Apa yang membuat orang jatuh cinta?

Apakah itu dari pandangan?

Mungkin kamu pernah jatuh cinta pada seseorang karena kecantikannya, raut wajahnya, bentuk tubuhnya, senyumnya

Ataukah itu berasal dari penciuman?

Mungkin kamu mencintai orang itu karena aroma tubuhnya yang menarik, menyenangkan, menenangkan…

 

Tapi apa jadinya kalau kamu tak dapat melihat dan mencium?

Apa kamu lantas menjadi manusia yang tak mampu jatuh cinta?

Dengan cara apa kamu mencintai?

 

Perfect Sense adalah film dengan tema romantis yang paling berkesan bagi saya.

Saya beruntung tidak sempat melihat trailer film ini sebelum saya menontonnya secara utuh. Mungkin kalau saya sempat menonton trailer-nya, saya tidak akan memilih film ini. Karena saya tidak suka dengan tema romantis. Apalagi yang dramatis. Tapi kalau saya melewatkan film ini, saya sekarang tahu kalau saya pasti akan menyesal.

 

Fokus cerita Perfect Sense adalah hubungan antara Susan dan Michael yang dimulai justru pada awal bencana di seluruh dunia. Tidak ada ledakan, tidak ada gempa bumi, gunung tidak meletus dan laut pun tidak mengirimkan tsunaminya. Bencana itu datang dalam bentuk penyakit epidemiyang menyebabkan manusia kehilangan indera mereka satu-persatu.

 

Susan adalah salah satu ilmuwan yang turut meneliti gejala epidemi ini. Michael adalah koki di sebuah restoran yang tinggal bertetangga dengan apartemen Susan. Mereka bertemu saat epidemi ini mulai muncul dan lama-lama menjadi saling mencintai.

 

Seluruh manusia di dunia mulai kehilangan indera mereka satu demi satu. Dan setiap kehilangan ini, selalu ditandai dengan perilaku atau keinginan yang begitu kuat. Awalnya, orang-orang mulai menangis. Mereka dilanda rasa sedih yang begitu kuat tanpa kontrol. Lalu setelah rasa sedih ini seketika hilang, manusia tak lagi bisa mencium aroma. Mereka kehilangan indera penciumannya.

 

Tidak banyak yang berubah. Tidak ada yang terlalu dramatis kecuali seluruh orang di seluruh dunia menangis bersamaan. Dan sesudahnya, dunia tak lagi memiliki aroma. Hidup masih berjalan seperti biasa.

 

Serangan kedua adalah panik massal. Semua orang dilanda kecemasan hebat yang lalu diikuti dengan keinginan untuk selalu makan dan minum. Keinginan ini begitu kuat melanda semua orang sampai mereka memakan apa saja dan meminum semua cairan yang ada, apapun itu. Dan begitu serangan ini reda, manusia kehilangan indera perasanya.

 

Film ini dengan bagus menceritakan bagaimana kehidupan manusia beradaptasi dengan kehilangan yang mereka alami. Michael, sebagai seorang koki mulai menyesuaikan masakannya. Ketika manusia tak lagi bisa merasa dan mencium, mereka mulai kehilangan selera terhadap makanan dan tak tertarik lagi makan di restoran. Tapi Michael dan teman-temannya punya cara untuk membuat makanan mereka tetap menarik walau tanpa rasa dan aroma.

 

Hubungan Susan dan Michael makin erat. Sepertinya aneh kalau saya bilang sepasang kekasih terlihat romantis saat mereka telanjang berdua dalam bathtub dan makan sabun mandi sambil tertawa-tawa. Tapi pengambilan gambar dan kekuatan cerita Perfect Sense menjadikan keanehan itu menjadi sebuah keindahan.

 

Serangan berikutnya adalah serangan yang menyakitkan. Manusia mulai dilanda rasa amarah. Dunia menjadi kacau karena semua manusia mulai mengamuk membabi-buta. Michael, sayangnya, mengalaminya lebih dulu daripada Susan. Dia tiba-tiba saja membentak Susan dan memakinya dengan kata-kata kasar. Susan yang ketakutan meninggalkan Michael. Dan setelah semua amukan dan amarah ini berhenti, dunia menjadi sunyi. Tanpa suara. Seluruh manusia di muka bumi tak lagi bisa mendengar.

 

Manusia dengan susah payah tetap menjalankan kehidupannya. Sampai pada suatu ketika, tiba-tiba tirai langit seperti terkuak. Mentari bersinar sangat cerah. Semua orang tersenyum. Tak ada amarah. Tak ada rasa benci. Dunia diserang oleh euphoria. Susan dan Michael akhirnya merasakan bahwa mereka sudah memaafkan satu sama lain dan saling mencintai. Mereka lalu saling mencari, walau mereka tak lagi bisa merasa, mencium, ataupun mendengar.

 

Namun, setiap serangan pasti meminta satu indera.

 

Saya kehilangan kata-kata di akhir kisah film ini. Ini bukan tragedi cinta seperti Romeo dan Juliet. Bukan juga sesuatu yang berakhir manis seperti Cinderella dan sepatu kacanya. Perfect Sense adalah sesuatu yang lain. Film yang menyerahkan sepenuhnya kepada penonton tentang interpretasi kisah ini. Film dengan genre yang tak umum. Tapi bagi saya, keindahannya akan susah dimengerti jika kita tak menggunakan hati.


0 comments to "[Movie] Perfect Sense"

Posting Komentar

just say what you wanna say