Malam sunyi, aku berkutat hanya dengan keyboard...dan layar penuh script. Ada suara lagu, selain denyit kipas angin dan sedikit bunyi roda motor pengendara lewat di depan rumah.

Aku terhenti sejenak oleh simfoni Mandy Moore dalam Only Hope-nya. Perlahan dawai hatiku bergetar...terkadang merinding, terkadang menderu. Aku ingat betul lagu itu, di masa itu. Ada aku....di sampingnya. Menunggu jam ekstrakurikuler (ekskul) tiba atau pulang saja. Cuaca sedang tak bersahabat, mendung menyeringai.

"Tinggal saja, ikut ekskul," ajaknya.
"Ok," cuma itu jawabanku, sambil mengamati dia memutar salah satu channel radio dari tape yang akan digunakan team-nya berlatih ekskul.
"Relaks dulu, yuk," senyumnya menjawab pertanyaan yang tak sempat aku ucap. "Mau ngapain?"

Dan diantara semua gelombang, dia berhenti pada satu yang memutarkan lagu........"ONLY HOPE"

"Duduk sini,"pintanya membimbing tanganku, inginkan aku duduk di sampingnya. Aku dan dia sama-sama duduk dengan janggut bertumpu pada dengkul memandang radio yang tak bergambar, seperti bocah kecil yang sedang terkesima memandang mainan baru. Bedanya, dia takjub pada lagunya, sedangkan aku takjub karena tak tahu apa yang dia takjubkan.

"Duh lagunya romantis, ya, mendung-mendung gini lagi. Sayangnya belum resmi punya pacar, " liriknya padaku.
"Makanya cari," jawabku singkat
"Sudah"
"Siapa dia?"
"Jadi kamu pikir kita bukan siapa-siapa?"

DHEGH!
Deretan kata itu tepat di hadapku, tepat tertuju! Tak ada kata-kata lagi setelahnya, tak ada pandang. Aku menganggap tahu maksud ucapnya, meski mengerti pun aku tak berani memperjelas. Meski aku sangat paham, tatapannya saat itu bukan sedang bercanda, atau mempermainkan."I WAS ACTING TO BE FINE!"

Meski dalam hati aku merasakan celah, merasakan hembusan rasa yang terbangkan aku, tapi aku kembali terjatuh. Lagi-lagi pada ketakutanku sendiri.

Aku kembali ke bumi! Tidak untuk memeluk dia memperjelas segala frase, tidak juga untuk berlari mengendap bersama atom-atom semen tembok AULA tempat dimana masa itu terjadi.

Aku tak maju, tak jua mundur. Sedangkan dia...apa yang dia rasakan saat itu???

"SO I LAY MY HEAD BACK DOWN.... 'N I LIFT MY HAND AND PRAY.... TO BE ONLY YOURS....I PRAY TO BE ONLY YOURS.... I KNOW NOW YOU'RE MY ONLY HOPE"

Masih sampai sekarang aku ingin menanyakan padanya... "AKU-KAH ONLY-HOPE saat itu?"
Dan mungkin sampai saat ini dia masih membenciku sejak saat aku tak memahami SIAPA ONLY HOPE itu.

Dan setelahnya, ada jarak.........dia dan aku. Dia menunggu? Aku takut maju!
Kenapa tidak dia yang memperjelas? -ucap egoku!
"Kenapa tidak aku yang mendului!" sangkalnya tak mau kalah.
Tali yang tak jelas, membuat layang layang terhempas, seperti hubungan kita saat itu!

Tiba-tiba kuraih handphone, ku gunakan nomor yang baru dua hari aku aktifkan.....ku kirim message padanya
"Trims, kamu dan salah satu script masa lalu kita sekejap membuatku tersenyum..............Script yang tak pernah habis, karena memang tak pernah dilanjuti meski hati kita berdua pernah mengawali."

Tak ada balas, dan aku juga tak mengharapnya, dari orang yang mungkin sedang striptease mereguk kenikmatan malam ini bersama pasangan resminya.