(She, whose soul wandered in the dream last night) Dia, yang jiwanya mengembara dalam mimpi tadi malam.

Aku melihatmu berjalan di antara lalu lalang di sebuah Mall yang biasa kita datangi. Kamu tidak melihatku. Aku mencuri pandang di antara orang-orang yang berdiri di depanmu. Suatu hal yang tidak biasa untuk bertemu denganmu lagi. Kamu selalu menghindar dan menganggapku tidak ada meski aku berjalan dan berpapasan denganmu. Aku selalu melihat ke matamu untuk mencari dan mendapatkan senyummu dan pandanganmu padaku meski sekilas, tapi hal itu sebuah keajaiban kalau terjadi.
Pikiran nyataku kembali mendapatimu sedang sibuk sendiri, kamu sepertinya memendam sesuatu. Aku menyapamu, tidak berharap kamu membalasnya tapi di luar dugaan kamu membalas dengan sekilas senyuman dan pandangan penuh arti. Pandangan itu, yang aku coba untuk memaknainya. Pandangan yang membuatku tersesat bertahun-tahun dalam satu pertanyaan yang tiada aku temukan jawabannya.
Aku tidak menyadarinya ketika tanganmu meraihku dan mengajakku menjauh dari keramaian. Seperti tidak berdaya, aku mengikutimu. Rasa itu seperti sebuah penantian yang tiada ujung yang membuatku mati rasa tapi merasa.

Kita berada di sebuah teras rumah, duduk bersebelahan dengan pandangan ke arah jalan raya. Kamu begitu beda dengan sebelumnya yang menghindariku. "Aku tidak bisa seperti ini selamanya, mendiamkanmu dan membuat semua seperti hampa". Aku terdiam saja dan menunggu kamu berkata-kata lagi. Aku tahu menyelamu hanya akan merusak suasana yang akan bertambah tanpa arah. "Iya, aku ada rasa ke kamu, iya kamu benar, aku memendam rasa itu dalam dalam dan membuangnya jauh-jauh. Kamu tau kenapa? Iya aku tidak mau dekat-dekat denganmu. Kamu pengaruh burukku dalam mencintai seseorang. Aku tidak mau dekat denganmu. Tapi aku menyayangimu.
Semua kata-katanya begitu indah meski sakit. Selama ini dia menganggapku tidak ada tapi ada. Menganggapku hilang tapi nyata. Perasaannya begitu nyata. Jawaban yang aku cari-cari selama ini keluar begitu saja dari dirinya tanpa aku berpikir dia berkata seperti itu. Aku terdiam, aku tidak mau merusak udara yang begitu tenang dengan adanya dia di sampingku.

Tiba-tiba ada rasa hangat di pipiku. Dia menciumku. Menciumku dengan penuh perasaannya untuk menunjukkan kata-katanya adalah nyata. Aku membeku. Aku melihat dalam ke matamu mencari apa yang tersembunyi di dalam hatimu, kamu balas menatapku penuh rasa, membuka hatimu dan memberi apa yang ada. Nyatakah ini? Perasaannya? Perasaanku? Mengapa semua ini begitu mudah terjadi dalam alam bawah sadarku? Kenapa jawaban-jawaban yang ingin kudapatkan dalam nyata begitu gelap dan menyesatkanku? Siapa yang mengolok-olok situasi ini? Mimpiku? Diriku sendiri? Kamu dalam nyata?

Kalau memang tidak nyata ini adalah nyata, tunjukkan dalam nyataku rasamu dan ucapanmu yang hadir dalam mimpi bukan hanya bunga yang kau sampaikan dalam bawah sadarku. Tidakkah kamu tahu? Aku menunggumu mengucapkannya, apa yang ada dalam hatimu kepadaku. Pertanggung jawabkan yang kamu akibatkan terhadapku.


0 comments to "Yes or No?"

Posting Komentar

just say what you wanna say