yang pas untuk fokus pada seseorang? Untuk apakah? Siapkah aku mencintai? Dicintai? Apa hanya karena umurku yang semakin menua maka aku takut sendirian?

Atau aku terlalu buru-buru menentukan seseorang yang kuinginkan? (Aya mempertanyakan ini). Tapi dalam hal ini di saat aku menghadapkan cermin pada hatiku sendiri aku bisa menjawabnya tegas: cinta ya cinta aja, Aya.

Aku tidak mau menunggu lagi. Menunggu dia agak santai, tidak direcoki pekerjaannya, menunggu dia mengerti cintaku lewat tindakanku. Karena aku tidak tahu di mana ujung umurku, dan tentu saja aku berharap mendapatkan kesempatan. Maka maafkan aku bila kembali menjadi egois impulsif lagi. Sekali lagi maaf.


Judul di atas kayaknya bukan asli gayaku, karena biasanya aku tidak bertanya. I Love you, that's it. Cinta ya cinta aja bagiku, aku orang sederhana. Sesederhana itu.

Aku memang tidak berpikir panjang saat itu. Karena ternyata cinta yang sederhana di dunia L, tidak pernah sederhana. Banyak kekhawatiran, banyak kesedihan, banyak yang harus dipersiapkan terutama mental.

Mental saat berpisah, ditinggalkan dan meninggalkan.

Aku yang biasa ditinggalkan, menganggap sosok martir bagi diriku sendiri, menangisi yang pergi dari hidupku, membanggakan diri bahwa aku rela ditinggalkan. Tapi toh ternyata tak pernah bisa mudah kehidupan orang yang meninggalkanku.

Aku tak pernah berpikir mereka dianggap apa oleh keluarganya, suaminya, calon suaminya saat tahu tentangku. Aku ngeri membayangkan how about your first night with your husband? Aku tak pernah berpikir mereka akan selalu berjalan di tempat ramai namun sepi, mereka tidak pernah lagi "bertelanjang" di depan sahabat dan orang terdekatnya, dan kesulitan menyiapkan mental atau memadamkan bara saat bertemu aku lagi.

Mungkin aku telah dijadikan sarkofagus sedemikian pula aku ke mereka, tapi akan selalu ada ruang yang pekat mengingat hari kemarin. Mereka yang memilih kembali ke jalan yang lurus, atau membakar jembatan ke arahku (dan tak mungkin kembali, begitu kau bilang, Gek) tetap saja memgakui ada sesuatu yang tak hilang meski aku telah pergi.

Aku tak pernah takut untuk jatuh cinta lagi, namun ketakutan ditinggalkan semakin besar membuatku kehilangan semangat berburu. Tapi kehidupan terus berjalan. Sarkofagus di hati menjadi empat, yang kukubur dengan senyum, tangis dan dendam. Aku tak berniat menambah sarkofagus lagi. Namun tidak cukup hanya cinta untuk membangun komitmen bersama orang yang kita inginkan. Walau cintaku sangat sederhana. I Love You, and i want to you love me too.


Alkisah, di suatu perkampungan hiduplah seorang pemburu. Suatu hari dia naik ke bukit yang penuh batu cadas untuk menangkap rajawali. Sesampai di sarang rajawali, dia hanya menemukan sebutir telur. Daripada pulang sia-sia, telur tersebut dibawanya pulang dan diletakkannya di induk ayam yang sedang mengeram. Singkat cerita, semua telur yang dieramkan menetas, anak ayam muncul satu-satu, begitu juga dengan anak rajawali. Hari demi hari dilalui sang rajawali dengan perilaku ayam, karena dia mengira dirinya ayam. Ia mengais-ngais tanah, memakan cacing, bermain di selokan, dan segala perilaku layaknya seekor ayam. Suatu hari, rajawali dan anak-anak ayam itu dikejar-kejar musang, mereka lari terbirit-birit, dan bersembunyi. Di tengah-tengah kepanikan dan ketakutan luar biasa itu, sang anak rajawali menengadah ke langit, dan terlihat olehnya seekor burung rajawali dewasa terbang gagah membelah awan. Terlintas dalam benaknya, ia ingin terbang seperti rajawali itu, begitu gagah dan perkasa tampaknya, dan ia mulai mencoba mengepak-ngepakkan sayapnya katika tiba-tiba anak ayam lain berceloteh: "hey, sedang apa kau?? Kita ini ayam, bukan rajawali, dan ayam itu tidak bisa terbang, selamanya ayam tidak akan pernah bisa terbang "semangat anak rajawali pun surut dan cita-citanya mundur teratur, dan dia ikut bersembunyi bersama anak ayam lainnya.

Karena "ketidaktahuan", banyak orang melewati hidupnya dengan sia-sia. Sadari kemampuan diri sendiri, hati-hati terhadap 'nasehat' yang menghambat, kembangkan potensi 'Rajawali' yang ada dalam diri kita.

------------------------------0000------------------------------------------
Nah, terinspirasi hal tsb, aku pgn bikin blog kita gak cuma buat nulis (yang mungkin lama-lama jadi males dikunjungi karena merasa "yg lain mana lho...kok itu-itu thok? heheheh).
Jadi jadikan blog kita sebagai ajang unjuk bakat dana lahan cari duit.

Yang pinter desain, ya buka aja design-sevice online......yang suka nulis, kan bisa jadi jembatan kali aja ada produser mampir........yang suka lain lain....ayo...temukan cara kita (teman-teman yang kongkow di delta mungkin juga tahu). Konsep lebih lanjut? Yo ayo dibahas bareng.

NL JUGA MANUSIA, YG PUNYA BAKAT POSITIF.....AYO, TUNJUKIN GAYA MU ....HEUEHEHHEHEH

MASALAH AWALNYA....SETUJU GA?? KASIH COMMENT DUNKZ


Suatu sore, Zahra sedang duduk bersama ayahnya di ruang keluarga. Keduanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Zahra, gadis kecil berumur 5 tahun itu sedang bermain dengan buku gambarnya. Sedang sang ayah, tampak tekun membaca majalah.

Sesaat kemudian, Zahra mendekati ayahnya. Ia lalu bertanya, “Ayah, ini gambar apa? Belum selesai ayahnya menjawab, Zahra kembali bertanya, “Kok, hewan ini ada buntutnya? Sang Ayah, dengan sabar menjelaskan semuanya. Disisihkannya majalah di tangannya dan dipeluknya Zahra.

Beberapa lama berselang, Ayah lalu berkata, “Baik, kalau sudah selesai, ayo teruskan saja sendiri ya, sayang. Ayah sibuk. Zahra pun kembali ke tempatnya semula.

Namun, belum lima menit usai, Zahra kembali datang dan bertanya banyak hal. Dia mengoceh tentang hewan, hingga hal-hal yang diluar khayalan. Ayah pun mulai tampak segan dengan semua pertanyaan itu. Sebab, ia ingin sekali menyelesaikan bacaannya. “Ah, kalau saja aku bisa menyibukkan anak ini dengan pekerjaan lain, ” gumam Ayah,” tentu, ia tak akan membuatku repot. Begitu pikirnya dalam hati.

Aha, Ayah pun menemukan ide. Diambilnya gambar rumah dari sebuah majalah lama. Dan diguntingnya gambar itu menjadi beberapa bagian. Ia ingin membuat puzzle!. Tentu, anak umur 5 tahun, akan sulit sekali menyusun puzzle yang bergambar rumah. Ia lalu berkata pada Zahra yang sejak tadi memperhatikannya.

” Zahra, sekarang Ayah punya permainan. Ayo, coba susun kembali kertas ini jadi gambar rumah. Nanti, kalau sudah selesai, baru kamu boleh kembali ke sini. (–Hmm..tenanglah aku sekarang. Aku akan bisa menyelesaikan bacaanku, dan ia pasti akan sibuk sekali dengan pekerjaan ini, begitu gumam ayah.–)

Tiba-tiba. “Aku sudah selesai!” Belum 5 menit berlalu, kini, Zahra sudah kembali dengan susunan gambar rumah itu. Ayah pun bingung, bagaimana bisa ia menyelesaikan tugas yang sulit itu? Ayah lalu bertanya, “Bagaimana caranya kamu menyusun gambar rumah ini? Pasti kamu minta tolong Bunda deh.”

Mata bulat gadis itu berbinar, “Nggak kok. Aku membuatnya sendiri. Sebab, dibalik gambar ini, ada gambar boneka kesukaanku. Jadi, aku menyusun gambar itu saja. Ini, gambar bonekaku, aku senang sekali dengannya.

Sang Ayah pun terdiam. Ia kalah, dan harus siap kembali menerima semua ocehan gadis kecilnya ini.
***
seringkali, kita menganggap anak-anak dengan naif. Kita kerap meremehkan pola pikir yang mereka miliki. Kita, yang sok dewasa, sering berpendapat, anak kecil, bukanlah guru yang terbaik buat kehidupan. Mereka semua hanyalah penganggu, dan sesuatu yang selalu mengusik setiap ketenangan.

