Ada banyak hal yang saya lewatkan setelah mati suri dari mengetik kata sekian bulan terakhir. Banyak hal yang membuat saya bisa membela diri untuk mencari alasan kenapa tidak lagi menulis. Mungkin perlu saya jelaskan satu persatu sebagai kronologis yang akan dianalisis dengan makian pembaca. ALASAN tetap saja ALASAN, tapi ada baiknya kalian tahu, biar kalian paham. Ini sekali lagi bentuk pemaksaan saya untuk kalian bisa menerima dan memahami saya, karena alasan itu bisa benar dari kacamata tergantung kenyataan dan kemungkinan penerimaan pembacanya. Siapkan tissue (kali saja ada yang mbonjrot), jangan lupa popcorn (biasanya Neni yang akan membutuhkannya untuk menikmati hidup yang selalu berisi sinetron), kertas untuk mencoret koreksi kata waktu dan lain sebagainya (ini kebiasaan N1nna yang tidak akan membiarkan kealpaan dan ketidakcermatan terabaikan). Selamat membaca curhatan saya ;)

1. Mengawali Cinta Uang demi Parikesit and No Label Library

Hidup saya tidak ada matinya, sampai kadang saya bosan dengan penyesuaian yang tidak kenal henti  dan marah sendiri sampai sering berpikir kapan saya matinya??? Saat masih kuliah dan sok jadi aktivis progresif dulu, saya mungkin biasa tidur hanya tiga atau empat jam sampai berapa bulan yang lalu setelah saya menyatakan diri pensiun dari dunia sosial, dengan sok nya waktu itu saya berkoar-koar, saya mau jadi orang kebanyakan yang egois mikir bagaimana bisa dapat duit banyak tanpa perlu mikir orang lain. Diawali dengan saya bisa tidur sepuas saya mau. Tapi ketenangan itu ternyata tidak berlangsung lama, kebiasaan tidur berlama-lama saya tentu menjadi kacau setelah kembali harus bergulat dengan waktu. Jam 4 pagi sudah harus bangun mengejar penjual-penjual kue dan nasi bungkus di kampung kue atau pasar kembang, terus melek sampai jam 22. 00 atau bahkan lebih ketika teman-teman masih ingin ngobrol di rumah impian ini. Yak, Parikesit. Rumah penuh mimpi kita semua.warga DeNL dan mungkin sebagian lain orang-orang di luar kita. Rumah dimana kita bisa berbagi segalanya dengan segala manusia  dengan hanya satu kriteria: yang ingin tidak berhenti hidup untuk memperbaiki cerita dalam perjalanan kita mengada. Jadi, bagaimana saya bisa menyempatkan menulis Debby Niken ketika pikiran dan waktu saya masih terpenuhi dengan bagaimana menyesuaikan diri dengan ini? Lagi-lagi, ingat kata bijaknya mbak cantik Raisa: “Meraih sukses itu butuh usaha keras dan kerja keras, seperti untuk mendapatkan keindahan kulit membutuhkan juga usaha keras mencapainya dan menjaganya. Karena itu, pilih cara terbaik untuk menjadi lebih baik”

2. Mengalami jatuh Cinta yang Sejatuh-jatuhnya

Ini yang paling seru, malah harusnya ini jadi poin pertama dalam daftar alasan saya. Memang memalukan kalau saya yang sudah setua ini masih saja diombang-ambingkan perasaan , hal itu terjadi karena saya tidak belajar logika lebih dalam. Entahlah, galau akut saya diawali dengan orang yang sangat sepesial dan unik yang sampai sekarang masih saya selami,  sebenarnya siapa saya baginya. Saya memang selalu tertambat pada perempuan yang lebur dengan masalah, ini berkaitan dengan instink sok jadi pahlawan. Jadi beginilah, hampir setiap hari di BBM in mantannya si dia yang bercerita segala hal sampai sedetail apa mereka ML membuat saya memilih sikap membangun benteng tinggi dan setebal saya mampu untuk menghentikan kekacauan hubungan kami. Sabar saja, sudah selesai kok bentengnya, tinggal mengatasi kesepiannya saja haha. Jadi rek, stop men-cie-cie in saya dengan orang itu ya, bisa ambruk mellownya. Kalau kata Niken: “Ya kamu yang salah, harusnya kendali itu ada di kamu. Mau perjuangin kok setengah-setengah. Kamu sebenarnya cinta apa tidak? Kenapa tidak kamu coba test perasaanmu sejauh apa dengan dia? Sebenernya kamu beneran jatuh cinta apa Cuma jatuh hati kayak lagunya mbak Raisa?”

Saya akui saya tak bisa membuat demarkasi (batas yang jelas) sebagaimana Van Mook dengan semena-mena membatasi wilayah Republik dan Belanda, wilayah bisa jelas, tapi hati bukan seperti wilayah, karena dalam masalah ini saya sendirilah -bukannya orang lain- yang menjajah hati saya.

