Aku bukanlah seorang penulis yang baik, baik dalam segi kata–kata maupun tema. Menulis apa yang tiba-tiba ada di kepala ataupun ketika ide itu muncul lewat mimpi lebih mudah buatku daripada harus diminta untuk menulis dengan tema yang disediakan.
Kemarin, n1nna BBM aku untuk ikut menulis di blog dengan tema pahlawan, tema pahlawan belum ditutup, kan? :p. Ini yang sangat sulit buatku. Aku tidak tahu memulai dari mana atau bagaimana menulisnya. Kosakataku terbatas dan sangat sederhana tidak ahli dalam mengolah kata-kata dan tidak mempunyai bendahara kata yang banyak dan kompleks (sekali lagi aku bukanlah penulis. Dan aku bukan seorang penulis yang siap dalam berbagai tema yang ditentukan).
Bicara tentang pahlawan, mungkin aku langsung pada pokok permasalahan. Pahlawan nasional, pahlawan perjuangan kemerdekaan, pahlawan bangsa yang ikut dalam memperjuangkan kemerdekaan. Beliau-beliaulah pahlawan yang sesungguhnya. Aku mengenal para pahlawan ini dari buku-buku PSPB (Pendidikan Sejarah dan Perjuangan Bangsa), ketika aku pertama kali masuk Sekolah Dasar. Dan film–film dokumenter yang diputar setiap bulan november menjelang hari pahlawan.

Ketika guru sejarah memberi kita tugas untuk mencari tahu di sekitar kita pejuang-pejuang yang masih hidup untuk diwawancarai, ini adalah tugas yang sangat menyenangkan waktu itu, kita sangat antusias sekali untuk mendengar cerita dari pejuang–pejuang yang masih hidup dan waktu itu kita belum memahami kepedihan-kepedihan yang terjadi  di dalamnya.
Ketika kata Pahlawan diucapkan, dalam pikiranku adalah beliau-beliau yang berjuang untuk kemerdekaan negara kita. Dari yang dikenal oleh banyak masyarakat ataupun beliau-beliau yang berjuang dan meninggal tanpa tanda jasa.
Membaca dan mendengar tentang perjuangan mereka tidak dapat dibandingkan dengan orang orang yang menduduki tempat di pemerintahan sekarang ini. Bahkan mereka tidaklah dapat disebut sebagai pejuang negara tapi hanyalah orang-orang yang menduduki posisi di pemerintahan untuk keuntungan golongan saja, itu yang aku ketahui secara sederhana.
Dulu, para pejuang berjuang melawan bangsa dan negara-negara lain yang ingin merebut kemerdekaan kita. Sekarang, kita yang tanpa sadar ataupun dengan sadar berjuang melawan orang orang yang bernaung dalam satu negara dan satu bangsa, orang-orang yang kita percaya untuk memegang posisi-posisi penting dalam menjalankan pemerintahan, yang dengan mereka sadari atau tidak (mungkin mereka sadari) telah menggerogoti sendiri tatanan negara kita dengan berkorupsi, melegalkan tindakan asusila dan amoral, menginjak-injak konstitusi negara. Mungkin kata-kataku terlalu memojokkan, tapi sepertinya begitu dalam sudut pandangku. Berita-berita yang mengusung aparat pemerintahan yang berperilaku tidak sepantasnya sebagai aparatur negara sudah biasa kita dengar dan menjadi diskusi umum tiap mingguan, dimasukkan dalam debat di stasiun-stasiun televisi nasional, layaknya pertunjukkan wayang. Menguntungkan juga bagi mereka untuk menaikkan rating. Antara orang-orang yang digunjingkan ini dan stasiun televisi yang menayangkan debat-debat ataupun diskusi mereka seperti masuk dalam kegiatan mutualisme simbiosis.

Dulu, kita masih diajarkan tentang sejarah perjuangan bangsa, tapi sekarang apakah masih masuk dalam kurikulum pendidikan nasional kita, ya? Satu-dua generasi di bawah kita ke depan apa masih bisa memahami arti dari pahlawan itu sendiri, ya? Pahlawan kemerdekaan. Apa yang dikatakan oleh Bapak Proklamator dan Presiden pertama kita Bapak Soekarno waktu itu dalam pidatonya yang terkenal, mungkin bukan ditujukan pada orang-orang pada masa itu, tetapi untuk orang-orang seperti kita di masa sekarang dan beliau-beliau yang sekarang ini menjalankan pemerintahan negara kita, baik dalam struktur administratif ataupun operasional, dalam naungan partai golongan mereka ataupun individu dan yang lebih baik lagi untuk negara kita Indonesia, yang benar-benar bersikap dan bertindak untuk negara dan dari negara ataupun yang mementingkan korupsi dan menggerogoti negara secara terang terangan. JASMERAH!


0 comments to "Pahlawan"

Posting Komentar

just say what you wanna say