Namun sayang, kita kerap salah. Dan Zahra, bisa jadi membuktikannya. Kita, seringkali menganggap dunia ini sebagai sesuatu yang sulit. Dunia, dalam pikiran kita, adalah potongan gambar-gambar yang tak runut. Potongan-potongan itu pulalah yang kita susun dengan perasaan takut. Dunia, bagi kita, adalah tempat segala masalah bersatu. Dan kita merangkainya dengan hati penuh pilu.

Dengan kata lain, dunia, bagi kita, adalah layaknya benang kusut, yang penuh dengan keruwetan, ketakteraturan, dan kesumpekan. Dunia, bagi kita yang mengaku dewasa, adalah amarah, angkara, dengki, dan dendam, iri dan maki serta tangis dan nestapa.

Padahal, kalau kita mau menjenguk sisi lain dunia, ada banyak keindahan yang hadir disana. Ada banyak kenyamanan dan kesenangan yang mampu diwujudkannya. Ya, asalkan kita mau menjenguknya, melihat dengan lebih tekun dan jeli. Mencermati setiap bagian dari dunia yang kita sukai.

Jalin-jemalin kenyamanan yang dapat dirangkai dalam dunia, adalah sesuatu yang indah. Disana akan kita temukan kesejukan, ketenangan, kesunyian, keteraturan, keterpaduan dan segalanya, asalkan kita mau menjenguknya.

Jadi, mana potongan gambar dunia mana yang akan Anda susun? Dunia yang penuh angkara, atau dunia yang penuh cinta? Dunia yang penuh duri, atau dunia yang penuh peduli? Anda sendirilah yang akan menyusun potongan-potongan gambar itu. Susunan yang Anda pilih, akan membentuk kehidupan Anda.

Selamat menyusun potongan hidup anda !!!
cuplikkan dari : http://www.resensi.net/susunan-kehidupan/2009/03/17/


Semalam secara tidak sengaja aku memikirkan, apakah nanti ketika maut menjemput. aku masih dalam keadaan dyke? Terus terang walaupun aku selalu melakukan perintah Tuhan dengan tanpa terlewat (sekali-kali kadang terlewat, sih, heheheh) tapi aku takut juga kalo mati dalam keadaan murtad atau dalam keadaan yang di benci oleh Tuhan. Jadi bingung, deh.

Ah, yang pasti apa pun dan dalam keadaan apa pun aku mati, itu pasti surat dan jalan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Semoga kelak ketika aku dipanggil, aku ingin mati dalam keadaah khusnul khotimah. Amin


Ah, sudah lama gak nulis something di sini.

Kemarin aku baru liat DEBS. Film yang gak pernah bosan aku tonton. Film yang membuat aku jadi fall in love lagi ama pasanganku. Terus terang, pengen banget mempunyai happy ending seperti di film itu, di mana mereka berdua akhirnya bersatu membangun hidup mereka bersama.

Terkadang aku terlalu munafik untuk menyadari dan mengakui kalau hal tersebut sangat sulit dicapai jika kita bersikap frontal dan tidak memikirkan keluarga kita (aku rasa teman2 di deNL ini rata-rata juga sayang sama keluarga mereka). Aku pengan baget memikirkan cara bagaimana kita bisa hidup dengan pasangan kita dan tidak mengecewakan keluarga. Dengan cara yang halus sehingga tidak menyakiti siapa pun.

Apa lagi untuk di dunia kerja yang akan aku jalani di mana dalam menapaki karir harus ada status, status MENIKAH. Kadang pasanganku secara sepontan mengatakan sepenting itu kah status MENIKAH? (Entah lah han kamu rasakan saja sendiri ketika dunia kerja sudah mulai kamu rasakan)

Pingin banget ngebahas semua ini dengan pasangan tapi selalu tidak ada timing yang tepat.


Ada yang bilang kesempatan itu datang sendiri, pakar ekonomi bilang kesempatan itu diciptakan. Dan berbagai macam orang menanggapi bila kesempatan itu datang. Bahkan sebagian orang tidak berani memimpikan kesempatan akan datang, atau tidak memikirkanya.

Orang-orang terakhir ini bisa disebut orang bodoh (Igek Az menghaluskannya dengan orang tidak cerdas). Mungkin orang tidak cerdas ini begitu buta atau secara sadar tidak mau tahu ada kesempatan di matanya karena trauma, tidak percaya diri. Atau terkena sindrom yang ada tak ingin, yang ingin tak ada. Atau memang benar-benar ada sesuatu hal yang primer tidak bisa dilakukan. Ketidaksanggupan membunuh masa lalu, pertimbangan memikirkan orang yang sangat penting pada kita.

Seharusnya kesempatan itu dijadikan recto-verso (meminjam/plagiat istilah n1nna), dibedah dari sisi yang sangat berbeda. Berandai-andai atau paling tidak berempati. Bagaimana kalau aku di posisi ini, posisi itu dengan adanya kesempatan yang ada. Yakin adanya kesempatan kamu lebih bisa mengenal dirimu sendiri, yang seharusnya kamu lebih nyaman dengan dirimu. Because for all of "you" there is an opportunity.

Apalagi tentang kesempatan mencintai dan dicintai yang tidak datang tiap hari (bagi jomblo-ers dan yang patah hati), mungkin cinta butuh chemistry. Mungkin cinta butuh uang. Mungkin cinta butuh ruang dan waktu. Dan cinta butuh memilih. Memilih yang lebih seksi, lebih cantik, lebih smart, lebih a/b/f/nl. Halah.

Intinya kalo lagi jomblo, patah hati, buka mata dan hati kamu lebar-lebar, karena kadang-kadang orang yang tidak kamu anggap ternyata lebih bisa mencintai kamu bila kamu memberinya kesempatan. Hehehehee. Tulisan paling nglantur.


Kupikir aku bukan termasuk orang berani. Aku hanya sekedar berani berpikir, berani bermimpi, dan selalu ketakutan memulai segala sesuatu. Butuh "tamparan dan tendangan" mendorongku maju.

Aku hidup, berarti aku harus berani hidup dan mati (aku pendukung eutanasia dan menolak hukuman mati yang dipaksakan).

Aku L tapi hanya dalam hati, dan pada kawan sehati saja mau mengakuinya. Aku L tapi aku ingin dianggap lurus-lurus saja.
Aku tak pernah berani melangkah ke depan orangtuaku dan bilang "mam, I love you 'n I'm L"(Saving Face).

Aku tak pernah berani tiba-tiba pergi dari rumah hanya karena aku ingin bebas dan menunjukkan ini aku L, bisa survive (meski aku ingin sekali).

Aku tak pernah berani menunjukkan siapa-siapa yang menjadi kekasihku meski aku sering membawa ke rumah.

Aku tak pernah berani dengan tegas mengatakan. Jancuk kamu, bajingan kamu di depan orang yang nyata-nyata menyakitiku. Aku hanya jadi psikopat di tulisan saja.

Aku ingin berani sekali saja, pada saatnya aku ditanya kenapa kamu tidak menikah?
Aku ingin menjawab dengan tenang dan mantap, karena aku hanya bisa hidup bersama dengan yang menyerupai diriku sendiri tanpa menimbulkan sakit jantung seseorang, keributan keluarga besar...

Hehehehe. Mimpi kali ye...


Aku termasuk orang yang impulsiv. Begitu hati (hasrat kali ya) ingin, maka mulut akan berbicara. Tidak pernah untuk berpikir panjang bahwa mulutmu adalah harimaumu. Mungkin sedikit kegilaan sesaat. Tapi saat aku berpikir jernih aku lebih berpikir bahwa itu tindakanku sebagai orang yang egois dan stupid. Aku tidak berpikir panjang bagaimana efek perkataanku pada orang lain, bahkan aku tidak berpikir aku nantinya bagaimana. Yang ada di benakku mungkin saat ini, well inilah aku orang jujur. Dunia berhak tahu that's my feel. Sebenarnya ujung-ujungnya aku tak mau menanggung kesakitan menyimpan perasaan, aku juga ingin lihat reaksi orang bagaimana dicintai, dibenci seorang aku. Aku tidak pernah berpikir orang lain itu ewuh-pakewuh, gak enak hati ujung-ujungnya tambah muak.
Jadilah di masa unej itu aku nembak begitu saja kekasih sahabatku. Lalu 5 tahun kemudian tiba-tiba di sekretariat yang sepi ngomong suka ma adik kelas senyumnya indah.
Setelah masa kuliah itu masih saja aku mengulang kebodohan, kali ini aku tiba-tiba mencium sayang rekan sekerjaku sekaligus satu kosku.
Bodoh...Bodoh.... Dan dengan 3 orang di atas (anak benar2 Lurus) yang akhirnya kubelokkan walau akhirnya tersesat di jalan yang benar, lebih memilih lurus kembali.
Pada akhirnya aku belajar untuk tidak impulsiv (agar dianggap dewasa), kali ini pada poisson ivy/kadal yogya. Aku belajar untuk tidak terlalu impulsiv. Berkenalan, flirt dan ketika chemistryku ke dia lumayan maka kutembaklah ia. Hasilnya? So bad, tidak ada greget, tidak ada adrenalin dan tertipu. Mungkin kehati-hatian menyebabkan kehilangan impulsiv dan aku kehilangan gaya kali (walau pada dasarnya di jadi-jadian L). Yang jelas aku tetap merasa impulsiv adalah hal bodoh. Dan masih saja kulakukan pada sahabat dan kekasih sahabatku. Kali ini lebih heboh, ngomong suka pada seseorang didepan pasangannya (yang sahabatku). Bodoh kan? Aku jadi bingung sendiri, takut sendiri kalau berinteraksi dengan mereka. Namun untunglah di tengah kekikukanku mereka biasa-biasa saja. Aku terselamatkan kali ini.
Yang jelas aku masih mengangankan bertindak impulsiv untuk "menampar" seseorang, hei it's me. I'm exist.