3. Menggenapi Cinta pada Keluarga

Rasanya seperti dihukum dineraka tapi sayangnya dimensinya masih di dunia ketika Ibu yang melahirkan kita mengeluarkan ancaman “Kalau ibu mati, kamu yang salah.Durhaka tidak bisa membalas pengorbanan orang tua.Ibu tidak pernah minta apa-apa, ibu Cuma pengen kamu nikah.Tiga bulan saja kamu cerai nggak apa-apa. Ibu bisa ngerti kamu kayak apa (lesbian), tapi mbokya buangno sebah e ibu, malunya ibu sama tetangga dan teman-teman ibu. Nikah o to nduk”. Skakmat. Akhirnya tanggal 26 April 2015 saya menikah sesuai dengan tulisan yang saya buat di buku Her Story yang diterbitkan tahun 2012 oleh sebuah komunitas lesbian yang pernah saya buat bersama mbak mantan.

4. Mengulang “Cerita Cinta” Mantan

Saya tidak mudah menolak, apalagi membenci orang di sekitar saya. Saya rapuh, lemah dan mudah trenyuh karena selalu berusaha memahami latar belakang orang bersikap diluar batas moralitas. Menurut saya hidup sangat keras, manusiawi jika kemudian manusia berusaha menjadi sok keras dengan hidup untuk melindungi dirinya sendiri. Tapi mengalami kekerasan dari orang yang sangat mengerti saya membuat saya sangat takut dengannya. Orang yang pernah hidup dengan saya 3 tahun 7 bulan lamanya, yang setiap pagi malam dan bahkan disela waktunya selalu mengucap cinta ternyata bisa menikam saya dengan senjata yang paling tidak bisa saya terima, kelemahan saya. Segala moralitas, pondasi kebaikan, kasih dan definisi hidup saya jadi terbolak-balik karena masa memperbaiki kehancuran saya karenanya. Dan saya tidak pernah mau lagi mengulangi kebersamaan saya dengannya. Setelah semua yang telah terjadi, saya telah menutup pintu ke masa depan, bersama-sama dengan masa lalu. Mereka (Mantan dan cintanya yang baru) menyebut saya TRAUMATIS lalu  menertawakan tiada habisnya, sekaligus dengan ejekan dan bercandaan yang menyakitkan. Maka dari itu saya tidak ingin lagi mencipta atau mengulang cerita apapun dengan orang-orang yang hanya ingin menikmati kejatuhan saya.

Dan, hadiah ulang tahun saya tahun ini datang lebih awal. Lagi-lagi, dia membungkus dirinya dengan kedatangannya yang tiba-tiba , menyedihkannya dia datang ke Parikesit dengan gerombolannya. Horor intimidasi yang paling saya takutkan seumur hidup saya kembali diulang di tahun ini, yang lebih mengejutkan, dia dibawa oleh salah seorang teman yang saya anggap sangat dekat dengan saya selama ini.

5. Penghapusan Dosa yang Tidak Henti

Secara religi, kontemplasi saya bermuara disini.Kehancuran yang saya bangun dari masa-masa saya mengada berbuah didunia menjelma karma tanpa menunggu reinkarnasi atau bahkan waktu ketika saya perlu mati dahulu.Hidup terus berjalan, karma terus berputar, penghakiman tuhan tidak mengenal waktu.Saya tidak pernah cukup baik sebagai manusia yang dipenuhi rasa tanpa bisa memanfaatkan kebertuhanan, akal dan nurani saya dengan sempurna.
Tulisan ini bukan saja tentang curhatan tiada habis selama saya masih memiliki nafas, tapi permohonan maaf pada semua yang pernah secara tidak sengaja maupun dalam kekhilafan saya sudah saya lukai. Jangan lagi saling menyakiti, ataupun ketika saya dirasa tidak pantas mendapatkan maaf silahkan secara pribadi membuat perhitungan dengan saya, semoga ada belas kasih yang bisa membuat kita lebih bisa menghargai kata maaf yang sepenuh hati saya tuliskan disini. Terimakasih pernah dan sudah menjadikan saya bagian dalam hidup kalian dengan cerita baik, ataupun terselip keburukan didalamnya.

Kali ini demi cinta dan perjuangan saya untuk mendapatkan gadis pujaan saya akan menulis kembali, karena saya yakin tulisan saya akan membuat orang jatuh cinta meski mungkin ternyata jatuh cinta gadis perjuangan itu ternyata hanya pada tulisan saya (bukan diri saya).






0 comments to "Kemungkinan Menulis atau Tidak Menulis yang Disebabkan Cinta"

Posting Komentar

just say what you wanna say