Apakah kebetulan itu ada? Atau memang semua rencana itu sudah tersusun, tapi ditampilkan pada waktu yang tepat spesial sehingga yang mengalaminya merasa terlalu indah sehingga menyebut sebagai "KEBETULAN"?

Aku percaya dua-duanya, entah mana yang paling benar. Terlalu banyak kebetulan indah yang aku nikmati dalam hidupku. Salah satunya adalah KEBETULAN pada mantan pertama-ku.

Siapa sangka bahwa persahabatanku dengan RIRIN (teman sekelas 1 SMU-ku) mengawali kebetulan indah itu. Sudah sekitar 15 tahun aku menyembunyikan diri sebagai straightless. Betapa sulit membuat aku sama seperti kawan-kawanku lainnya tanpa rasa kaku. Aku pernah memacari 4 lelaki, bahkan dua di antaranya sangat nge-fans sama aku sampai tergopoh-gopoh mengejar ke rumah (aku saja kalau jadi lelaki, eneg duluan lihat tingkah perempuan seperti aku, hehehehhe). Hal yang sementara menyembunyikan tabirku sangat rapi, bahwa SEOLAH aku play girl......dengan beberapa lelaki tentunya. Tapi aku sesak juga terus dituntut berakting ikut menggoda lelaki sedikit keren yang melintas diantara Gank SMU-ku saat itu. Asing, sepi, dan sepo!

Aku tidak merasa benci lelaki, tapi kenapa aku juga tidak merasa suka pada mereka??? Konslet di mana? Itulah, dah bertahun-tahun aku berkutat tanpa jawaban, dan sampai pada titik aku lelah menyalahkan Tuhan. Terima saja semua ini, nikmati, dan jangan dibiarkan memburuk. Tapi, aku butuh seorang kawan, satu saja, di mana aku bisa bercerita padanya tanpa interupsi dan kernyit dahi, tentang duniaku yang berbeda dengan dia, tentang romantisme ku yang mungkin cuma bisa dia temui di novel atau surat kabar tentang straightless, tentang stabilitas pandangan bahwa aku ya aku bagaimanapun bentuk dan ke-abnormal-anku, dan meski begitu kami tetap bersahabat dekat. Dan Tuhan menjawab semuanya pada Ramadhan tahun itu.

Pagi tanpa kegiatan membuat Ririn bosan, dan satu-satunya hiburan dia adalah berkunjung ke rumahku (kami hampir tiap hari saling mengunjungi meski rumah tak dekat, lha wong ortunya sering "nanggap" aku sebagai hiburan). Ngowos, ngobrol sana-sini, sampai pada titik dia ingin menceritakan rahasia terbesarnya yang....bla bla bla (offline or online, rahasiamu tetap aman kok, sobat, hehhehe). Dan aku....dorongan Tuhan atau memang sudah waktunya atau entah karena apa...aku berkisah tentang STRAIGHTLESS-ku. Ketakutanku melihat perubahan sikapnya, sinisnya, jijiknya, tak pernah terbukti, bahkan sampai saat ini. (Thanks, Pren...). Jadilah RIRIN sebagai orang pertama yang mendengar "Behind the Scene"-ku.

Kumpul-kumpul siang hari dengan teman-teman AWKA beberapa bulan setelah Ramadhan itu, menjadi tonggak keduaku. Di mana menyisakan aku dan AULIA (AU). Kami sekelas sejak SMP dan satu yayasan (thanks alm. Bpk sunarto, Allah memberkati amal-amal beliau), kami dekat, termasuk dengan keluarga masing-masing, terlebih Bapak-nya Au suka mbanyol juga kayak aku, dan kami sering "duet" setiap kali berkunjung ke rumahnya. Dia baik, (saat sebelum kecelakaan) dia sangat arif dan tegas (sori, Ndhul, kamu kualat sama pak polisi yang mbok tabrak, ya? Heheh, tapi aku tetap sayang kamu kok walau sekarang udelmu sering pencheng, kqkqkkqkq). Entah gimana awalnya, kedua kalinya tabir itu ku, AULIA TAHU AKU STRAIGHTLESS! Alhamdulillah, semua fine, lancar, dan sama seperti RIRIN, AULIA-ku itu juga bs menerima aku apa adanya.

Meski setelah itu ada beberapa orang lagi yang tahu siapa aku sebenarnya (paling sebel saat jujur sama AWKA, WIDY pingsan dan IKA dengan entengnya nyangka aku suka sama kakak iparku sendiri cuma gara-gara clue: "Aku gak bisa memiliki orang yang aku cintai". Halah, aku dan AU mlongo!....Beghhh. Bandit, IKA.....sama teman gak cuma pelit uang tapi juga pelit berpikir jernih, uffff). Tapi RIRIN dan AULIA adalah kunci-kunci tabirku yang sangat spesial. Karena siapa sangka, perempuan pertama yang menjadi kekasihku bernama RIRIN AULIDA. Seorang model kuning nan seksi dari Kalimantan yang ber-nick MEMEY itu ternyata memiliki REAL NAME ...........RIRIN AULIDA. Seolah singkatan, dari RIRIN (orang pertama kunci tabirku) dan AULIDA (AULIA, kunci tabir keduaku). Tak benar-benar mirip memang, selisih satu huruf......tapi siapa sangka, RIRIN DAN AULIA membawa RIRIN AULIDA ke dalam hatiku??? KEBETULAN? ATAU SUDAH DIRENCANAKAN?

RIRIN AULIDA-ku, pemahat hati pertamaku, saat kamu baca ini, ketahuilah kamu pernah punya ruang spesial bagi hatiku. Satu yang kamu tak pernah tahu, kamu benar-benar kekasih pertamaku, dan maaf atas segala keluguanku yang membuatmu tak betah pada cinta super idealisku. Aku bukan Kahlil Gibran, dan kau bukan Maria kekasih Kahlil, yang sanggup meyakini wujud cinta tanpa pernah bertemu, karenanya kita memang benar-benar tak pernah berjodoh. Tapi terimakasih, kau mengajarkan aku realita, membekaliku pada jalinan selanjutnya setelah denganmu.

Satu hal yang pasti, cerita tentang RIRIN DAN AULIA...........kisah tentang RIRIN AULIDA sebagai anugrah pertamaku, itu memang nyata. Itu juga salah satu kebetulan dalam hidupku, atau bahkan keajaiban, yang sampai kapanpun kita tak mampu menghitung rumusnya, tapi sekali lagi...........ITU NYATA!

Dan kebetulan ini membuatku selalu tersenyum mengenangnya :)


Hemmmhmmh
Aku selalu berusaha nyaman dengan persahabatan. Yang aku tidak tahu persahabatan kita mempunyai nama, aku yang telmi menikmati pertemuan-pertemuan kita di sudut mall atau di kafe kecil tempat kita mempertontonkan budaya makan yang "sangat beradab". Meski pertemuan kita kebanyakan sibuk bertanya "habis ini minggu depan mau kemana? Main yuk keluar kota..." Keinginan yang sangat jarang jadi kenyataan.

Atau Lili yang sibuk ber-window shoping membunuh rindu untuk Cecenya

Juga aku yang berusaha mendapatkan soulmate

n1nna dengan autisnya

Geg dengan dijadikan anak yang paling digodain

Nadia dan Andra (?) yang selalu sibuk dengan cerita berantem

Nada yang menggolkan istilah "Waktu terus berjalan.."

Mega yang lelet kalo janji ketemuan tapi ah.....

Terutama Aya dengan sosok motivator penggerak PKK, akhirnya arisan diantara kita terbentuk.

Aku bersyukur saja, karena aku sudah nggak bohong lagi kalo keluar karena "arisan". Aku nggak mau mikir persahabatan kita difaktakan dengan apa. Sampai kemana. Akan jadi apa. Dengan blog, jaket, arisan atau lainnya hanyalah sarana biar kita terikat tapi tidak mengikat. Aku hanya ingin berkumpul, menjadi teman yang bisa mendengar, berempati dengan hati dan seperti Lagunya Katon dan Ruth, "letakkanlah tanganmu dibahuku ini...biar terbagi beban itu...."

Karena aku manusia, butuh ada, mengada.
I'm exist 'n insist (Nina editor, benerin yo).
Karena aku manusia, butuh mengakui dan diakui.

"Persahabatan bukanlah hal-hal yang selalu manis, hal-hal yang membuat selalu kita aman". Benar kata Lili, "a friend in need, a friend indeed," halah embuh, yang jelas bagiku sahabat adalah orang yang di samping kita kala kita menangis dan kita tertawa bahagia. Our friendship is a garden in my heart.
Friendship is not born but it is made.
I love you all, sis.


Pagi ini badanku masih merasa remuk, letih dan "mbangkong" adalah salah satu kenikmatan hari Mingguku. Meski biasanya aku terbangun setiap ibuku menanggil, tapi kali ini aku justru terbangun oleh berita infotainment. Aku tidur, tapi sadar, Aku tak dengar, tapi mendengar. Ah...mbulet ae!

Layar televisiku diwarnai bunga dlm intro perkawinan SARAH AMALIA (mantan sstri Ariel Peter Pan). Sori, yo, aku bukan ibu-ibu PKK penggosip. Aku terbangun karena hal lain, bukan karena gosipnya. Seolah dalam setengah sadarku, aku melihat tanyangan itu. Istimewanya apa? SARAH AMALIA WAJAHNYA MIRIP I (Cinta terpendam ke-tiga-ku, kawan SMU). Itu thok.

Tiba-tiba aku teringat bahwa I dan pria-nya berencana menikah juga, tanggal 10 bulan 4 tahun 2009, tahun ini, kurang sebulan lagi? Ouw....! Wajah ayu Sarah sangat Mirip dengan I, lekuk hidungnya, senyumnya, putih mulusnya, dan jawaban-jawaban cerdasnya, mirip (aku memang menggilai perempuan tipikal cerdas dan mulus...wouw). Bedanya, Sarah tak istimewa, sedangkan I.....tahu sendiri lah.....! Dan hampir seharian berita itu muncul, seharian pula aku menghindari pertanyaan hatiku sendiri, ketika itu adalah 10 April 2009 nanti, siapkah aku???

Seorang kawan sangat yakin dia cuma menganggapku sahabat. Tapi mayoritas kawan lainnya meyakini perasaanku pada I berimbang juga, SHE LOVED ME, TOO. Bahkan foto kami berdua yg tak sengaja terambil oleh temanku yang belum tahu apa-apa tentang kami, cukup bisa membuat temanku tadi mencurigai ada benang intim antara kami, semesra itu, katanya! Satu persatu segala kenangan meluncur di mataku, ketika hujan, ketika aku sakit, ketika dia menungguku, ketika dia mengerjakan PR dan ujianku, ketika dia menemaniku lomba, ketika pertama kali dia menangis demi aku, ketika aku tidur seranjang dengannya dan hanya bisa berpelukan, dan ketika bibirnya hampir menyentuh bibirku dulu. Jaimku, ketakutanku, mungkin cukup bisa dijadikan biang kerok mengapa asmara itu tak pernah berlanjut. Meski bertahun-tahun aku masih saja menggodanya, tapi aku tak cukup berani menawarkan rasa itu, rasa anggur dalam hubungan, yang pahit dalam manis, dan manis dalam pahit.

Dan ketika masa itu tiba, bersama lelaki pilihannya, yang pasti jauh lebih berani daripada aku (terbukti berani melamar I), aku akan tampil atau bersembunyi? Mengapa masa itu cepat sekali datang? Mengapa kubertanya, toh inipun sudah kuduga. Apakah pria yang kau ajak datang ke acaranya Bapakku itu benarlah pilihan hatimu, bukan pilihan kebutuhanmu? Mungkin cintaku pada I tak kalah manis, tapi keberanian pria itu tak kalah tajam dan mungkin di sanalah kalahku. Kalah ya kalah....Aku pulang...

Toh menang juga untuk apa? Masa itu telah beda. Ribuan detik melukiskan kisah baru dan mungkin memang sebaiknya waktu tak pernah menunggu aku menyatakan semuanya padanya...yg sampai kapanpun tak akan terjadi. Aku mau yang pasti-pasti saja, dan itulah Cece-ku sekarang. Bersamanya, tak kurasakan kembang api yang menyala-nyala seperti aku bersamamu dulu, mungkin. Tapi bersama dia, aku menghaturkan kisah tentang masa depan, dengan nyala lilin yang terang berkesinambungan, tak benderang meloncat-loncat seperti kembang api kisah kita. Dan Cece sajalah yang bisa membangkitkan inisiatifku, menawarkan rasa dan masa depan, bukan kamu. Mungkin ketika kau mengenang euforia kisah kita, kau pasti setuju bahwa kita baik sebagai kenangan, tapi tak pernah cukup pada kenyataan. Masa muda kita kenangan dan masa depan kita adalah kenyataan, dan karenanya kita hanya bisa saling mengenang.

FLY AWAY MY ANGEL IN MY TEENAGE.....'N WELCOME MY ANGEL IN MY FUTURE.
Aku mantap menjadikanmu kenangan, tapi belum terputuskan akan datang atau tidak, pada masa itu nanti.


de NL World ultah ya? Yang ke sebulan (tersenyum sajalah, mana ada umumnya perayaan gitu, hehhhe). Wah mulai kapan?
Memangnya de NL World lahirnya kapan cih? Saat dibuat di CITO atau waktu mulai arisan?
Pentingkah sebuah tanggal? Mungkin iya (buktinya sampai ada yang menandai launchingnya dah sebulan, hehhhehhe), mungkin juga tidak.

Aku lebih suka menyebut kami sahabat NL atau de-NL-ers atau Founders. Bukannya tdk mau bersahabat dengan A/B/F, atau entah diadakan gender apa lagi. Tapi memang kebanyakan kami adalah orang-orang yang simpel, saking simpelnya sampai gak paham dan males memahami A/B/F. Aku welcome pada siapapun, apapun sebutannya itu. Toh sebutan itu cuma julukan, pada intinya aku, dia, mereka, dan mungkin kita semua sama, senasib dlm garis tipis!semua punya kisah,semua punya awal, dan semua mencintai obyek yang sama yaitu perempuan, meski kisah-kisahnya pasti berbeda. Tapi wajarlah, terpilihkan kawan-kawan yang hampir menyerupaiku, cocok, sharing dan berbagi layaknya saudara sendiri (I felt it, mostly when my pa 'n ma were in hospital... Amazing for having friends like them) dan jadilah ini "DE-NL-WORLD". Iseng sih....tapi kalau mau dilanjutkan bisa serius juga.

Tapi keseriusan itu dari mana dan akan bermuara ke mana?

Aku setuju blog ini diperbagus (kalau benar-benar punya waktu aku juga gatel utak atik), aku juga setuju sahabat-sahabat (founders) deNL juga pada urun rembug (rasa saling memiliki?), mungkin ..........aku juga setuju orang-orang lain apapun gendernya (masih dalam rangka GBLT atau LINES saja?) meramaikan blog ini. Tapi jujur aku tak pernah tahu ini akan sampai mana. Apakah blog ini benar-benar jadi rumah kedua kita? Atau blog, ya, hanya blog dan angin lalu.

Mungkin aku tipe orang yang tak siap atau orang yang menakuti perubahan (meski aku sangat menyukai perubahan yang positif). Termasuk perubahan akan blog ini. Positive thinking saja, blog ini berpotensi juga melesat seperti sang pendahulu SS (Swara Srikandi -saat itu yang sampai sekarang bahkan aku masih sangat mengingat lay out website-nya dan hampir semua larik puisi-puisi di dalamnya) dan sejenisnya. Kalau sudah melesat sih emang ada enaknya, sebuah kebanggaan juga, bahkan SS sampai bikin buletin (yang seorang sobat deNL minggu lalu sangat bangga memamerkan karyanya yang dimuat dalam buletin itu) yang itupun sempat terceletuk andai deNL juga punya buletin.(masalah klise, duite sopo, bulek...hehehhe) Tapi pada keadaan mencuat itu, sadar tidak sadar ada perimbangannya, sisi lain kita juga harus siap (kalau-kalau) someday kita tampil di koran atau majalah, radio, bahkan televisi (seperti Founder SS). Wah, enak dunk bisa ngeceng...hehhehe......tapi, siap terpublikasi gak???

Sadar-tidak sadar itu juga menjadi mata pisau bagi kita. Terutama dari sisi nama di keluarga dan tetangga, pekerjaan nomor dua mungkin. Siapkah?
Dan sudah sekompak itukah deNL beserta anggota-anggotanya? mengingat blog saja yang ngisi itu-itu saja, lainnya entah belum mengisi atau bahkan malah belum mengunjungi, weleh (saat ini sih). Dan apa benar de-NL-ers(huih....) punya pandangan masa depan dan cita-cita sama? Lebih tinggi pohon, anginnya lebih kencang, akarnya harus semakin kuat, bergitu juga Founders De NL jika "hal terbaik" itu terjadi pun harus musti kudu kompak. Betul? Tapi tunggu, untuk siapa? Demi apa?

Aku bukannya kehilangan solidaritas, tapi aku sudah lelah. Tak perlu diungkap satu persatu ceritanya, tapi intinya "idealisme terlalu sering menamparku"! dari situlah aku belajar sungguh perlunya perimbangan realistis. Tidak munafik, aku memang masih sama gilanya seperti dulu, mengejar peluang terkecilpun karena tetap ada rasio keberhasilan, tapi sekarang ini aku lebih suka maju pada peluang yang prospeknya diatas 70% dan pengalaman-pengalaman pahit hidupku membuatku peka melihat peluang dan menghitung sendiri rasionya. Dan bukannya aku tidak mau menjadikan blog ini booming, arisan kita menjadi arisan Straightless-ers, atau buletin kita melangit, tapi aku cuma tidak mau apa yg aku sudah perjuangkan sungguh untuk hidupku, pasanganku dan keluargaku berantakan.

Aku bisa merasakan sejak SD bagaimana susahnya mencari uang untuk sekolah dan sangu, aku mensyukuri tak suka jajan jadi sanguku itu bisa membuat bapakku pulang tanpa tanggungan membayar buku-buku ketika raport-an, menghabiskan waktu demi raport nomor satu dan biaya gratis. Masa mudaku terampas! Aku tak mau masa tuaku terampas juga kenikmatannya. Terlebih setelah seorang Cece mengajarkan aku lebih dekat dan mencintai keluargaku lebih dari sebelumnya, dan sekarang aku menikmati masa di mana banyak tanggungan atau kesusahan tapi tetap bahagia karena merasa mencintai keluargaku. Aku juga telah berjanji pada alm. Bapakku, aku akan melakukan apapun semaksimal yang dulu pernah bapak lakukan untuk membahagiakan ibu (aku masih ingat, setelah itu Bapak pergi dengan wajah teramat tenang dan damai...ALWAYZ LUV 'N PRAY FOR YOU, PA). Dan ketika semua usaha itu hampir berhasil, aku tak sanggup jika dibuyarkan hanya dengan pemberitaan "Suksesnya seorang LDC mengangkat deNL". Karena untuk tujuan utamaku, kebanggaan itu jelas tak sebanding. Aku sangat paham, hubunganku dengan Cece mungkin someday bisa jadi boomerang yang mengejutkan ibuku jika tahu, tapi rasanya masih lebih mungkin bagi aku untuk menghadirkan kenyataan tetap mencintai ibuku meski harus menolak pria pilihan beliau demi tetap mempertahankan Cece, daripada harus membuat beliau tahu apa itu deNL. Orientasiku telah berubah, aku capek memulai hal yang dulu sudah aku mulai, makanya lebih baik memperbaiki apa yang sudah ada. Toh keadaan keluargaku atau pasanganku, ya tetap keadaan manusiawi, yang tak akan perfect dan ada salah di sana-sini, tapi juga masih tergolong keadaan baik dan nyaman (setidaknya dalam koridor pemikiranku).

Aku pasti berusaha maksimal dalam semua hal, termasuk bersahabat. Aku berusaha maksimal untuk blog kita, arisan kita, curhat kita, may-song kita (Niken, bener ya tulisannya? hehehehe). Intinya aku berusaha maksimal jadi FRIEND IN NEED. Aku pasti senang menyaksikan keberhasilan sobat-sobat lain, yang mungkin bisa mengangkat deNL (kalau diinginkan terangkat). Tapi permisi, pada masa itu aku pasti mundur dan memilih menyimpankan senyum untuk deNL pada tatapan mata pribadi saja dan bukan publikasi, berdua atau beberapa orang saja bukan rame-rame, dan tetap bersahabat baik. Itulah mengapa aku memilih ketemuan tidak dengan sangat banyak orang. Aku memilih bangga jika lewat kesunyian bisa menginspirasi kawan-kawan menjadi lebih baik, daripada melecutkan deNL tapi jiwa-jiwa kita masih belepotan dan masih belum bisa lepas dari stigma HEDONIS (karena SATU BISA DIANGGAP MEWAKILI SEMUA). Ya itu tugas kita donk sebagai straightless untuk mengubah stigma tersebut. SETUJU! Tapi ketika tak semua orang bisa dan mau kita rangkul, apa tidak sebaiknya memaksimalkan orang yang ada?! Mungkin aku Gelap, tapi aku yakin bisa menerangkan Gelap jika memang Terang tetap dibutuhkan untuk menerangkan gelap lainnya.

Mungkin juga ketika deNL menjadi besar nanti juga ikut tergilas evolusi, yang baru menggantikan yang lama. Kesibukan, perasaan cukup sampai disini, kepindahan, menikahi lelaki, atau bahkan menikahi perempuannya sendiri dan living together abroad bisa menjadi alasan. SS saja yang lebih matang (dan dulu aku anggap leluhur kita, hehheheh) tak sanggup menahan evolusi itu. (Bravo kakak-kakak yang bisa living together dengan penuh cinta dan damai :))

Jadi mau kemana blog ini? Mau ke mana arisan kita? Mau ke mana kumpul-kumpul kita? Mungkin terlalu dini dibicarakan. Dijalani saja sambil menunggu perkembangan, dilakoni mawon.....jare wong Jowo. Tapi setidaknya aku sudah menentukan sikap untuk deNL atas kemungkinan "terbaik" yang bisa terjadi kapanpun. Dan kalau kemungkinan "terburuk" deNL begini-begini saja, akupun sudah memutuskan tetap bersahabat baik dengan founders deNL. YOU'VE GOT MY HEART, deNL. That's why I'll still be yours and our friendship I'll keep somehow.........although in other ways.


Pada suatu hari nanti
jasadku takkan ada lagi
tapi dalam bait-bait ini
kau takkan kurelakan sendiri

Pada suatu hari nanti
Suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati

Pada suatu hari nanti
Impianku tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf ini
kau tak akan letih-letihnya kucari


...
Aku selalu suka bau mereka, minyak telon, bedak baby dan liur keponakan-keponakan. Pipi tembem, tangan mungil, kaki mungil. Terutama mata mereka. Bening, polos. Atau pertanyaan-pertanyaan mereka bagai Ibrahim yang haus pengetahuan.
...
Budhe, ayo nonton Bakugan (nah, lo, ngerti nggak?)
Mas Afif mau susu...
Lengkingan tak jelas adiknya berusia 2 tahun tidak kalah seru...
Dhe, Nah mau susuk. Dek budhe... (budhe, adik Sakinah mau susu)
atau ... Mbak Abet mau kaos yang ungu budhe....

Mata mereka yang berbinar kala kita tersenyum
Mata mereka yang sangat percaya kita tidak akan mencelakai mereka
Hmmm, bau tubuh mereka benar-benar membuatku refreshing. melayani makhluk-makhluk mungil membuatku lupa dengan urusan kantor, urusan kadal, bahkan arisan dengan NL.

Yang tidak membuatku refreshing adalah komentar-komentar orang dewasa di sekitar mereka.

...Aduh ken kamu lo sudah pantes punya anak sendiri...
...makanya cepet nikah biar punya anak, wong kamu, lho, sudah suka sama anak kecil.
...
Halah. Gak jadi refreshing deh....


Sis... Ini blog sudah berusia satu bulan...! Dan kenapa yang nulis kok tetep itu-itu aja. Sang kreator juga males-malesan (Lili...........) ngurusin lay outnya, trus yang lain pada kabur. Anjrit....

Taukah kamu, aku sang robot kantor, selalu deg-degan, harap cemas saat membuka blog ini. Taukah kamu akau hanya membuka blog ini saat jam istirahat, atau lewat jam 7 malam saat aku mau menuntaskan waktuku di penjara ini. Harap-harap cemas, antusias menduga-duga tulisan yang masuk, cemas kalau ada yang liatin. Dan rela dianggap ...apa tuh NL? Nenek Lampir, ya...

Sis...! Ini blog jadikanlah oase dan rumah singgah, karena aku belum punya the real secret garden agar kita dapat arisan beneran di sana. Mungkin juga sekedar tempat sampah. Yang jelas komen kamu, tulisan kamu sama berharganya dengan waktu kita bertemu.

Dan invite deh teman sehati biar nulis.

Selamat ulang tahun deNL World Surabaya. Cugito ergo sum. Aku berpikir maka aku ada.


Aku percaya bahwa sebuah hubungan (as a partner sehati) harus berangkat dari niat baik dan KOMITMEN. Meski hubungan itu berangkat dari suatu kebodohan, kecelakaan, keinginan atau apalah namanya. Banyak orang tidak mau memusingkan kita bersama mulai kapan, ya? Tapi lebih banyak orang tidak mau membahas hubungan kita akan sampai di mana pada periode tertentu. Memang hubungan dengan partner bukan proposal atau PKWT (perjanjian kerja waktu tertentu) tetapi apakah hubungan itu akan tidak ada muaranya? Biarkan mengalir....

Mengalir.......

Air bermuara pada laut. Atau mungkin hubungan dengan partner akan mencapai kulminasi dengan tinggal bersamanya? Kita yang membuat parameter-parameter dan standarisasi hubungan kita sendiri. Dan hubungan yang sehat adalah bila kita semakin dewasa menyeimbangkan rasa dan rasio bagaimana menikmati, menghargai dan mempertahankan hubungan ini.

Pada air yang mengalir, akan dilalui menderas, membadai, bahkan bisa menguap. Bila aliran itu mandeg, dan ditimbun sampah lantas membusuk, menguap dan hilang? Yang kita pikirkan adalah panik, kesal, marah dan misuh-misuh mengapa sampai terjadi. Kemudian histeris atau depresi berkepanjangan menyesali. Halah.

Kita tidak pernah memikirkan bagaimana menjaga kualitas air kan? Kita tidak pernah mau belajar mengapa sampah itu ada bahkan mungkin sampah itu kita masukkan sendiri.

Sis, biarkan hubungan ini mengalir tapi tentukanlah muaranya ke mana.


...Rumah disewakan 2 tahun Hubung 081xxx....
...Dikontrakkan Rumah 3 Tahun Hubungi 031xxx....

Berpuluh-puluh tanda rumah dijual atau disewakan, kucari mulai berbulan-bulan lalu. Bahkan brosur mengenai rumah, apartemen dari developer manapun kucari-cari.

Tahukah kamu fungsi rumah kawan?

Ya tentu saja tempat kita bernaung. Aku membayangkan... Aku pulang, bergelung dengan nyaman di samping seseorang. Menikmati kotor-bersihnya halaman depan, membereskan kekacauan di dapur, bercinta dari ruang tamu, kamar tidur hingga balkon. Atau membaca di ruang persembunyian. Menikmati kopi dan membaca koran pagi di tingkah suara kekasih. Menjamu teman-teman sehati, berkebun...

Aku lelah melihat diriku dan teman-temanku yang sibuk bekerja, bertemu di sudut mall lalu berpindah ke mall lain agar sosialita arisan atau aktifitas ala geng Nero II (tidak, kami tidak membully orang, hanya meminjam nama biar terdengar keren -editor) tidak terendus, lalu pulang sekedar numpang tidur karena itu bukan rumah kita sendiri.

Rumah dengan 3 kamar, halaman depan yang luas, serta pohon buah-buahan yang berpagar kayu putih. Rumah dengan orang terkasih di dalamnya, dan ibu serta adikku yang menerima aku dan kekasihku (nantinya).

Rumah bagiku sekarang adalah tempat di mana hatiku berada.

Aku ingin yakin (lagi) bahwa aku bisa mendapatkan rumah semacam itu.


Ada dua orang yang menyebutku ambigu selain diriku sendiri.
Kamu, wanita yang suci (dalam bahasa arab disebut Azkiyatun Nisa') dan n1nna.

Aku yang sangat ingin melupakan seseorang, namun masih memakai hlem, jaket, tas, sepatu bahkan kaus kaki dan underwear pemberiannya. Atau aku yang berkata aku telah melangkah melupakannya, namun tak bisa menampik atau mengacuhkan teleponnya. Aku yang ingin melepaskan diri dari bayang indah bersama dengan kadal Yogya, namun masih mencari alasan bertemu dengannya.

Mungkin kamu berkata benar, n1n, kadang sesuatu itu harus dianggap tidak ada agar kita benar-benar bisa melangkah.

Tapi aku hanya manusia, yang ingin diakui bahwa aku ada.
Aku tidak mau diacuhkan. Aku tidak ingin dinafikkan.
Atau aku yang penuh ambigu, sulit melepaskan diri dari kesombongan asumsiku, bahwa aku dan pemikiranku serta keinginanku akan selalu diterima orang lain.

Well...well
Namun berkat kamu, n1n, rasioku telah berkata sebaliknya. Aku orang yang naif, ambigu dan bodoh.
So.. dibutuhkan teman dan tamparan yang bisa membuatku berpikir kembali.

So. teman-teman adakah yang mau bepergian ke daerah Paciran/Tanjung Kodok dan Yogya untuk membuktikan kebodohanku? Hehehehehe


Telah seribu hari aku meninggalkanmu. Menyia-nyiakan pengorbananan ayahandaku, keluarga besarku agar aku menyandang gelar sarjana. Tinggal mencapai finish, aku mundur.

Aku tidak berharap DO, dipaksa keluar dari tempat aku mengerti apa itu geologi, apa itu menerjemah fisika, kimia, biotan, demi kehidupan yang lebih baik. Demi idealismeku, aku adalah petani yang berpendidikan dan bisa menghirup betapa indahnya hidup berlimpah pengetahuan. Dari Pak Marhaen hingga Profesor Tan sang begawan Kimia Tanah. Dari WS Rendra hingga Dr. Cahyo sang materialisme Tanah jebolan Jerman.

Telah seribu hari aku meninggalkanmu, kampus Unej (Universitas Negeri Jember). Aku sungguh tidak ingin meninggalkan Tegalboto dengan gelar pecundang. Tahukah kamu untuk bersekolah tidak hanya niat saja. Butuh, sangat butuh tekad yang luar biasa dan dana yang cukup.

Dan aku sangat marah pada diriku, hanya karena uang aku tidak bisa kembali ke Tegalboto. Kalau saja aku hidup sendirian, tidak perlu memikirkan orang lain yang sangat terpaksa kuakui dan mengakuiku sebagai anak dan kakaknya agar bisa makan, aku yakin bisa kembali ke sana. Tapi tidak bisa aku bersikap egois, karena aku yakin yang terpenting pendidikan adalah membuat manusia lebih beradab selain mempertajam akal dan kemampuan.

Telah seribu hari aku meninggalkan tegalboto. Aku ingin kuliah lagi. Sungguh ingin yakin bisa ke sana. SEMOGA.


Ya Allah, hamba sangat merindukannya
Di antara sesal, kecewa, dan sakit
Mengapa hamba tidak bisa menyelamatkannya?
Mengapa Kau jadikan ini semua sebuah akhir tanpa pelajaran?
mengapa Kau pisahkan tanpa bertanya kesiapan?
Masih, sampai sekarang hamba bermimpi dia akan datang
mengobati perih yang terlanjur dalam
toh berkhayal memang tak butuh rasional
dan sering kali keajaibanMu datang di luar rasionalisasi

Hamba ingin mencium tangannya
hamba ingin membasuh dan bersujud di kakinya
hamba ingin membahagiakan dia lebih lama!

sekarang, hamba tak tahu harus berbuat apa
dia menjawab saja tidak
dengan apa kami bisa bersua?


Aku masih merindukanmu, meski kau tak hadir kala itu
Aku masih mengingat senyum hangatmu, harapku bakarku nyalankanku
Aku masih mencintaimu.........
walau rasanya sangat perih
dan antara percaya atau tidak rasa itu masih ada

bukan, bukan hanya karena masa itu saja
mungkin aku sedikit lelah atau memang sudah sangat lelah
mengikutimu aku mau........
tapi segala jalan hidupmu membuatku merasa setengah nyawa
mau tak mau meski kupahami
bertahan menjadi setan.......demi memalaikatkanmu!
terlalu sulitkah kita bertemu?

Sedikit saja, siramilah sukmaku............


Suatu pagi nomor telepon yang kukenal muncul di handphone (hape) ku. Nomor mantan yang telah lurus kembali dan menikah dengan sahabatku. Kuangkat dengan antusias, mungkin ada kabar gembira yang akan dia bagi bersamaku.

..."hai apa kabar..."... Hanya isak tangis di sana. O God, what's happen?
..."Yuk pingsan..." Yuk adalah panggilannya ke sang nenek di mana ia tinggal.
..."Lho gak dibawa ke RS (rumah sakit) atau ke dokter?"..
..."Sudah..."
..."Oke, trus keluarga kamu sudah di sana?"
..."Udah tak telepon..."
..."Suami kamu sudah?" Ada diam di antara isakannya.
..."Belum..."
..."Lho, kenapa?"
..."Males."
..."Maksudmu apa?"
..."Ya pokoknya aku pengen kamu tahu, dia toh nanti juga tahu. Aku kan pengennya ngomong sama kamu.."

Ya ampun. Pagi itu aku merasakan seperti wanita simpanan. Dan dengan teganya aku mengatakan...

..."Kamu tu sudah menikah, bukannya aku tidak mau mendengar keluh kesahmu. Perlakukan suamimu sebagai orang terdekatmu."

...Tangis pecah lebih keras, tak terasa airmataku turun dengan kesal. SIALAN.


Aku merasa asing....siapa dalam diriku. Kata-kata sudah tiada, dan untuk berucap pun acapkali malas.

Tiga bulan yang menghantam itu rasanya membuatku bisu tuli. Aku tetap tegak membujur, meski meruntuh.Aku tersenyum, walau tertusuk pendulum. Aku bahkan tak tahu sedang baik-baik saja atau sebaliknya. Mati rasa!

Parahnya, itu tetap berlangsung ketika ayam berkokok lagi. Kakak-kakakku, bahkan bunda tercintaku sudah bisa terbahak-bahak sambil bergaruk. Bersandar pada siapa? Tegakah aku membuat pertahanannya kembali jatuh,bahkan mungkin di atas puing yang belum benar-benar mengencang. Tapi apa yang mau aku sandari? Toh aku sendiri tak tahu apa yang terjadi dan yang aku inginkan

Satu-satunya hiburanku adalah ketika memandikan pahlawan perempuanku itu, atau ketika memijitinya, dia di atas kasur, dan aku di kolongnya. Dengan begitu aku bisa beralasan mengelus kakinya, bahkan sangat wajar untuk mencium kakinya. Ibu, aku butuh sedikit bantuanmu, analisamu bahwa aku hanya sedang terhenti dan bukan mati!

Begitu pula ketika berkumpul dengan teman-teman, aku lebih suka mengamati sekitar ketimbang terlibat obrolan yang maha serius. Atau skalian kopyor, aku menggoda sana-sini. Hal yang wajar, selalu kulakukan sejak kecil pada teman-temanku yang empuk jadi sasaran "buang hajat". Tapi godaan itu kosong, tak aku tak merasa euforia, tak merasa menang, ataupun bahagia! Parahkah?

Untung saja, aku bekerja di bidang seni yang sangat penuh tantangan, dan aku mensyukuri kebodohanku yang dulu tak punya komputer, sehingga sekarang adalah masa bermainku dengan script-script yang aku sangat tak paham tapi justru mengasikkan diolahnya. Aku sering terbangun, dengan rasa yang sangat kalut, entah karena apa dan oleh siapa, kerinduan pada apa aku juga tak paham. Melek mata itulah kugunakan bermain script, entah besok jadi apa, tapi aku tak membiarkan perasaanku kosong, walau seringnya malah script yg aku ketik adalah celetukan hatiku.Aku sedang mengalihkan, atau tepatnya menipu perasaanku, atau apalah, tapi aku puas. Sambil menunggu detik ninabobokkan aku.

Aku sedang acuh. Rasa ini untuk kesekian kali, tapi lagi-lagi aku tak paham jawabannya. Otakku mungkin sedang tidak center, udelku juga, atau mungkin semuanya. Aku ingin mengakhiri krisis ini.

Tapi hari ini sedikit ada pencerahan. Tamu bulanan yang absen hampir 4 bulan terakhir, sekarang nongol. Entah ada hubungannya atau tidak, aku cuma mau menyemangati diriku sendiri "aku sudah bisa menyelesaikan 1 masalah, lainnya pasti bisa selesai!"........

YA, MUNGKIN BENAR, JIKA DIRANGKUM MASALAH-MASALAH TERASA BESAR, PADAHAL MEREKA TERDIRI DARI 1 ATOM MASALAH-MASALAH KECIL. HANYA BUTUH WAKTU UNTUK MENGURAINYA, MENGIKHLASKAN APA YG TERJADI SAMBIL MENDANDANI SAJA YANG AKAN TERJADI. KALAU MEMANG HARUS SAMA-SAMA TERCEBUR LUMPUR, HANYA KITA YANG BISA MEMBELOKKAN MAU TERJUN KE JURANG LUMPUR ATAU HANYA TERCIPRAT SE-MATA KAKI.

Aku jadi teringat satu bait yg pernah aku baca.......

"TUHAN....BERILAH AKU KEKUATAN UNTUK MENGUBAH APA YANG BISA AKU UBAH, BERILAH AKU KEIKHLASAN UNTUK MENERIMA APA YG AKU TAK BISA UBAH....... DAN BERILAH AKU KEBIJAKSANAAN UNTUK MENGETAHUI PERBEDAANNYA"


...
Selamat pagi...
Apa kabar...
Tetap semangat, ya...
Jangan lupa maem..
....

Barangkali, sis, kamu pernah mengirim sms seperti itu. Dan mungkin hal-hal remeh atau detil di situ kamu kirimkan pada orang ingin kau kejar atau telah jadi kekasihmu. Pertanyaan yang remeh tapi intim. Perhatian pada detail keseharian kita tak mungkin sekedar basa-basi. Kalau aku menyebutnya kudapan manis.

Kudapan manis yang bertendensi biasanya diikuti dengan kata-kata seperti ini......don't forget I care about you atau bahkan ilu (I love you)..

Namun sebenarnya kudapan manis yang tidak bertendensi pun ada. Memang tergantung orangnya.

Orang yang dewasa menciptakan koneksi untuk membangun jembatan bukannya benteng. Ada orang dengan kudapan manisnya yang ingin diletakkan sebagai teman ngobrol, sahabat yang bener-bener peduli apa yang kamu lakukan. Namun orang yang sekedar tipi-tipi sok perhatian pun jangan langsung dicueki, karena orang yang tipi-tipi punya hak untuk membangun jembatan. Kembali lagi terserah andalah yang menilai jembatan tersebut layak tidak anda pakai.

Janganlah kamu terburu alergi dan menduga yang tidak-tidak terhadap kudapan manis ini, meski kamu menderita diabetes.


Suatu siang di sebuah mall...

Kami para NL bertemu seperti biasanya, berbagi canda dan makian di salah satu sudut mall kota ini. Mencoba mencari spesies sejenis untuk berbagi atau sekedar menuntaskan flirting rahasia atau mungkin sekedar melepas kebosanan.

Di salah satu adegan percakapan kami, ada sepasang merpati yang tak sengaja berpose mesra (menurutku)... Yang satu dengan sayang membetulkan salah satu aksesori baju pasangannya dan pasangannya menatap penuh dengan sayang...

Ponselku dengan antusias merekam adegan itu. Zlap....

Namun salah satu pasangan itu dengan brutal merampas dan membuatku berjanji untuk menghapus adegan tersebut. Foto yang menurutku sangat humanis itu akhirnya terhapus.

Terus terang aku merasa sebal dan merasa menjadi jurnalis yang diperkosa hak asasi kami. Toh, foto itu untuk mereka. Tapi juga aku mungkin salah, tak selayaknya merekam adegan intim tanpa persetujuan dari narasumber. Aku cuma ingin menunjukkan pada sahabatku, cinta kalian yang tidak ingin diakui dunia begitu nyata di mata kalian.

Mungkin hal-hal kecil dan detail seperti itu, tak perlu difaktakan pada kertas ukuran 3-20 R, karena sudah terpatri dalam hati.

Tapi terus terang aku sangat ingin mempunyai koleksi foto-foto humanis tentang kita.


...
Kamu itu cantik...
Tapi badannya dijaga, masa kamu gak malu gendut begitu?
Jangan merokok, nanti kena kanker
Jangan pulang malam, apa kata tetangga?
Mana pernah kamu punya pacar
Kapan menikah?
.... Ibuku yang mencintaiku.

...
Kamu cantik
Kamu baik
You complete me
Dan
Aku juga cinta kamu
Aku sudah membakar jembatan
Tapi tetap saja aku kembali membangun jembatan
Kembali ke seberangmu
Aku tidak berani di sampingmu.
Maafkan.
Terima kasih.
Tapi jangan pernah pergi dari hidupku
kamu tetap penting buatku
..... Kamu, Perempuan Pertamaku

...
Kamu cantik
Kamu sayang aku
Aku sayang kamu
Tapi aku tidak sanggup melihat keluargaku
menangis
maafkan. Lupakan
..... Setelah Kamu, Perempuan Keduaku

...
Kamu sangat sayang aku
Aku sangat sayang kamu
Tapi aku takut bersamamu
Maafkan
Aku ingin menikah dengan laki-laki.
Tapi jangan tinggalkan aku,
Aku akan datang padamu bila laki-laki itu menyakitiku
..... Setelah Kamu Lagi, Perempuan Ketigaku

....
Apakah Aku Melakukan Kesalahan Yang Sama?


YANG TAK PERNAH BEREVOLUSI

Terkurung pada sekrup kehidupan
Labirin yang tak pernah berevolusi
Tukang becak selamanya jadi tukang becak
Pemulung akan menganakkan pemulung
Polisi, politisi selamanya menjadi pengkorup
Dan negarawan menjadi pedagang barang busuk
Dan sekolah-sekolah akan melahirkan sang budak...
Sementara uang menjadi Tuhan dan Adam Smith tebahak-bahak
Marx masih berputar antara ada dan tiada
Menebar murid-murid yang sok nggumun, dumeh
Akhirnya
Slogan Wiji Thukul, Che Guevara hanya diteriakkan oleh
Sekawanan kepala yang tak berkaki dan
Hanya punya busa-busa yang dikira anjing menggonggong
Di tengah pusar-pusar yang meromansai kampus,
Mungkin penontonnya (termasuk pusar-pusar),
yang ada di balik meja dengan perut menggelambir
Adalah yang anjing (meski kadang juga lulusan kampus)!
Revolusi menjadi basa-basi dan pelajaran sejarah.
Tegalboto 150803

.....
"Kamu tak berminat jadi Pegawai Negeri?" Pertanyaan sosok jutek di sampingku mengudara di tengah uap bakso yang kami makan. Aku tertawa bodoh. Buat apa? Yang paling terhormat jadi pegawai negeri adalah guru... dan tantangannya adalah membunuh kebosanan... (di samping gaji yang kecil...batinku...).
"Kamu salah. Pegawai Negeri tantangannya besar...memperbaiki sistem negara."
Gusti, otakku terlalu bebal dihajar mesin perusahaan, terjebak mencari penghidupan. Idealisme dari sekolah yang sempat kukecap menghampiriku. Apa kabar kehidupan? Apa kabar impianku...?

Di suatu masa lampau, sudut kampus yang riuh, merancang peradaban yang diinginkan... Revolusi..revolusi.....Bertumpuk buku..... Mengadu bias pencerahan Muhammad hingga Marx....
Aku hanya berani meyakini revolusi hanya bisa dimulai diri sendiri. Melangkah dengan yakin dan bertanggungjawab atas segala pilihan, sedikit empati dan care dari pertanyaan: apa yang telah kuberikan untuk negaraku?
......


Semoga smart motivation dari Andrie Wongso ini membuat kita belajar dan menyadari sesuatu tentang makna kebahagiaan, selamat membaca :)

Dikisahkan, ada sebuah keluarga besar. Kakek dan nenek mereka merupakan pasangan suami istri yang tampak serasi dan selalu harmonis satu sama lain. Suatu hari, saat berkumpul bersama, si cucu bertanya kepada mereka berdua, "Kakek nenek, tolong beritahu kepada kami resep akur dan cara kakek dan nenek mempertahan cinta selama ini agar kami yang muda-muda bisa belajar."
Mendengar pertanyaan itu, sesaat kakek dan nenek beradu pandang sambil saling melempar senyum. Dari tatapan keduanya, terpancar rasa kasih yang mendalam di antara mereka. "Aha, nenek yang akan bercerita dan menjawab pertanyaan kalian," kata kakek.

Sambil menerawang ke masa lalu, nenek pun memulai kisahnya. "Ini pengalaman kakek dan nenek yang tak mungkin terlupakan dan rasanya perlu kalian dengar dengan baik. Suatu hari, kami berdua terlibat obrolan tentang sebuah artikel di majalah yang berjudul ‘bagaimana memperkuat tali pernikahan'. Di sana dituliskan, masing-masing dari kita diminta mencatat hal-hal yang kurang disukai dari pasangan kita. Kemudian, dibahas cara untuk mengubahnya agar ikatan tali pernikahan bisa lebih kuat dan bahagia. Nah, malam itu, kami sepakat berpisah kamar dan mencatat apa saja yang tidak disukai. Esoknya, selesai sarapan, nenek memulai lebih dulu membacakan daftar dosa kakekmu sepanjang kurang lebih tiga halaman. Kalau dipikir-pikir, ternyata banyak juga, dan herannya lagi, sebegitu banyak yang tidak disukai, tetapi tetap saja kakek kalian menjadi suami tercinta nenekmu ini," kata nenek sambil tertawa. Mata tuanya tampak berkaca-kaca mengenang kembali saat itu.

Lalu nenek melanjutkan, "Nenek membacanya hingga selesai dan kelelahan. Dan, sekarang giliran kakekmu yang melanjutakan bercerita." Dengan suara perlahan, si kakek meneruskan. "Pagi itu, kakek membawa kertas juga, tetapi....kosong. Kakek tidak mencatat sesuatu pun di kertas itu. Kakek merasa nenekmu adalah wanita yang kakek cintai apa adanya, kakek tidak ingin mengubahnya sedikit pun. Nenekmu cantik, baik hati, dan mau menikahi kakekmu ini, itu sudah lebih dari cukup bagi kakek."

Nenek segera menimpali, "Nenek sungguh sangat tersentuh oleh pernyataan kakekmu itu sehingga sejak saat itu, tidak ada masalah atau sesuatu apapun yang cukup besar yang dapat menyebabkan kami bertengkar dan mengurangi perasaan cinta kami berdua."

Pembaca yang budiman,

Sering kali di kehidupan ini, kita lebih banyak menghabiskan waktu dan energi untuk memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan yang menyakitkan. Padahal, pada saat yang sama kita pun sebenarnya punya kemampuan untuk bisa menemukan banyak hal indah di sekeliling kita.

Saya yakin dan percaya, kita akan menjadi manusia yang berbahagia jika kita mampu berbuat, melihat, dan bersyukur atas hal-hal baik di kehidupan ini dan senantiasa mencoba untuk melupakan yang buruk yang pernah terjadi. Dengan demikian, hidup akan dipenuhi dengan keindahan, pengharapan, dan kedamaian.


MENGAPA TERUS KAU SEMBUNYIKAN AKU?
SEOLAH HANYA TANGAN KITA YANG BERHAK BERTAUTAN
DAN MATAMU ......TETAP TERTUJU PADA DUNIA YANG MENYAPA
SEOLAH TAK KENAL AKU....
TAK KENAL RASA
DAN TAK KENAL RINDU

SUNGGUH,......TAK PERNAH SAMA SEPERTI DI BILIK KITA BERDUA

HANYA BERDUA SAJA....


Wekwekwek.....
Suatu malam setelah hari yang melelahkan dari kantor, dari hujan menemani sepasang kekasih yang lagi backstreet (buaya dan lubang buayanya)... Tentu dari menjemput Tante yang dari ruang prakteknya. Dan sebagai rasa sayang dan perhatiannya (walau pun beliau hanya menjadi pengamat dan terlalu sedikit perkataan)... Akhirnya tante berkata panjang-panjang (dan bertanya yang tidak bisa kuelakkan...) Mulai dari...

...Kamu kok sibuk sekali bulan ini...
...Kamu
kok gak pernah pulang jenguk mamamu...
...Kok kamu gak pernah di rumah tiap minggu..
...Kok kamu gak pernah bawa pacar...
...Kok kamu mesti telepon-teleponan...
...Ke Yogya ngapain? Kok ngelamar kerja di sana gak ada kabar....
....
Penampilan kamu kok aneh... Jangan-jangan kamu lesbian?
Kamu gak kasian alm. papa? Benar apa tidak?
....

Apa spesies orangtua dan kebetulan dokter seperti ini ya? Diam, mengamati, mengumpulkan fakta kemudian mengambil kesimpulan....?

Benar-benar cinta yang membunuhku.



Sekedip Mata.....

Aku tidak berfikir dan malas memikirkan mengapa jatuh cinta pada seseorang. Dan benarlah tebakan sahabat-sahabatku, aku terlalu menuruti kata hatiku... Dan menjadi terlalu takut bila kehilangan seseorang itu.

Pada masa dahulu saat aku jatuh cinta maka aku menjadi pemburu, gila sesaat dan terkadang menjadi orang yang konyol. Bagiku saat itu cinta harus dimiliki.

Dan aku tidak tahu kapan hasrat berburuku hilang, apakah karena aku sudah dimakan usia (byuh...) atau karena sebenarnya rendah diri dan terlalu malas meng-upgrade diriku atau karena aku sudah kehilangan selera terhadap yang ada.

Hanya ternyata dalam perjalanan di secret garden aku menemukan kembali (mungkin membayangkan ...) jin botol dalam hati (juteknya, smart(?), her body, bahkan wajah ibunya pun mirip dengan ibu yang di Paciran. Angkuhnya... segalanya begitu mirip).

Sekedip mata terasa indah. Sekejap rasa terasa perih, karena ia hanya setia untuk perempuan yang notabene adalah sahabatku. Namun perih itu seperti luka tamparan saja. Sekejap sakit lalu menghilang, namun aku mengingat dengan baik kenapa aku tertampar.

Aya...aku tak mau mengejar cinta dan menggenggamnya. Baru kali ini aku merasa suka hampir-hampir sayang tapi tanpa keinginan untuk memilikinya.
Untuk kamu. (Ngerti kan?)